Dalam konteks sufisme, yang dimaksud qalbu atau hati bukanlah pengertian secara fisik yaitu segumpal daging yang berada dekat pusat atau liver, yang berfungsi untuk mengedarkan darah. Bukan pula suatu yang beredar dalam dada seseorang. Ia bukanlah hati yang merupakan organ intusi supra rasional yang berhubungan dengan lathifah rabbaniyyah, yaitu sesuatu yang halus di dalam sosok manusia yang hakikatnya hanya diketahui oleh Allah. Jadi, apa yang berdebar di dalam dada seseorang yang acapkali didekap-dekap sambil dibisiki: “Hatiku, hatiku, hatiku,” menusut terminologi sufi ia bukanlah merupakan hati sebenarnya.
Dikatakan oleh Imam Ghazali bahwa hati (Qalb) mempunyai dua makna. Makna pertama ialah hati sebagai bagian dari anggota tubuh manusia, serupa daging yang disebut jantung, terletak di dalam rongga dada. Makna kedua ialah sebagai lathifah rabbaniyyah yang merupakan daya kemampuan manusia yang diberikan Allah Swt. untuk mengetahui, memahami dan menguasai seluk beluk sesuatu.
Itulah sebabnya sering dinyatakan, bahwa di dalam tubuh manusia yang kecil ada sebuah alam yang luasnya melebihi alam jagad raya ini, yaitu hakikatnya hati seorang al’arif billah. Diriwatkan dalan hadis qudsi, Allah Azza wal Jalla berfirman : “Bumi dan langit tidak akan mampu menampung-Ku, dan hanya hati orang-orang yang beriman sajalah tempat-Ku bersemayam.”
Maka ketika Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang di mana Allah berada, apakah di bumi atau di langit. Jawab beliau, “Dia berada di hati hamba-hamba-Nya yang berimam.”
Tentu, keluasan makna ini merujuk kepada keadaan hati yang suci yang dimiliki oleh golongan ‘arifin. Di mana hati yang suci itu bisa digambarkan laksana sebuah negeri yang makmur dan subur, dihiasi taman yang penuh berkah, mata airnya tak pernah keing, kenikmatannya tak pernah habis, dan pohonnya terus berbuah tak mengenal batas musim. Dengan begitu, orang yang selalu memperhatikan kesucian hatinya, menjaga dan memdidiknya dengan baik, maka rohnya akan tetap muda, perasaannya lembut, dan penampilan pun akan ceria dan bergairah. Namun, hati baru akan bisa tenang dan istiqomah manakala ia terus disirami dengan percikan-percikan iman melalui amal ibadah yang mudawamah (tidak berkeputusan). Dan juga hati itu akan lebih hidup manakala ia selalu berada dalam dzikrullah dan mulazamah di dalam melakukan mujahadtrun nafsi, serta tekun melakukan tazkiyah, yakni membersihkan hati dari segala kotoran dan penyakit hati. Disamping itu, akan merasa sedih dan kecewa bila tidak mampu melaksanakan hal-hal yang baik dan terpuji, dan juga akan menyesal manakala melakukan hal-hal yang salah dan tercela.
Hakikat hati nurani manusian adalah berasal dari nur Ilahiyah, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya, “Cahaya di atas cahaya, Allah membimbing kepada cahaya (nur)-Nya siapa saja yang Dia kehendaki.” (QS. An Nur:35)
Pendek kata, sejahat apapun manusia yang selalu menuruti hawa nafsunya, namun dalam hati nuraninya akan tetap jujur untuk menyadari kesalahan dirinya.
Wallahu A`alam
Dikatakan oleh Imam Ghazali bahwa hati (Qalb) mempunyai dua makna. Makna pertama ialah hati sebagai bagian dari anggota tubuh manusia, serupa daging yang disebut jantung, terletak di dalam rongga dada. Makna kedua ialah sebagai lathifah rabbaniyyah yang merupakan daya kemampuan manusia yang diberikan Allah Swt. untuk mengetahui, memahami dan menguasai seluk beluk sesuatu.
Itulah sebabnya sering dinyatakan, bahwa di dalam tubuh manusia yang kecil ada sebuah alam yang luasnya melebihi alam jagad raya ini, yaitu hakikatnya hati seorang al’arif billah. Diriwatkan dalan hadis qudsi, Allah Azza wal Jalla berfirman : “Bumi dan langit tidak akan mampu menampung-Ku, dan hanya hati orang-orang yang beriman sajalah tempat-Ku bersemayam.”
Maka ketika Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang di mana Allah berada, apakah di bumi atau di langit. Jawab beliau, “Dia berada di hati hamba-hamba-Nya yang berimam.”
Hakikat hati nurani manusian adalah berasal dari nur Ilahiyah, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya, “Cahaya di atas cahaya, Allah membimbing kepada cahaya (nur)-Nya siapa saja yang Dia kehendaki.” (QS. An Nur:35)
Pendek kata, sejahat apapun manusia yang selalu menuruti hawa nafsunya, namun dalam hati nuraninya akan tetap jujur untuk menyadari kesalahan dirinya.
Wallahu A`alam
Adab Berdo'a
2017/01/010 CommentsNaskah Kuningan
2016/12/260 CommentsIsi Pokok Kandungan Surat Al Ma’un
2016/12/090 CommentsPembahasan Serat kekiyasanning Pangracutan
2016/12/010 CommentsZiarah Makam Abah Sepuh dan Abah Anon Di Pesantrean Suryalaya Tasikmalaya
2023/08/230 CommentsHakikat Shalat 5 Waktu dan Penjelasannya
2023/07/290 CommentsMemahami Doa Untuk Kedua Orang Tua
2023/06/220 CommentsMacam-macam Zikir Tarekat Naqsyabandiyah
2023/05/230 CommentsTinjaun Multi Dimensi La Ilaha illa Allah Sebagai Afhalu Dzikri
2022/07/170 CommentsTawasul Untuk Khusus Untuk Leluhurku
2021/03/171 CommentsSusunan Bacaan Tahlil, Doa Arwah Lengkap dan Terjemahannya
2020/10/021 CommentsKeutamaan Dzikir dan Anjuran Mengerjakannya
2020/10/020 CommentsDo'a Tawassul Perantara Rasulullah SAW dan Keluarganya
2020/01/136 CommentsUcapan-ucapan Belasungkawa Duka Cita Atas Kematian
2019/09/030 CommentsMengaktifkan Energi Sedulur Papat Lima Pancer (Kakang, Kawah, Adi, Ari-Ari)
2018/12/0241 Comments19 Unsur Dan Proses Perjalanan Ruhani
2018/11/010 CommentsUzlah, Zuhud dan Wara
2018/10/071 CommentsKewajiban Berpuasa Dilakukan Sejak Jaman Nabi Adam
2018/04/271 CommentsAsma Karomatul Arsyil Qubro
2018/04/255 CommentsDzikir Ismul A'zhom
2018/03/152 CommentsWejangan, Larangan dan Ajaran Syekh Siti Jenar
2017/06/160 CommentsAjaran dan Praktek Syekh Siti Jenar
2017/06/161 CommentsTafsir Kisah Musa dan Khidir
2017/06/160 CommentsAjaran Kemanunggalan Syekh Siti Jenar
2017/06/160 CommentsAsal Usul Syekh Siti Jenar
2017/06/160 CommentsBeberapa Nama Yang dikenal Sebagai Syekh Siti Jenar
2017/06/160 CommentsTiga Jalan Rohani Marifatullah
2017/06/160 CommentsBeberapa Penjelasan Martabat Tujuh
2017/04/010 CommentsPandangan Keagamaan Orang Sunda Terhadap Keberadaannya Di Dunia ini
2017/02/021 CommentsNgajelaskeun Silih Asih - Silih Asah - Silih Asuh, Kiwari
2017/02/022 CommentsPenjelasan Singkat Tentang Rawayan Jati
2017/02/020 CommentsRisalah Tarekat Qodariyah Naqsyabandiyah
2017/01/290 CommentsPangrajah Ka Karuhun Sumedang
2017/01/270 CommentsLinggasananing Haksara
2017/01/240 CommentsEmpat Alam Nasut, Jabarut, Malakut dan Lahut
2017/01/2216 CommentsSeri Amaliah TQN Suryalaya, Ibadah Shalat Fardu dan Sunnat
2017/01/220 CommentsLemah Sagandu (Sundaland/Nusantara/Nusa Jawa)
2017/01/210 CommentsPenjelasan Ajaran Syekh Siti Jenar
2017/01/160 CommentsAjaran Filsafat Aksara Sunda berdasarkan Haksara Sasana Kreta
2017/01/166 CommentsPengertian Sedulur Papat Kelima Pancer (Pancaniti)
2017/01/100 CommentsTabbayun Baitullah Sejati Bukan di Makkah
2017/01/080 CommentsWirdul Latif Zikir Pagi Dan Petang
2017/01/010 CommentsCahaya-Cahaya Watak Diri An Nafsiyyah
2017/01/010 CommentsWirid Sebagai Upaya Mendekatkan Diri Kepada Allah SWT
2017/01/010 CommentsAdab Berdo'a
2017/01/010 CommentsNaskah Kuningan
2016/12/260 CommentsIsi Pokok Kandungan Surat Al Ma’un
2016/12/090 CommentsPembahasan Serat kekiyasanning Pangracutan
2016/12/010 CommentsZiarah Makam Abah Sepuh dan Abah Anon Di Pesantrean Suryalaya Tasikmalaya
2023/08/230 CommentsHakikat Shalat 5 Waktu dan Penjelasannya
2023/07/290 CommentsMemahami Doa Untuk Kedua Orang Tua
2023/06/220 CommentsMacam-macam Zikir Tarekat Naqsyabandiyah
2023/05/230 CommentsTinjaun Multi Dimensi La Ilaha illa Allah Sebagai Afhalu Dzikri
2022/07/170 Comments
0 Komentar