Melihat postingan yang menanyakan tokoh semar dalam Grup Facebook Salakanagara menjadi kepenasaran penulis siapakah tokoh Semar dalam Pewayangan di Jawa maupun di Sunda.

Beliau adalah Anak Adam, dari keturunan/Anak Tunggal Nabi Adam a. s Karena Anak Adam.as yang lainnya kembar semuanya, beliau itulah yang Disebut sebut sebagai Kyai Semar alias nabi Sith as. putra nabi Adam asYang kondang kearifannya, dan paling kuat lelaku riyadhoh/tirakatnya.

Yang mana menjadi Cikal bakalnya Filosofi Jawa, yang berbudi pekerti! Dikenal sebagai Tokoh Ma’rifat yang paling sepuh/tua pada Zamannya

Generasi dari nabi Adam.as inilah yang paling disayang oleh Ayahandanya Sebab nabi Sith as. (putra nabi Adam as) patuh dan sangat rajin ibadahnya

Nabi Sith a.s juga termasuk guru Nabi Idris. as yang pertama kali mengajarkan baca-tulis, ilmu falak, Menjinakkan kuda dan lain-lain. Nabi Sith a.s menerima 50 shohifah. Makna
Sith adalah pemberian Allah. Sith itu putra nabi Adam As. Yang paling bagus diantara putra-putranya, paling tampan, utama dan yang paling sregep dan paling mirip dengan bapaknya serta paling disayangi.

Allah menurunkan 30 shohifah kepada nabi Idris as. Nabi Idris adalah termasuk deretan 25 nama-nama nabi yang wajib diketahui dan dipercayai. Beliau terkenal seorang nabi yang paling pinter, paling pandai dan cerdas, sehingga beliaulah yang mula-mula pandai menulis dengan kalam (pena).

Nabi idris.as adalah nabi pertama yang menjadi penduduk langit dan telah mempusakai Surga, yang mana beliau pada zamannya itu seharusnya masih hidup di dunia fana ini sebagai penduduk bumi, namun tak lagi berada di Alam fana ini. Begitupun dengan Nabi Isa. as yang telah diangkat ke surga! Oleh karena itu, semula Langit dan seisinya berbangga karena disana sudah ada dua orang Nabi, sehingga konon kemudian Bumi mayapada inipun memohon pada Illahi Rabb, agar ditinggali dua orang Nabi juga yang mana seharusnya Beliau itupun sudah menjadi Penduduk Langit, tetapi Kemudian keduanya masih hidup sampai sekarang, yang mana keduanya termasuk golongan al Munzharin yaitu yang ditangguhkan kematiannya, sehingga oleh karena Adanya sifat Maha Welas Asih, serta Maha Adil Allah swt maka akhirnya. Permohonan tersebut dikabulkanNya, supaya adil, disisakan Nabi Ilyas. as yang menjaga wilayah daratan Bumi dan juga beserta Nabi Khidir a.s yang menjaga air, keduanya masih hidup sampai sekarang, konon bisa ditemui oleh manusia tertentu yang terpilih diantara yang terpilih! Fa insha Allah, maka dari itu,  sungguh luar biasa yang bisa dipertemukan.

Disamping Nabi Idris.as itu beliau banyak memperoleh ilmu-ilmu yang pada zaman itu belum ada (muncul) seperti : merandak kuda, ilmu binatang, ilmu berhitung, menggunting pakaian dan menjahitnya. Beliau dinamakan Idris karena beliau seorang ahli membaca dan mempelajari kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada nabi Adam dan nabi Sith. Nabi Idris as yang keturunan dari Nabi Sith dan nabi Adam juga menjadi kakak bapak nabi Nuh as. telah diutus oleh Allah SWT untuk mengajak kepada manusia untuk beriman dan mempercayai Allah Tuhan sekalian alam, karena pada zamannya banyak manusia yang senang berbuat durhaka, melakukan kekejian dan kedhaliman baik terhadap keluarga maupun terhadap lingkungan masyarakat, sehingga beliau tidak segan-segan melakukan tindakan dengan memerangi orang-orang yang berbuat dholim ataupun durhaka kepada Allah SWT. Dengan keberanian dan kekuatan yang dimiliki Nabi Idris untuk memerangi orang-orang yang berbuat durhaka kepada Allah, maka Nabi Idris mendapatkan derajat yang sangat tinggi disisi Allah SWT dan kepadanya diberikan gelar” Asadul-Usud” (artinya : Singa dari segala singa).

Sith adalah penerus dari Nabi Adam as yang diberikan wasiat oleh Adam.as untuk senantiasa beribadah siang dan malam. Ibnul Atsir menyebutkan bahwa Sith senantiasa melakukan haji dan umroh hingga ajal menjemputnya dan beliau juga mengumpulkan lembaran-lembaran yang diturunkan kepadanya dan juga kepada Adam.as, lalu mengamalkan isinya. Disamping itu, beliau itupun telah membangun ka’bah dengan batu dan tanah. (Al Kamil Fii at Tarikh juz I hal 17)

Ada sebuah riwayat yang mengatakan bahwa Nabi Sith a.s berusia 712 tahun, sementara Riwayat yang lain mengatakan bahwa Nabi Sith a.s berusia 1402 tahun. Sementara riwayat lain mengungkapkan bahwa Nabi Sith a.s hidup selama kurang lebih 912 tahun, meninggal pada usia 1042 tahun.

Dikalangan spiritual Jawa, Tokoh wayang Semar yang samar ini ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu : Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual. Pengertian ini tidak lain hanyalah suatu bukti yang kuat bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah pada dasarnya adalah Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.


Asal Usul Semar
Sang Hyang Wenang berputra satu yang bernama Sang Hyang Tunggal. Sang Hyang Tunggal kemudian beristri Dewi Rekatawati putri kepiting raksasa yang bernama Rekata. Pada suatu hari Dewi Rekatawati bertelur dan dengan kekuatan yang menetap dari Sang Hyang Tunggal. Telur tersebut terbang menghadap Sang Hyang Wenang, akhirnya telur tersebut menetas sendiri dengan berbagai keajaiban yang menyertainya, dimana kulit telurnya menjadi Tejamantri atau Togog, putih telurnya menjadi Bambang Ismaya atau Semar dan kuning telurnya menjadi Manikmaya yang kemudian menjadi Batara Guru.

Dalam riwayat lain telur tersebut menetas menjadi langit, bumi dan cahaya atau teja. Sehingga dikatakan bahwa Semar adalah tokoh dominan sebagai pelindung bumi.

Persaingan atas suksesi kepimimpinan
Mereka bertiga sangat sakti dan semua ingin berkuasa seperti Ayahandanya Sang Hyang Tunggal, akan tetapi menjadi perdebatan sehingga menimbulkan pertengkaran. Dikisahkan atas (kecerdikan (?) atau keculasan (?) Manikmaya) yang sebenarnya iapun mempunyai keinginan yang sama dengan mereka, Manikmaya mengajukan usul perlombaan untuk menelan gunung kemudian memuntahkannya kembali. Dari sini banyak pelajaran yang dapat diambil karena gunung itu merupakan sesuatu untuk menancapkan atau mengokohkan kedudukan dibumi akan tetapi diperlombakan untuk ditelan walau kemudian untuk dimuntahkan kembali. Kemudian pelajaran yang diambil adalah janganlah memperebutkan sesuatu yang bukan haknya serta janganlah terhasut oleh usul yang nampaknya baik dan masuk akal.

Tejamantri yang mulai perlombaan pertama ternyata gagal untuk menelan gunung, dikarenakan tidak cukup ilmunya maka terjadi perubahan terhadap mulutnya. Bambang Ismaya kemudian berusaha untuk menelan sebuah gunung dan berhasil akan tetapi sesuatu yang sudah ditelan pasti akan berubah dan Bambang Ismaya tidak dapat memuntahkannya kembali sehingga terjadi perubahan fisik pada perutnya yang membesar. Secara ilmu memadai akan tetapi kurang untuk memuntahkannya kembali.

Karena menelan gunung inilah maka bentuk Semar menjadi besar, gemuk dan bundar. Proporsi tubuhnya sedemikian rupa sehingga nampak sebagai orang cebol. Manikmaya dalam cerita tidak dikatakan mengikuti perlombaan meski ia sendiri yang mengusulkan perlombaan ini, ia dikabarkan malah pergi memberitahukan periha kedua kakaknya kepada Sang Hyang Wenang. Atas berita dari Manikmaya tersebut Sang Hyang Wenang membuat keputusan bahwa Manikmayalah yang akan menerima mandat sebagai penerus dan menjadi raja para dewa. Akibat termakan hasutan dan tidak dapat menguasai diri.

Bambang Ismaya dan Tejamantri harus turun kebumi, untuk memelihara keturunan Manikmaya, keduanya hanya boleh menghadap Sang Hyang Wenang apabila Manikmaya bertindak tidak adil. Dari sini terlihat dengan termakan isu adu domba ternyata Bambang Ismaya dan Tejamantri turun harkat derajatnya hanya sebagai pelindung keturunan Manikmaya, semoga kita dapat mengambil pelajaran disini dan semoga bangsa kita ini jangan mau diadu domba lagi.

Dalam cerita Semar Gugat terjadi perselisihan antara Batara Guru yang menyamar menjadi Resi Wisuna dengan Semar dimana Batara Guru kehilangan nalarnya karena rasa kasih sayang terhadap anaknya Batara Kala. Semar mengalami perang tanding dengan Resi Wisuna yang tidak lain adalah Batara Guru/adiknya sendiri, dimana Semar terkena senjata Trisara sehingga menyebabkan Semar gugat ke Sang Hyang Wenang.
Turun dan diganti nama

Sang Hyang Wenang kemudian mengganti nama-nama mereka.
1. Manikmaya menjadi Batara Guru.
2. Tejamantri berubah menjadi Togog.
3. Bambang Ismaya berubah nama menjadi Semar.

Tugas dan Jabatan
Kakak dari Batara Guru yang menguasai Swargaloka. Berada di Bumi untuk memberikan nasihat atau petuah petuah baik bagi para Raja Pandawa dan Ksatria juga untuk audiens tentunya. Memiliki Pusaka Hyang Kalimasada yang dititipkan kepada Yudistira yang merupakan pusaka utama para Pandawa. Memiliki tiga anak dari Istrinya Sutiragen, dalam versi Jawa Tengah maupun Timur adalah : Gareng, Petruk, Bagong. Sedangkan dalam versi Sundanya bernama : Astrajingga (Cepot),  Dawala dan Gareng (bungsu).


Semar Badranaya adalah tokoh Lurah dari desa (Karang) Tumaritis yang merupakan bagian dari Kerajaan Amarta dibawah pimpinan Yudistira. Meskipun peranannya adalah Lurah namun sering dimintai bantuan oleh Pandawa dan Ksatria anak-anaknya bahkan oleh Batara Kresna sendiri bila terjadi kesulitan.

Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya 

Bebadra = Membangun sarana dari dasarNaya = Nayaka = Utusan mangrasulArtinya : Mengemban sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia.

Javanologi : Semar = Haseming samar-samar, Harafiah : Sang Penuntun Makna Kehidupan

Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangankirinya kebelakang. Maknanya : “Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan simbul Sang Maha Tunggal”. 

Sedang tangan kirinya bermakna “berserah total dan mutlak serta sekaligus simbol keilmuan yang netral namun simpatik”.

Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel/(karang = gersang) dempel =keteguhan jiwa.

Rambut semar “kuncung” (jarwadasa/pribahasa jawa kuno) maknanya hendak mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian Abdi.

Semar sebagai Abdi mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih, untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi Robb!

Semar berjalan menghadap keatas maknanya : “dalam perjalanan anak manusia perwujudannya ia memberikan teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ), yang maha pengasih serta penyayang umat”.

Kain semar Parangkusumorojo: perwujudan Dewonggowantah Yakni (untuk menuntun manusia), agar senantiasa memayuhayuning bawono : uang berarti senantiasa menegakan keadilan dan kebenaran di bumi.

Ciri sosok semar adalah
Semar berkuncung seperti kanak kanak,namun juga berwajah sangat tuaSemar tertawannya selalu diakhiri nada tangisanSemar berwajah mata menangis namun mulutnya tertawaSemar berprofil berdiri sekaligus jongkokSemar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekwensi atas nasehatnya.

Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, yaitu adanya manifestasi wujud tokoh dalam dunia wayang : Semar, bahkan dikenal Jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, Budha dan Agama Islam mulia Raya di tanah Jawa.

Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas, dimengerti dan dihayati sampai dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh kebudayaan Jawa.

Semar (pralambang ngelmu gaib) – kasampurnaning pati.

Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan Mardika :yang artinya “merdekanya jiwa dan sukma”, maksudnya dalam keadaan Merdeka tidak dijajah oleh Hawa nafsu dan keduniawian, agar di dalam menuju kematian sempurna tak ternodai oleh dosa.

Manusia jawa yang sejati itu di dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing Kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu) artinya : “dalam menguji Budi pekerti secara sungguh-sungguh, maka akan dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadi suatu kekuatan menuju kesempurnaan hidup”.

Entah kenapa dalam Cerita pewayangan, sang Resi Abiyoso dan berikutAyahnya, kakeknya, juga Anak Anaknya sampek cucu cucunya Kesemua keturunannya itu memanggilnya Kakang, terhadap Ki Semar Badranaya.

MAYA adalah sebuah cahaya hitam. Cahaya hitam tersebut untuk menyamarkan segala sesuatu.
Yang ada itu sesungguhnya tidak ada.
Yang sesungguhnya ada, ternyata bukan.
Yang bukan dikira iya.
Yang wanter (bersemangat) hatinya, hilang kewanterane (semangatnya), sebab takut kalau keliru.

Maya, atau Ismaya, cahaya hitam, juga disebut SEMAR artinya tersamar, atau tidak jelas.
Di dalam cerita pewayangan, Semar adalah putra Sang Hyang Wisesa, ia diberi anugerah mustika manik astagina, yang mempunyai 8 daya, yaitu:
  1. tidak pernah lapar
  2. tidak pernah mengantuk
  3. tidak pernah jatuh cinta
  4. tidak pernah bersedih
  5. tidak pernah merasa capek
  6. tidak pernah menderita sakit
  7. tidak pernah kepanasan
  8. tidak pernah kedinginan
kedelapan daya tersebut diikat pada rambut yang ada di ubun-ubun atau kuncung. Semar atau Ismaya, diberi beberapa gelar yaitu; Batara Semar, Batara Ismaya, Batara Iswara, Batara Samara, Sanghyang Jagad Wungku, Sanghyang Jatiwasesa, Sanghyang Suryakanta. Ia diperintahkan untuk menguasai alam Sunyaruri, atau alam kosong, tidak diperkenankan menguasi manusia di alam dunia.

Di alam Sunyaruri, Batara Semar dijodohkan dengan Dewi Sanggani putri dari Sanghyang Hening. Dari hasil perkawinan mereka, lahirlah sepuluh anak, yaitu: Batara Wungkuam atau Sanghyang Bongkokan, Batara Siwah, Batara Wrahaspati, Batara Yamadipati, Batara Surya, Batara Candra, Batara Kwera, Batara Tamburu, Batara Kamajaya dan Dewi Sarmanasiti. Anak sulung yang bernama Batara Wungkuam atau Sanghyang Bongkokan mempunyai anak cebol, ipel-ipel dan berkulit hitam. Anak tersebut diberi nama Semarasanta dan diperintahkan turun di dunia, tinggal di padepokan Pujangkara. Semarasanta ditugaskan mengabdi kepada Resi Kanumanasa di Pertapaan Saptaarga.

Dikisahkan Munculnya Semarasanta di Pertapaan Saptaarga, diawali ketika Semarasanta dikejar oleh dua harimau, ia lari sampai ke Saptaarga dan ditolong oleh Resi Kanumanasa. Ke dua Harimau tersebut diruwat oleh Sang Resi dan ke duanya berubah menjadi bidadari yang cantik jelita. Yang tua bernama Dewi Kanestren dan yang muda bernama Dewi Retnawati. Dewi Kanestren diperistri oleh Semarasanta dan Dewi Retnawati menjadi istri Resi Kanumanasa. Mulai saat itu Semarasanta mengabdi di Saptaarga dan diberi sebutan Janggan Semarsanta.

Sebagai Pamong atau abdi, Janggan Semarasanta sangat setia kepada Bendara (tuan)nya. Ia selalu menganjurkan untuk menjalani laku prihatin dengan berpantang, berdoa, mengurangi tidur dan bertapa, agar mencapai kemuliaan. Banyak saran dan petuah hidup yang mengarah pada keutamaan dibisikan oleh tokoh ini. Sehingga hanya para Resi, Pendeta atau pun Ksatria yang kuat menjalani laku prihatin, mempunyai semangat pantang menyerah, rendah hati dan berperilaku mulia, yang kuat di emong oleh Janggan Semarasanta. Dapat dikatakan bahwa Janggan Semarasanta merupakan rahmat yang tersembunyi. Siapa pun juga yang diikutinya, hidupnya akan mencapai puncak kesuksesan yang membawa kebahagiaqan abadi lahir batin. Dalam catatan kisah pewayangan, ada tujuh orang yang kuat di emong oleh Janggan Semarasanta, yaitu; Resi Manumanasa sampai enam keturunannya, Sakri, Sekutrem, Palasara, Abiyasa, Pandudewanata dan sampai Arjuna.

Jika sedang marah kepada para Dewa, Janggan Semarasanta katitisan oleh eyangnya yaitu Batara Semar. Jika dilihat secara fisik, Semarasanta adalah seorang manusia cebol jelek dan hitam, namun sesungguhnya yang ada dibalik itu ia adalah pribadi dewa yang bernama Batara Semar atau Batara Ismaya.

Karena Batara Semar tidak diperbolehkan menguasai langsung alam dunia, maka ia memakai wadag Janggan Semarasanta sebagai media manitis (tinggal dan menyatu), sehingga akhirnya nama Semarasanta jarang disebut, ia lebih dikenal dengan nama Semar.

Seperti telah ditulis di atas, Semar atau Ismaya adalah penggambaran sesuatau yang tidak jelas tersamar.

Yang ada itu adalah Semarasanta, tetapi sesungguhnya Semarasanta tidak ada. Yang sesungguhnya ada adalah Batara Semar, namun ia bukan Batara Semar, ia adalah manusia berbadan cebol, berkulit hitam yang bernama Semarasanta. Memang benar, ia adalah Semarasanta, tetapi yang diperbuat bukan semata-mata perbuatan Semarasanta.

Jika sangat yakin bahwa ia Semarasanta, tiba-tiba berubah keyakinan bahwa ia adalah Batara Semar, dan akhirnya tidak yakin, karena takut keliru. Itulah sesuatu yang belum jelas, masih diSAMARkan, yang digambarkan pada seorang tokoh Semar.

SEMAR adalah sebuah misteri, rahasia Sang Pencipta. Rahasia tersebut akan disembunyikan kepada orang-orang yang egois, tamak, iri dengki, congkak dan tinggi hati, namun dibuka bagi orang-orang yang sabar, tulus, luhur budi dan rendah hati. Dan orang yang di anugerahi Sang Rahasia, atau SEMAR, hidupnya akan berhasil ke puncak kebahagiaan dan kemuliaan nan abadi.

Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya

Bebadra = Membangun sarana dari dasar

Naya = Nayaka = Utusan mangrasul

Artinya : Mengemban sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia

Javanologi : Semar = Haseming samar-samar

Filosofi, Biologis Semar
Javanologi : Semar = Haseming samar-samar (Fenomena harafiah makna kehidupan Sang Penuntun). Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangan kirinya kebelakang. Maknanya : “Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan simbul Sang Maha Tumggal”. Sedang tangan kirinya bermakna “berserah total dan mutlak serta selakigus simbul keilmuaan yang netral namun simpatik”.

Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang) dempel = keteguhan jiwa. Rambut semar “kuncung” (jarwadasa/pribahasa jawa kuno) maknanya hendak mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian pelayan.

Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih, untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi. Semar barjalan menghadap keatas maknanya : “dalam perjalanan anak manusia perwujudannya ia memberikan teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ) yang maha pengasih serta penyayang umat”.

Kain semar Parangkusumorojo: perwujudan Dewonggowantah (untuk menuntun manusia) agar memayuhayuning bawono : mengadakan keadilan dan kebenaran di bumi.
 

Ciri sosok semar adalah
- Semar berkuncung seperti kanak kanak,namun juga berwajah sangat tua
- Semar tertawannya selalu diakhiri nada tangisan
- Semar berwajah mata menangis namun mulutnya tertawa
- Semar berprofil berdiri sekaligus jongkok
- Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekwensi atas nasehatnya

Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang Semar, jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, Budha dan Islam di tanah Jawa.

Dikalangan spiritual Jawa, Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual. Pengertian ini tidak lain hanyalah suatu bukti yang kuat bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah adalah Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.

Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas, dimengerti dan dihayati sampai dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh kebudayaan Jawa .

Gambar tokoh Semar nampaknya merupakan simbol pengertian atau konsepsi dari aspek sifat Ilahi, yang kalau dibaca bunyinya katanya ber bunyi :

Semar (pralambang ngelmu gaib) – kasampurnaning pati.

Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan Mardika artinya “merdekanya jiwa dan sukma“, maksudnya dalam keadaan tidak dijajah oleh hawa nafsu dan keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai oleh dosa. Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu) artinya : “dalam menguji budi pekerti secara sungguh-sungguh akan dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadi suatu kekuatan menuju kesempurnaan hidup”.

Filsafat Ha-Na-Ca-Ra-Ka dalam lakon Semar Mbabar Jati Diri

Dalam Etika Jawa ( Sesuno, 1988 : 188 ) disebutkan bahwa Semar dalam pewayangan adalah punakawan ”Abdi ”Pamomong” yang paling dicintai. Apabila muncul di depan layar, ia disambut oleh gelombang simpati para penonton. Seakan-akan para penonton merasa berada dibawah pengayomannya.

Simpati para penonton itu ada hubungannya dengan mitologi Jawa atau Nusantara yang menganggap bahwa Semar merupakan tokoh yang berasal dari Jawa atau Nusantara (Hazeu dalam Mulyono 1978 : 25). Ia merupakan dewa asli Jawa yang paling berkuasa (Brandon dalam Suseno, 1988 : 188). Meskipun berpenampilan sederhana, sebagai rakyat biasa, bahkan sebagai abdi, Semar adalah seorang dewa yang mengatasi semua dewa. Ia adalah dewa yang ngejawantah ” menjelma ” (menjadi manusia) yang kemudian menjadi pamong para Pandawa dan ksatria utama lainnya yang tidak terkalahkan.

Oleh karena para Pandawa merupakan nenek moyang raja-raja Jawa (Poedjowijatno, 1975 : 49) Semar diyakini sebagai pamong dan danyang pulau Jawa dan seluruh dunia (Geertz 1969 : 264). Ia merupakan pribadi yang bernilai paling bijaksana berkat sikap bathinnya dan bukan karena sikap lahir dan keterdidikannya (Suseno 1988 : 190). Ia merupakan pamong yang sepi ing pamrih, rame ing ngawe ” sepi akan maksud, rajin dalam bekerja dan memayu hayuning bawana ” menjaga kedamaian dunia (Mulyono, 1978 : 119 dan Suseno 1988 : 193)

Dari segi etimologi, joinboll ( dalam Mulyono 1978 : 28 ) berpendapat bahwa Semar berasal dari sar yang berarti sinar ” cahaya “. jadi Semar berarti suatu yang memancarkan cahaya atau dewa cahaya, sehingga ia disebut juga Nurcahya atau Nurrasa (Mulyono 1978 : 18) yang didalam dirinya terdapat atau bersemayam Nur Muhammad, Nur Illahi atau sifat Ilahiah. Semar yang memiliki rupa dan bentuk yang samar, tetapi mempunyai segala kelebihan yang telah disebutkan itu, merupakan simbol yang bersifat Ilahiah pula (Mulyono 1978 : 118 – Suseno 1988 : 191). Sehubungan dengan itu, Prodjosoebroto (1969 : 31) berpendapat dan menggambarkan (dalam bentuk kaligrafi) bahwa jasat Semar penuh dengan kalimat Allah.

Sifat ilahiah itu ditunjukkan pula dengan sebutan badranaya yang berarti ” pimpinan rahmani ” yakni pimpinan yang penuh dengan belas kasih (timoer, tt : 13). Semar juga dapat dijadikan simbol rasa eling ” rasa ingat ” (timoer 1994 : 4), yakni ingat kepada Yang Maha Pencipta dan segala ciptaanNYA yang berupa alam semesta. Oleh karena itu sifat ilahiah itu pula, Semar dijadikan simbol aliran kebatinan Sapta Darma (Mulyono 1978 : 35)

Berkenaan dengan mitologi yang merekfleksikan segala kelebihan dan sifat ilahiah pada pribadi Semar, maka timbul gagasan agar dalam pementasan wayang disuguhkan lakon ” Semar Mbabar Jati Diri “. gagasan itu muncul dari presiden Suharto dihadapan para dalang yang sedang mengikuti Rapat Paripurna Pepadi di Jakarta pada tanggal, 20-23 Januari 1995. Tujuanya agar para dalang ikut berperan serta menyukseskan program pemerintah dalam pembangunan manusia seutuhnya, termasuk pembudayaan P4 (Cermomanggolo 1995 : 5). Gagasan itu disambut para dalang dengan menggelar lakon tersebut. Para dalang yang pernah mementaskan lakon itu antara lain : Gitopurbacarita, Panut Darmaka, Anom Suroto, Subana, Cermomanggolo dan manteb Soedarsono (Cermomanggolo 1995 : 5 – Arum 1995 : 10). Dikemukan oleh Arum (1995:10) bahwa dalam pementasan wayang kulit dengan lakon ” Semar Mbabar Jadi Diri ” diharapkan agar khalayak mampu memahami dan menghayati kawruh sangkan paraning dumadi ” ilmu asal dan tujuan hidup, yang digali dari falsafat aksara Jawa Ha-Na-Ca-Ra-Ka. Pemahaman dan penghayatan kawruh sangkan paraning dumadi yang bersumber filsafat aksara Jawa itu sejalan dengan pemikiran Soenarto Timoer (1994:4) bahwa filsafat Ha-Na-Ca-Ra-Ka mengandung makna sebagai sumber daya yang dapat memberikan tuntunan dan menjadi panutan ke arah keselamatan hidup. Sumber daya itu dapat disimbolkan dengan Semar yang berpengawak sastra dentawyanjana. Bahkan jika mengacu pendapat Warsito (dalam Ciptoprawiro 1991:46) bahwa aksara Jawa itu diciptakan Semar, maka tepatlah apabila pemahaman dan penghayatan kawruh sangkan paraning dumadi tersebut bersumberkan filsafat Ha-Na-Ca-Ra-Ka.

Kata Aliran Kejawen : ”Sangkan Paraning Dumadi Sri Jayabaya” adalah aliran kepercayaan yang mempercayai adanya silsilah manusia yang digabungkan dengan cerita dalam pewayangan. Berikut adalah sedikit penjelasannya.

Menurut kepercayaan ini, sebenarnya pohon silsilah itu ada tiga golongan, yaitu: sejarah silsilah manusia, sejarah silsilah banu jan (yang sama sekali tidak diketahui manusia) dan sejarah silsilah campuran manusia dan banu jan (inipun tidak banyak diketahui kecuali dari Nabi Sith a.s.

Berikut ini adalah silsilah itu yang akhirnya menurunkan silsilah Raja Kadiri Jayabaya:

1. Nabi Adam (Sang Hyang Janmawalijaya/Sang Hyang Adhama)
2. Nabi Sith (Sang Hyang Syta)
3. Sayid Anwar (Sang Hyang Nur Cahya)
4. Sang Hyang Nurasa
5. Sang Hyang Wenang (Sang Hyang Wisesa)
6. Sang Hyang Manik Maya (Betara Guru)
7. Betara Brama / Sri Maha Punggung / Dewa Brama
8. Betara Sadana (Brahmanisita)
9. Betara Satapa (Tritusta)
10. Bambang parikanan
11. Resi Manumayasa
12. Resi Sekutrem
13. Begawan Sakri
14. Begawan Palasara
15. Begawan Abiyasa (Maharaja Sanjaya)
16. Pandu Dewanata
17. Dananjaya (R.Arjuna)
18. R. Abimanyu
19. Prabu Parikesit
20. Prabu Yudayana
21. Prabu Yudayaka (Jaya Darma)
22. Prabu Gendrayana
23. Prabu Jayabaya
24. Prabu Jaya Amijaya
25. Prabu Jaya Amisena
26. Raden Kusumawicitra
27. Raden Citrasuma
28. Raden Pancadriya
29. Raden Anglingdriya
30. Prabu Suwelacala
31. Prabu Sri Maha Punggung
32. Prabu Kandihawan (Jayalengkara)
33. Resi Gatayu/Gentayu
34. Resi Lembu Amiluhur
35. Raden Panji Asmara Bangun (Inu Kertapati)
36. Raden Kudalaweyan (Mahesa Tandreman)
37. Raden Banjaran Sari
38. Raden Munding Sari
39. Raden Munding Wangi
40. Prabu Pamekas
41. Raden Jaka Sesuruh (R. Wijaya / raja Majapahit)
42. Prabu Taruma (Bhre Kumara)
43. Prabu Hardaningkung (Brawijaya I)
44. Prabu Hayam Wuruk

Kata Mas  Ki Agung Pambudi dari Jawa Timur Silslah Semar yang Samar adalah  : 

Sebenarnya pohon silsilah itu ada 3 (tiga) golongan
1. Sejarah silsilah manusia
2. Sejarah silsilah jan yang sama sekali tidak di ketahui manusia
3. Sejarah silsilah campuran (manusia dan banu jan), inipun tidak banyak diketahui kecuali dari Nabi Sith (Seth dalam Bibel) saja.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

1.  Nabi Adam a.s (Sanghyang Janmawawalija/Sanghyang Adama) Usia 960 Tahun.
a. pertama kali sareat solat subuh 2 rokaat di di turunkan kepada nabi Adam a.s
b. Menikah dengan Siti Hawa (sanghyang Dewi Janmawanujaya/Sang Dewi Kawahnya)
c. puncak solatul ilmi nabi adam.as. (memberikan ASMA kepada semua binatang ,tumbuhan ,dsb)

2. Nabi Sith a.s (Sanghyang Sita)
a. Putra ke enam nabi Adam a.s

b. Kelahirannya tidak melalui rahim Siti hawa. (Penjelasan : Menurut sebuah riwayat hadist Qudsi : Nabi adam berdebat dengan siti hawa masalah rebutan anak dan Allah Swt bersabda : wahai kalian berdua, keluarkanlah benih kalian masing-masing, keduanya lalu menaruh benihnya (sperma dan sel telur) terpisah di dalam cawan, hari demi hari benih (sperma) nabi Adam as hidup dan disemaikan oleh kandungan alam, semesta. (planit sempurna.yaitu bumi yang subur) dan tumbuhlah benih itu menjadi seorang bayi yang dinamakan Sith (Sang hyang sita) sedangkan benih hawa, membusuk tidak jadi orang bayi, benih itu lalu diambil pleh idazil, kemudian di beri daya hidup, dipuja. Idajil memohon kepada Allah SWT, agar benih hawa itu menjadi seorang anak, doa idajil dikabulkan Allah SWT dan jadilah bayi perempuan yang menjadi putri dari idazil dan putri itu diberi nama, Dewi Dlajah yang di kemudian hari menjadi istri Nabi Sith as, yang melahirkan sayyid Anwar yang menurunka para dewa, demikian penjelasan tersebut. Wa allahu alam bishawab).
c. Menerima 50 syahifah (musyaf)
d. Ia berperang dengan Qobil.
e. Usia 900 Tahun Nabi Sith Wafat. 
f. Beristri Dewi Mulat (Hanum putri nabi adam a.s yang tidak kembar) dan Dewi Dlajah bin Idajil. Apa yang mungkin bagi Allah SWT, adalah mungkin "Kun Faya Kun", seperti halnya Nabi Isa a.s yang tidak berayah -Wallahu 'alam Bishowah.

3. Sayyid Anwar (Sanghyang Nur Cahya)
a.menikah dengan Dewi Nurini Bin Prabu Nurhadi Bin Prabu Rawangin bin Prabu sanghyang Malija bin sanghyang Babar Buana bin Idajil

4. Sanghyang Nurrasa
a.menikah dengan Dewi Sarwati binti Prabu Rawangin bin Prabu Prabu Sanghyang Malija bin Sanghyang Malija bin Sanghyang Babar Buana bin Idajil.
b.mempunyai tiga anak 
a. Sanghyang Wenang 
b. Sanghyang Wening/Darmajaka (mendirikan Kerajaan di Srilangka)
c. Sanghyang Taya

5. Sanghynag Wenang (Sanghyang Wisesa) 
a. Menikah dengan Dewi Saoti bin Prabu Hari (Raja Keling India) SH Kalingga Pati

6. Sanghyang Tunggal 
Mempunyai dua Istri yaitu :
a. Istri pertama Dewi Rakti bin sanghyang Suyud (Raja Jin) dan berputra 3 orang yaitu : 
1. Sanghyang Antaga (Togog)
2. Sanghyang Ismaya (Semar)
3. Sanghyang Manikmaya (Betara Guru)
b. Istri kedua Dewi darmani bin Sanghyang Darmajaka bin sanghyang Nurrasa mempunyai 3 orang anak yaitu :
1. Sanghyang Darmadewa  
2. Sanghyang Darmastuti 
3. Sanghyang Dewanjali

7. Sanghyang Ismaya (Semar) janggan smarsanta ya sang hyang ismaya jati sang semar badranaya, sabdho palon noyo genggong, Pamomong Agung Darah Ksatria, sekaligus sesepuh jawa dwipa yang membawa Ageman Aji berupa Budi.

Rundayan Tapel Adam dan Babu Hawa

Kalau melihat Bagan Rundayan Tapel Adam dan Babu Hawa yang saya dapat dari Paguyuban Kuncen Pancer Buana Sumedang. 

Tetenger/Ciri Semar yang Samar di Sirah Cipaku Darmaraja Sebelum Tergenang Jatigede
Situs/Tetenger/Ciri Ki Semar yang Samar Di Gunung Padang Darmaraja Sumedang

Sejarah Semar yang Samar di silsilahkan sebagai berikut :
Nabi adam dan Siti Hawa berputra 40 pasangan kembar dan 2 tidak kembar yaitu Nabi Sith dan Dewi Hunun  :

1. Sayyidina Sith a.s dan Dewi Hunun berputra  Sayyid Anwas yang menurunkan keturunan di Barat dan Keturunan Para Nabi.

2. Sayyidina Sith a.s dan Dewi Delajah berputra Sayyid Anwar (Sanghyang Nurcahya) berputra Sanghyang Nurrasa, Sanghyang Nurrasa berputra Sanghyang Wenang, berketurunan lagi Sanghyang Tunggal/Kabataraan/Kedewaan. Yang menurunkan Keturunan di Asia. 

3. Sayyidina Sith a.s/Semar
Menurunkankan keturunan Ra-buyut di Tanah Jawa.
1. Batari Pohaci 
2. Batari Putri Manah Wening (Batari Puspa Wijaya Kusumah)
~ Sejarah buku ada pada penulis.


Salam Santun.....