Ketika kesesatan mula tersebar dalam kehidupan masyarakat, tidak ada seorang pun yang tidak terikut melainkan seorang lelaki yang duduk dalam kesedihan.

Beliau satu-satunya manusia yang masih berpegang dengan wasiat Nabi Adam AS bahwa syaitan itu musuh bagi anak cucu Baginda AS seluruhnya.

Lelaki tersebut ialah Nuh bin Lamuk yang sentiasa beriman kepada Allah SWT.

Nabi Nuh AS lahir setelah Nabi Adam AS wafat yang jaraknya 10 abad (1000 tahun).

Sebuah hadith riwayat al-Hakim, al-Tabari dan lain-lain, daripada Abu Umamah RA, beliau berkata: “Ada seseorang bertanya: ‘Ya Rasulullah, apakah Adam itu seorang Nabi?’

Jawab Baginda: ‘Ya.’

Lelaki itu bertanya lagi: ‘Berapa lama jarak antara dirinya dengan Nabi Nuh AS?’

Baginda menjawab: ’10 abad.’”

Secara umumnya dapat dikatakan bahawa Nabi Nuh AS diutus Allah Taala ketika manusia menyembah berhala dan taghut serta tenggelam dalam kesesatan dan kekafiran, kemudian Allah Taala mengutusnya sebagai rahmat bagi umat manusia.

Diriwayatkan daripada Ibn Abbas RA, beliau berkata: “Jarak umur antara Nabi Adam AS dan Nabi Nuh AS ialah 10 abad. Semua orang pada masa itu memeluk Islam.”

Dalam kitab Qasas al-Anbiya', Imam Ibn Kathir RH menyebut: “Setelah berabad-abad kejayaan Islam, keadaan berubah menjadi sebaliknya iaitu ketika manusia beralih kepada penyembahan berhala.”

Penyebab perubahan itu seperti yang terdapat dalam hadith riwayat Imam al-Bukhari daripada Ibn Abbas RA tentang pentafsiran ayat Allah SWT dalam surah Nuh, ayat 23 yang bermaksud:-

“Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Tuhan-Tuhan kamu dan jangan sesekali kamu meninggalkan (penyembahan) Wad, Suwa', Yaghuth, Ya'uq dan Nasra.”

Ibn Abbas RA mengatakan: “Nama-nama tersebut ialah nama orang soleh daripada kaum Nabi Nuh AS.

Ketika mereka wafat, syaitan membisikkan kepada kaumnya agar mereka membuat patung orang soleh antara mereka dan memberikan nama-nama patung-patung mengikut nama-nama orang soleh tersebut.

Mereka patuh pada bisikan syaitan itu, pada mulanya patung-patung tersebut tidak disembah, namun setelah mereka meninggal dunia, maka patung-patung itu akhirnya disembah.”

Ibn Abbas RA berkata lagi: “Berhala-berhala yang ada dalam kalangan kaum Nuh AS akhirnya muncul di tengah-tengah bangsa Arab.”


Buat Patung agar Lebih Bermotivasi Beribadat?

Ibn Jarir dalam tafsirnya, Jami' al-Bayan menyebut: “Merekalah orang soleh yang hidup antara waktu Adam dan Nuh. Mereka mempunyai ramai pengikut setia. Selepas mereka meninggal, para pengikutnya berbincang, ada yang mencadangkan:-

‘Bagaimana jika kita membuat patung-patung mereka kerana dengan demikian, kita akan lebih kuat beribadat jika teringat kepadanya.’

Maka pera pengikut mereka membuat patung-patung tersebut, apabila para pengikut orang soleh tadi telah meninggal dunia dan berganti dengan generasi baru, iblis datang menggoncang hati mereka. Iblis berkata:-

‘Jika kamu bersedia menyembah mereka, maka hujan akan turun kepadamu.’

Mereka pun bertekad menyembah patung-patung tersebut.”

Menurut Dr. Abdul Hamid al-Tahir dalam kitab beliau Qasas al-Anbiya' li al-Atfal, Nabi Adam AS meninggal dunia setelah mengajar anak cucunya agar hanya menyembah Allah SWT dan tidak mensyirikkan-Nya dengan sesuatu pun.

Baginda Adam AS wafat setelah menceritakan kepada mereka mengenai kisahnya dengan iblis agar diambil pengajaran dan peringatan, malah ditegaskan kepada mereka bahwa iblis itu musuh bagi mereka.

Hari berganti bulan, bulan berganti tahun hinggalah anak cucu Nabi Adam AS bertambah jumlahnya. Kebanyakan mereka telah melupakan nasihat dan wasiat yang telah disampaikan oleh Nabi Adam AS.

Hanya segelintir saja yang masih ingat dan mengikuti ajaran yang dibawa oleh Nabi Adam AS.

Akan tetapi, setiap masa pasti ada orang soleh yang sangat dicintai masyarakat dan penduduk sekitarnya kerana mereka dapat memberi petunjuk dan menunjukkan jalan menuju Allah SWT.

Apabila orang soleh itu meninggal dunia, penduduk tempatan membuat patung khusus untuknya dengan tujuan agar mereka selalu dapat mengingat dan tidak lupa untuk meniru jejak hidup orang soleh tersebut.

Antara orang soleh tersebut terdapat lima orang yang terkenal yaitu Wad, Suwa', Yaghut, Ya'uq dan Nasra. Ketika mereka meninggal dunia, masyarakat pun segera membuat patung orang soleh itu untuk mereka.

...dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr.” (Nuh 71:23).
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Uwah bin az-Zubayr, bahwa ia berkata: "Wadd, Suwâ’, Yaghuts, Ya`uq dan Nasr adalah anak-anak Adam. Sedangkan Wadd adalah yang paling tua dan yang paling berbakti kepada Adam." Qashash al-Anbiyya (Kisah Para Nabi & Rasul) karya Ibnu Katsir, Kisah Nabi Nuh, Hal. 105.

Menurut kisah dari Ibnu Abbas, awal mula munculnya penyembahan terhadap berhala terjadi pada zaman Nuh. Asal muasal nama-nama berhala itu diambil dari nama-nama ulama mereka yang pernah hidup bersama mereka sebelumnya. Dengan dalih untuk mengenang keshalihan dan jasa-jasa mereka serta untuk memacu semangat peribadatan umat ketika itu, maka dibuatlah patung, gambar, simbol-simbol visualisasi fisik mereka. Namun lambat laun dengan bergantinya generasi, patung-patung itu justru disembah dan dijadikan sebagai sosok tuhan.

Pada masa Nuh berhala yang disembah adalah:

Menurut Imam Bukhari, Ibnul Munzir, Ibnu Mardawaih dari Ibnu `Abbas "Kemudian berpindahlah berhala-berhala itu kepada bangsa Arab, maka jadilah Wad, nama kabilah Kalb; Suwa, nama berhala kabilah Huzail; Yagus, nama berhala kabilah Gutaif; Ya'uq nama berhala kabilah Hamdan dan Nasr adalah nama kabilah berhala kabilah Himiar". Hadits riwayat Imam Bukhari no. 4920.

1. Wadd : Bani Kayb mengadopsi berhala ini, yang dianggap sebagai tuhan lelaki di Dimât al-Jandal.

2.  Suwâ : Bani Hudzail mengadopsi berhala ini[2] kemudian diletakkan di daerah sekitar Yanbû'[20] dekat Madinah. Suwâ dianggap sebagai tuhan perempuan, di Ruhat Sedangkan pemelihara berhala ini adalah Bani Lihyan.

3. Yaghūts : Berhala Bani Murad yang dianggap sebagai tuhan singa, kemudian untuk Bani Ghuthoif dilereng bukit yang terletak di kota Saba dan penduduk Huras di Madzhaj, Yaman, serta Bani An’um di Thayyi’. Menurut yang disampaikan oleh Ibnu Kalbi berhala ini disembah pula oleh Bani Madzhij dan Bani Jurasy.

4.  Ya`ûq : Berhala untuk Bani Hamdân dan Bani Kinânah yang dianggap sebagai tuhan kuda. Ditempatkan disebuah desa yang bernama Khaywan, dengan jarak selama 2 malam perjalanan menuju Mekkah.

5. Nasr : Berhala untuk Bani Himyar di Balkha, Yaman, yang dianggap sebagai tuhan hering, sesembahan keluarga Dzi Kila.

“ ...dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr.” (Nuh 71:23).     ”

Tiap-tiap kabilah mempunyai berhala yang mereka sembah, akan tetapi berhala-berhala itu mempunyai kedudukan yang berbeda-beda. Penyembahan berhala-berhala itu kemudian turun, yakni berpindah kepada bangsa Arab. Maka terdapat pulalah pada bangsa Arab berhala-berhala yang dinamai dengan nama-nama yang pernah dipakai oleh kaum Nuh itu.

Ibnu Katsir dalam kitabnya yang berjudul Qashash al-Anbiyya menuliskan bahwa, berhala yang pertama kali dibuat adalah Wadd, Suwâ’, Yaghuts, Ya`uq dan Nasr, kesemuanya adalah para ulama yang hidup pada masa antara Adam dan Nuh. Mereka semua adalah anak dari Adam, Wadd anak tertua dan paling berbakti kepada Adam.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Uwah bin az-Zubayr, bahwa ia berkata: "Wadd, Suwâ’, Yaghuts, Ya`uq dan Nasr adalah anak-anak Adam. Sedangkan Wadd adalah yang paling tua dan yang paling berbakti kepada Adam." Qashash al-Anbiyya (Kisah Para Nabi dan Rasul) karya Ibnu Katsir, Kisah Nabi Nuh, Hal. 105.

Pemujaan manusia sholeh oleh keturunannya yang dipatungkan sepertinya pengulangan dari jaman nabi Adam a.s, yang tersurah dalam al Quran : “Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) mengaggap al Lata dan al Uzza,...”(An-Najm 53:19).

Dikisahkan melalui hadits bahwa bangsa Arab Jahiliyah telah meletakkan berhala disekitar Kaabah sebanyak 360 berhala. Hadis riwayat Imam Muslim No.3333, kisah dari Abdullah bin Mas`ud, ia berkata: Ketika nabi S.A.W memasuki Mekkah, di sekitar Kakbah terdapat patung berhala sebanyak tiga ratus enam puluh buah. Mulailah nabi S.A.W merobohkannya dengan tongkat kayu ditangannya seraya membaca ayat: Telah datang kebenaran dan musnahlah kebatilan, karena sesungguhnya kebatilan itu adalah sesuatu yang pasti musnah. Kebenaran telah datang dan yang batil itu

Berhala yang disembah Arab Jahiliyah itu biasanya diberi nama dengan nama-nama perempuan atau lelaki, berhala yang terkenal di antaranya adalah:

1. Hubal : Berhala yang dianggap sebagai "Dewa Bulan" ini dibawa oleh 'Amr bin Luhay dari Ma'arib (Moab) suatu daerah di Balqa'. Menurut kisah dari Ibnu Hisyam, ia berkata bahwa salah seorang dari orang berilmu berkata kepadaku bahwa orang yang pertama mendatangkan Berhala ke Makkah adalah 'Amr bin Luhay.

2. Lātta : Berhala berupa batu yang dipahat, yang dibangun sebuah rumah di atasnya. Zaman dahulu Latta adalah seorang lelaki yang shalih yang biasa mengadon tepung untuk memberi makan jama’ah haji. Ketika dia meninggal, orang-orang pun membangun sebuah rumah di atas kuburannya dan menutupinya dengan tirai-tirai. Berhala ini adalah sesembahan kaum Tsaqif di Thaif dan pelayannya adalah dari Bani Muattab.

3. ‘Uzzá : Berhala pohon samurah dari Sallam yang terletak di lembah Nakhlah yang terletak antara Mekkah dan Tha’if. Di sekitarnya terdapat bangunan, dan tirai-tirai. Berhala ini juga mempunyai pelayan-pelayan (penjaga-penjaga). Uzza ini adalah berhala milik suku Quraisy, Sulaim; Gathafan dan Jusyam serta serta suku-suku yang ada di sekitarnya.

4. Manāt : Berhala berupa batu besar yang terletak tak jauh di Gunung Qudayd di antara Mekkah dan Madinah. Berhala ini adalah milik suku Khuza’ah, Aus, dan Khazraj. Jika sedang berhaji (di masa pra-Islam), mereka berihram di sisinya, dan mereka menyembahnya.

Dalam kitab Sunda "Serat Maha Purwa" bahwa, Latta dan Uzza adalah anak daripada 42 pasangan kembar dari nabi adam.  Dan Apakah nama Hubal dari bahasa Habil menjadi Hubal, yang dibunuh oleh Kabil? Begitu juga nama anak Nabi Adam yang bernama Amana menjadi Manat dalam bahasa Arab? Wallahu Alam.

"Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhada-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang." (Al-'A`raf 7:191)

"...dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang." (An-Nahl 16:20)


Masih Ada Lagi yang Beriman


Melihat keadaan masyarakat yang menyembah berhala, Nabi Nuh AS berasa gelisah, lalu Baginda Nuh AS bertafakur tentang alam sekelilingnya yang menakjubkan. Kemudian Baginda AS membuat kesimpulan bahawa alam yang elok ini pasti ada Tuhan yang Maha Agung yang mencipta.

Selain memikirkan keindahan dan keagungan Allah Taala. Nabi Nuh AS juga selalu teringat tentang wasiat dan nasihat bapanya berkata: “Jangan kamu menyembah, kecuali kepada Allah SWT.”

Baginda AS juga ingat akan nasihat bapanya: “Iblis ialah musuh bagimu.”

Ketika itu tiada seorang pun di muka bumi ini yang beriman kepada Allah SWT kecuali hanya seorang sahaja iaitu Nabi Nuh AS.

Allah SWT berfirman dalam surah an-Najm, ayat 52 yang bermaksud: “Dan kaum Nabi Nuh sebelum itu (telah juga dibinasakan). Sesungguhnya mereka adalah orang yang sangat zalim dan melampaui batas.”


Wallahua'lam.