ﺍﻟﻬﻲ ﺍﻧﺖ ﻣﻘﺼﻮﺩﻱ ﻭﺭﺿﺎﻙ ﻣﻄﻠﻮﺑﻲ ﺍﻋﻄﻨﻲ ﻣﺤﺒﺘﻚ ﻭﻣﻌﺮﻓﺘﻚ
‘WAHAI TUHANKU ENGKAU ADALAH DZAT YANG KU TUJU DAN KERIDLOAN-MU LAH ADALAH SESUATU YANG SAYA PINTA SUDILAH KIRANYA MEMBERIKAN KEPADAKU RASA CINTA KEPADA-MU DAN SIPAT MA’RIPAT KEPADA-MU

فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ
Al-Baqarah 2 :152 : Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
Ar-Ra`d 13 :28 : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.

ﺍﻟﻬﻲ ﺍﻧﺖ ﻣﻘﺼﻮﺩﻱ ﻭﺭﺿﺎﻙ ﻣﻄﻠﻮﺑﻲ ﺍﻋﻄﻨﻲ ﻣﺤﺒﺘﻚ ﻭﻣﻌﺮﻓﺘﻚ
ILAAHI ANTA MAQSHUUDIY MATHLUUBIY A'THINIY MAHABBATAKA WA MA'RIFATAKA

WAHAI TUHANKU ENGKAU ADALAH DZAT YANG KU TUJU DAN KERIDLOAN-MU LAH ADALAH SESUATU YANG SAYA PINTA SUDILAH KIRANYA MEMBERIKAN KEPADAKU RASA CINTA KEPADA-MU DAN SIPAT MA’RIPAT KEPADA-MU

ILAAHI = Duh Pengeran ingsun : Wahai Tuhanku
ANTA = Utawi Tuan : Engkau...
iku = adalah
MAQSHUUDIY = Dzat kang den sejo ingsun : Dzat yang ku tuju....
WA RIDLOOKA = lan utawi ridlone Tuan : Dan keridloan-Mu lah...
iku = adalah
MATHLUUBIY = Barang kang den suprih ingsun : Sesuatu yang saya pinta...
A'THINIY = mugi paring Tuan ing ingsun : Sudilah kiranya Engkau memberikan kepadaku...
MAHABBATAKA = ing roso demen ing Tuan : Rasa cinta kepada-Mu
Versi 2 = ing roso demen Tuan (ing ingsun) : Rasa cinta-Mu (kepadaku)...
WA MA'RIFATAKA = lan ing ma'rifat ing Tuan : Dan sifat ma'rifat kepada-Mu

KETERANGAN :
UTAWI = MUBTADA'
IKU = KHOBAR
ING = MAF'UL BIHI
RIDLOOKA itu rofa' jadi Mubtada' alamat rofa'nya adalah dlommah yang dikira-kirakan pada Alif, karena huruf Alif tidak bisa untuk diharokati.. Ridlo itu termasuk isim maqshur sama halnya lafadz AL-FATAA yang i'robnya Muqoddar pada Alifnya.

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
Al-'Ahzab 33 : 56 : Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.

Membaca Shalawat untuk Nabi
Membaca shalawat adalah salah satu amalan yang disenangi orang-orang NU, disamping amalan-amalan lain semacam itu. Ada shalawat “Nariyah”, ada “Thibbi Qulub”. Ada shalawat “Tunjina”, dan masih banyak lagi. Belum lagi bacaan “hizib” dan “rawatib” yang tak terhitung banyaknya. Semua itu mendorong semangat keagamaan dan cita-cita kepada Rasulullah sekaligus ibadah.

Salah satu hadits yang membuat kita rajin membaca shalawat ialah: Rasulullah bersabda: Siapa membaca shalawat untukku, Allah akan membalasnya 10 kebaikan, diampuni 10 dosanya, dan ditambah 10 derajat baginya. Makanya, bagi orang-orang NU, setiap kegiatan keagamaan bisa disisipi bacaan shalawat dengan segala ragamnya.

Salah satu shalawat yang sangat popular ialah “Shalawat Badar”. Hampir setiap warga NU, dari anak kecil sampai kakek dan nenek, dapat dipastikan melantunkan shalawat Badar. Bahkan saking populernya, orang bukan NU pun ikut hafal karena pagi, siang, malam, acara dimana dan kapan saja “Shalawat Badar” selalu dilantunkan bersama-sama.

Shalawat yang satu ini, “shalawat Nariyah”, tidak kalah populernya di kalangan warga NU. Khususnya bila menghadapi problem hidup yang sulit dipecahkan maka tidak ada jalan lain selain mengembalikan persoalan pelik itu kepada Allah. Dan shalawat Nariyah adalah salah satu jalan mengadu kepada-Nya.

Salah satu shalawat lain yang mustajab ialah shalawat Tafrijiyah Qurtubiyah, yang disebut orang Maroko shalawat Nariyah karena jika mereka (umat Islam) mengharapkan apa yang dicita-citakan, atau ingin menolak apa yang tidak disuka, mereka berkumpul dalam satu majelis untuk membaca shalawat Nariyah ini sebanyak 4444 kali, tercapailah apa yang dikehendaki dengan cepat bi idznillah. Shalawat ini juga oleh para ahli yang tahu rahasia alam.

Imam Dainuri memberikan komentarnya: Siapa membaca shalawat ini sehabis shalat (fardlu) 11 kali digunakan sebagai wiridan maka rejekinya tidak akan putus, disamping mendapatkan pangkat/kedudukan dan tingkatan orang kaya. (Khaziyat al-Asrar, hlm 179)

Simak sabda Rasulullah SAW berikut ini:

وَأخْرَجَ ابْنُ مُنْذَة عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ الله عَنهُ أنّهُ قال قال َرسُوْلُ اللهِ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ: مَنْ صَلّى عَلَيَّ كُلّ يَوْمٍ مِئَة مَرّةٍ – وَفِيْ رِوَايَةٍ – مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي اليَوْمِ مِئَة مَرّةٍ قَضَى اللهُ لَهُ مِئَة حَجَّةٍ – سَبْعِيْنَ مِنْهَا في الأخِرَةِ وَثَلاثِيْنَ فِي الدُّنْيَا – إلى أنْ قال – وَرُوِيَ أن النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عليه وسلم قال : اكْثَرُوا مِنَ الصَّلاةِ عَلَيَّ فَإنّهَا تَحِلُّ اْلعَقْدَ وَتَفْرجُ الكُرَبَ – كَذَا فِيْ النزهَةِ

Hadits Ibnu Mundah dari Jabir, ia mengatakan: Rasulullah SAW bersabda: Siapa membaca shalawat kepadaku 100 kali maka Allah akan mengijabahi 100 kali hajatnya; 70 hajatnya di akhirat, dan 30 di dunia. Sampai kata-kata … dan hadits Rasulullah yang mengatakan: Perbanyaklah shalawat kepadaku karena dapat memecahkan masalah dan menghilangkan kesedihan. Demikian seperti tertuang dalam kitab an-Nuzhah.

Rasulullah di alam barzakh mendengar bacaan shalawat dan salam dan dia akan menjawabnya sesuai jawaban yang terkait dari salam dan shalawat tadi. Seperti tersebut dalam hadits. Rasulullah SAW bersabda: Hidupku, juga matiku, lebih baik dari kalian. Kalian membicarakan dan juga dibicarakan, amal-amal kalian disampaikan kepadaku; jika saya tahu amal itu baik, aku memuji Allah, tetapi kalau buruk aku mintakan ampun kepada Allah. (Hadits riwayat Al-hafizh Ismail Al-Qadhi, dalam bab shalawat ‘ala an-Nabi).

Imam Haitami dalam kitab Majma’ az-Zawaid meyakini bahwa hadits di atas adalah shahih. Hal ini jelas bahwa Rasulullah memintakan ampun umatnya (istighfar) di alam barzakh. Istighfar adalah doa, dan doa Rasul untuk umatnya pasti bermanfaat.

Ada lagi hadits lain. Rasulullah bersabda: Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku kecuali Allah akan menyampaikan kepada ruhku sehingga aku bisa menjawab salam itu. (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah. Ada di kitab Imam an-Nawawi, dan sanadnya shahih)


Komitmen Para Pencari Tuhan

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (QS Ibrahim 14 : 24-25)

Dalam bahasa arab, "kalimat yang baik" itu dikenal dengan istilah "Kalimah thayyibah". Adapun lafal yang termasuk dalam kalimah Thayyibah itu adalah: La ilahaillallah. Dan termasuk pula kalimah Thayyibah berupa perkataan apa saja yang mengandung unsur Amar ma'ruf nahyi munkar, yaitu memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah dari kejelekan.

Allah mengumpamakan kalimat tersebut seperti pohon yang baik dan cabangnya menjulang ke atas. Jika kalimat tersebut dibaca, diucapkan, dan terdengar oleh malaikat, akan diperoleh hasil yang sangat baik. Buahnya lebat, dan dapat dipanen baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Di antara para Salikin, ada yang menjiwai bacaan Tahlil (La ilaha illallah) dengan beberapa makna yang terdapat dalam kata setelah huruf La.  Menurut ilmu Nahwu (tata bahasa Arab), kata yang terletak setelah huruf La linafy al-jinsi itu harus selalu dibuang. Oleh sebagian Salikin, kata yang dibuang itu diperkirakan ada empat kata,  yaitu:

1. La ilaha maujudun illallah
2. La ilaha ma'budun illallah
3. La ilaha mathlubun illallah
4. La ilaha maqshudun illallah

Lalu, ketika kalimat itu dipakai dalam zikir lisan, lafal "ilaha" dibuang karena hatinya telah yakin kepada Allah. Hatinya telah mencapai makrifat. Ia merasa bahwa dirinya telah menghadap Allah.

- La maujuda illallah
Tiada yang maujud, tidak ada yang dapat ditemui, tidak ada yang ADA secara hakiki, kecuali Allah. Yang wujud (ada) selain Allah itu hanyalah semu. Semua yang ada di dunia mulai dari kemunculannya kelak akan menghilang. Sedangkan Allah tidak akan pernah hilang, selamanya "ada", "ada" yang hakiki.

- La ma'buda illallah
Tiada yang berhak diibadahi dengan nyata, disembah, dipuja dan dipuji selain Allah. Jangan pernah beralih sedikitpun menyembah kepada selain Allah. atau percaya bahwa ada yang berhak disembah selain Allah. Yang demikian itu dinamakan musyrik. Yang selalu disembah tapi bukan Allah itu tidaklah wujud (ada).

- La mathluba illallah
Tiada yang berhak dipatuhi dan ditaati perintah serta larangannya selain Allah. Jalan yang dipakai haruslah jalan Allah serta menuju kepada-Nya. Segala sesuatu haruslah memakai petunjuk Allah yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah, serta bertujuan karena Allah demi melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Dengan kata lain, semua urusan haruslah memakai pedoman agama Islam, memegang teguh syariat-Nya, dan takwa yang sebenar-benarnya. Jika seseorang beribadah kepada Allah dengan cara yang tidak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah, berarti ia akan sesat. Seperti, memberikan sesaji kepada sesuatu yang gaib, atau membaca mantra-mantra yang isinya bukan bacaan zikir. Meskipun niatnya menyembah Allah, kalau caranya salah, tetaplah sesat.

- La maqshuda illallah
Tiada yang berhak dituju dan berhak dimintai ridhanya selain Allah. Bukan untuk mengejar urusan dunia, ingin mendapatkan pangkat dan kedudukan, mengharapkan wibawa dan penghormatan, bukan pula ingin mendapatkan harta dan wanita. Akan tetapi, itu semua hanya dilakukan dalam rangka ibadah semata, bekerja dengan ikhlas karena Allah, dan ingin diridhai oleh-Nya.

Melalui bacaan zikir yang empat itu, lalu dihayati, difokuskan kedalam pikiran, dan berkonsentasi. Maka ketika mengucapkan la maujuda illallah, diikrarkan dalam hati bahwa, "disini , begini, saat ini, aku adalah hasil ciptaan Allah". Artinya, ditempat ini, dalam perilaku dan perbuatan ini, dan pada saat ini (sekarang, yang sedang dilalui) terasa dalam hati bahwa aku sedang ada dalam takdir Allah. Aku tidak berkuasa, tiada daya dan upaya selain digerakkan oleh Allah.

Ketika mengucapkan la ma'buda illallah, diikrarkan dalam hatinya, "dalam Qudrat ini aku mengabdi kepada Allah". Artinya, dalam perlakuan Allah ini, sekarang yang sedang berlangsung, aku serahkan pengabdianku kepada-Mu. Aku menyembah dan beribadah kepada-Mu.

Ketika mengucapkan La mathluba illallah, diikrarkan dalam hatinya, "perbuatan ini dilakukan karena perintah Allah. Artinya, bahwa dalam takdir dan kekuasaan Allah yang sekarang sedang dialami, aku beramal dan beribadah kepada-Mu dalam rangka menjalankan perintah-Mu. Sebab, tiada perintah dan larangan yang berhak untuk ditaati selain dari-Mu. Semoga menjadi amal ibadah yang diterima oleh-Mu.

Ketika mengucapkan la maqshuda illallah, diikrarkan dalam hatinya, "aku melakukan perbuatan ini karena mengharap ridha Allah". Artinya, aku mengerjakan perbuatan ini, ibadah ini, dan perintah-Mu yang ini, tiada yang dimaksud dan tiada yang diharapakan kecuali keridhaan-Mu. Tidak ada yang aku harapkan selain ridha-Mu sebab, takdir apa pun yang menimpaku, pastilah ia kehendak-Mu dan kasih sayang dari-Mu. Meskipun berupa cobaan atau siksaan, asalkan semuanya berada dalam bingkai ridha-Mu.

Jika segala sesuatu dijalani dalam bingkai keridhaan Allah, tidak ada yang terasa pahit, sakit, atau pusing, karena Allah itu Maha baik kepada hamba-Nya, Maha Pengasih, dan Maha Pemurah. Allah itu Rahman dan Rahim.

Setelah mengikrarkan empat zikir tadi, para salikin mengikrarkan juga : Dengan Menyebut Nama Allah. Kami bertawakal kepada Alah. Tidak ada daya upaya kecuali atas izin Allah. Aku meminta ampunan dari Allah Yang Maha Besar. Dan aku bertobat kepada-Mu".


Jika kalimah thayyibah ini diikarkan seperti yang dilakukan oleh para Salikin, yaitu diikrarkan setiap kali memulai perbuatan baik, pada setiap bangun tidur, setiap mau pergi ke pasar, ke kantor, ke sawah, ke pabrik, ketika mau membuka toko, mengaji, belajar, memulai rapat, membuka acara, maka semua perbuatan kita - insya Allah - berada dalam bingkai ridha Allah, dilindungi oleh-Nya, dikabulkan segala niat dan amalnya oleh Allah, dimasukkan kepada alam yang Maqbul (diterima). Dengan membacakan ikrar ini, amalnya akan menjadi terasa sangat khusyuk.

Dan ketika seseorang mendapatkan kegagalan, seperti rugi dalam berdagang, sawah terkena hama, sulit membaca Al-Quran, tertipu atau terzalimi oleh orang lain, maka penghasilan di dunia tidak ada, nilai akhiratnya telah diperoleh dari keikhlasan, amal, tawakal, dan pekerjaan yang dilakukan sungguh-sungguh karena Allah. Akhiratnya tidak akan rugi. Sebab, ketika hendak berdagang, ia berikrar bahwa kegiatan berdagangnya dilakukan semata-mata karena Allah, atas perintah-Nya, dan ingin mendapat ridha-Nya. Menurut orang tersebut, saat ini ia rugi, tidak mendapat untung. Padahal, keuntungan akhirat sudah lebih besar.

Ketika hendak bercocok tanam pun ia berikrar kepada Allah bahwa pekerjaannya ini justru dalam rangka beribadah kepada Allah dan mengharap ridha-Nya. Kalau pun tidak menghasilkan panen yang banyak, amal kebaikannya sudah tersedia sebagai bekal kelak di akhirat. Tidak perlu resah dengan urusan rezeki. Apabila berdagang dan bertani apa pun rugi, peluang untuk mendapatkan hasil dan rezeki itu muncul dari jalan lain yang tidak disangka. Sebab, amal dan sikap tawakalnya telah diserahkan kepada-Nya. Rezeki kita bukan hasil dari hasil usaha kita. Lihat saja, dari dulu kita makan dan berpakaian karena hasil pemberian orang tua kita sendiri. Kita tidak pernah bekerja dan tidak pula memintanya.

Yakinlah dalam hati bahwa urusan dunia itu lebih merupakan tanggung jawab Allah daripada diri kita sendiri. Allah memberikan rahmat-Nya kepada seluruh manusia tanpa pandang bulu, baik tukang maksiat, tukang durhaka, bahkan orang kafir pun diberikan rezeki oleh Allah, dirahmati dengan Rahmaniyyah Allah.

Demikian pula dengan urusan akhirat, itu semua juga terserah Allah. Sebab, masuk Surga itu bergantung kepada karunia Allah, maka masuk Neraka pun bergantung kepada kehendak Allah. Adapun amalan di dunia itu tidak akan cukup digunakan untuk membeli Surga Allah yang teramat nikmat dan lezat, yang tidak ada bandingnya di dunia. Amalan mana yang cukup untuk membeli Surga? Kalaulah tidak karena kemurahan Allah dan tidak ada janjiAllah bagi orang yang bertakwa, tidak akan ada satu orang pun yang mampu membeli Surga. Yang palig utama dan paling baik untuk diminta, tiada lain adalah ridha Allah.

Ciri yang paling mudah untuk menentukan bahwa diri kita berada dalam ridha Allah adalah adanya keberanian untuk mati dalam keadaan apapun, berani melepaskan nyawa ketika berperilaku apapun, yang tentu saja didasarkan kepada iman dan syariat agama. Jika tidak ada keberanian untuk mati ketika berada dalam kondisi apa pun, berarti amalnya jelek, karena kematian akan mendatangi kita ketika kita lengah. Tiada persiapan yang kita miliki selain berada dalam amal kebaikan yang diridhai Allah.

Orang yang mengharapkan ridha Allah (Murid) harus menapaki jalan amal. Orang yang sedang beramal dengan membawa harapan untuk sampai menuju Allah, dinamakan Salik. Ini adalah tugas yang telah diembankan oleh Allah. Jika amal seseorang diterima oleh Allah (Maqbul), dia akan berhasil meraih Makrifat. Itulah yang dinamakan dengan 'Arif billah. Derajatnya disebut Waliyullah, atau para wali, sebagaimana difirmankan oleh Allah:

Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak mereka bersedih hati. Orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa (QS Yunus [10]:62-63).

Ringkasnya, komitmen para pencari Tuhan itu adalah :

لا اله الا الله لا موجود الا الله
"Di sini, saat ini, aku adalah hasil ketetapan Allah".

لا اله الا الله لا معبود الا الله
"Pada ketetapan yang ini, aku mengabdi kepada Allah".

لا اله الا الله لا مطلوب الا الله
"Perbuatan apapun dilakukan karena perintah Allah".

لا اله الا الله لا مقصود الا الله
"Perbuatan itu dilakukan karena mengharap ridha Alah".

بسم الله توكلنا على الله
"Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakal, menyerahkan segalanya kepada Allah".

لا حول ولا قوة الا بالله
"Tiada daya untuk melaksanakan ketaatan, dan tiada kekuatan untuk menjauhi kemaksiatan, kecuali karena pertolongan Allah".

استغفر الله العظيم واتوب اليه
Sekarang, langkahkanlah kaki kita dengan hati yang khusyuk, disertai dengan semangat untuk memperoleh hasil yang didamba-dambakan. Mudah-mudahan kita senantiasa diiringi pertolongan dan perlindungan.

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ

ﺍﻟﻬﻲ ﺍﻧﺖ ﻣﻘﺼﻮﺩﻱ ﻭﺭﺿﺎﻙ ﻣﻄﻠﻮﺑﻲ ﺍﻋﻄﻨﻲ ﻣﺤﺒﺘﻚ ﻭﻣﻌﺮﻓﺘﻚ

3X
WAHAI TUHANKU ENGKAU ADALAH DZAT YANG KU TUJU DAN KERIDLOAN-MU LAH ADALAH SESUATU YANG SAYA PINTA SUDILAH KIRANYA MEMBERIKAN KEPADAKU RASA CINTA KEPADA-MU DAN SIPAT MA’RIPAT KEPADA-MU

أَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ اَلَّذِي لآ إِلَهَ إِلَّا هُوَ اْلحَيُّ اْلقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
3X أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلهَ إِلَّا اللهُ – وَ أَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
3X اَللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وبارك عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى الِى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ