Rahasia Bacaan Shalawat Nabi Yang Masyhur

Bacaan Shalawat Nabi, Bacaan Sholawat, Lafal Shalawat

Bacaan Shalawat Nabi yang singkat adalah: "Allahumma Shalli 'Ala Muhammad” (Ya Allah, berikanlah rahmat-Mu pada Muhammad) dan bentuk bacaan shalawat dari Nabi Saw. yang paling sempurna, sebagaimana keshahihan riwayat hadits yang telah dan disepakati dan telah diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab Muwaththa', dan Bukhari Muslim dalam kitab Shahihnya, serta diriwayatkan pula oleh Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasai, adalah sebagai berikut :

Bacaan Shalawat Nabi Yang Mashur, Bacaan Shalawat Nabi

Allahumma shalli 'alaa sayyidina muhammadin wa 'ala ali sayyidina muhammadin kama shallayta 'alaa sayyidina ibrahima wa 'alaa aali sayyidina ibrahima wa barik 'alaa muhammadin wa 'alaa ali muhammadin kamaa baarakta 'alaa sayyidina ibraahiima wa ‘alaa sayyidina Ibrahiima, fil 'aalamiina innaka hamidum majiid

"Ya Allah, berikanlah rahmat-Mu kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah merahmati Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Dan berkatilah Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagai Engkau telah memberkati nabi Ibrahim dan keluarga nabi Ibrahim. Sesungguhnyn Engkau Maha Terpuji lagi Maha Pemurah bagi seluruh alam."


Rahasia di balik sabda Nabi Saw : "Kama shallaita 'alaa Ibrahim" dan "Kamaa Barakta 'alaa Ibrahim" (sebagaimana Engkau telah memberkati dan merahmati Ibrahim), dikemukakan oleh Abu Muhammad al-Marjani, sebagaimana dikutip al-Qisthillani dalam kitab Syarrah al-Bukhari dan al-Mawahib al-Laduniyyah  al-Marjani mengungkapkan rahasia, mengapa Nabi tidak menyebutkan: Kamaa Shallaita 'alaa Musa (sebagaimana Engkau telah merahmati Musa), misalnya.

Kenapa demikian, kenapa tidak disandarkan pada Nabi Musa tapi pada Ibrahim? Hal ini disebabkan karena tajalli (penampakan) Allah Swt. kepada Musa as adalah dengan jalal (keagungan), sehingga Musa roboh tersungkur dan pingsan menyaksikan tajalli-Nya. Sebagai manusia biasa Musa tak kuasa menyaksikan tajalli Allah dalam bentuk keagungan-Nya. Hal itulah yang akhirnya membuatnya minta ampun kepada Allah atas kelancangannya meminta bertemu dengan Sang Khalik.

Sedangkan tajalli Allah dengan Nabi Ibrahim adalah dengan jamal (keindahan). Tajalli biljamal itu terlahir dalam bentuk cinta dan kasih sayang. Cinta dan kasih sayang adalah hal yang sangat manusiawi, bahkan is hadir di lubuk hati semua makhluk Tuhan yang bernyawa. Dan yang Mahakasih Sayang adalah Allah sendiri. Allah yang menghadirkan cinta di segenap sanubari makhluk-Nya. Oleh karena itu Rasulullah menyuruh umatnya untuk bershalawat kepada beliau sebagaimana Allah telah bershalawat kepada Ibrahim, biljamal tentunya, agar umatnya memintakan juga tajalli bil jamaal untuk beliau.

Hal ini tidak memastikan kesamaan beliau dengan Ibrahim di sisi Allah. Karena beliau hanya memerintahkan kita untuk memohonkan tajalli atas beliau dengan bentuk yang sama dengan tajalli-Nya kepada Ibrahim al-Khalil as, yaitu tajalli bil jamal. Demikian pula hal itu tidak memastikan adanya kesamaan kondisi maupun posisi mereka berdua. Karena Allah Swt. bertajalli dengan keindahan-Nya kepada dua orang yang berbeda, sesuai dengan kondisi (maqam) masing-masing, meskipun keduanya sama-sama berada dalam satu bentuk tajalli, yaitu tajalli bil jamal.

Maka Allah Swt. bertajalli kepada Rasulullah Saw. dan Ibrahim as menurut kondisi dan posisi serta kedudukan mereka di sisi-Nya. Allah Swt. bertajalli kepada Ibrahim as dengan jamal sesuai dengan kondisi, begitu juga Dia ber-tajalli kepada junjungan kita Muhammad Saw. dengan Jamal pula sesuai dengan kondisi beliau.

Jika ditelusuri lebih jauh lagi, hal ini juga mengindikasikan bahwa maqam junjungan kita Saw. Lebih tinggi daripada maqam baginda kita Ibrahim. Oleh karena itu, shalawat yang dimintakan kepada Allah Swt. untuk beliau lebih agung dan lebih mulia dari pada shalawat atas junjungan kita Ibrahim.

Wallahu A’lam.