Tentang Dzat Alif Satunggal
(Makrifat Ismu Dzat Allah)
Assalamu’alaikum wa Rohmatulloh wa barokaatuhu
Sahabat pengunjung blog ini, semoga selalu diberkahi dan tetap terjaga Iman Islam kita semua, Aamiiin Alhamdulillahi Hamdan Katsiron Thoyyiban Mubaarokan Fiihi, Allohumma Sholli ‘Alaa Sayyidina Muhammad wa ‘Alaa Aali Sayyidinaa Muhammad. Ammaa Ba’du…
Sahabat yang saya hormati, pada kesempatan yang berbahagia ini perkenankan saya untuk menyampaikan Ushuuluddin sekilas pengenalan tentang Ismu Dzat Allah.
ISMU DZAT (ALLAH)...
ALIF, LAM, LAM, HA'...
Alif itu adalah kenyataan Dzatullah, Sang Hidup, yang tiada mengenal mati, asing tak terdefinisikan, hidup dan berdiri sendiri. Tiada gambaran atau penyerupaan apapun bagiNYA.
Lam (awal) dan Lam (akhir), itu adalah kenyataan SIFATULLAH, atau sifatnya Allah. Dua buah Lam ini adalah 2 kutub sifat yang berlawanan. yang pertama ada adalah Lam jalal (lam jalalah), yaitu sifat Keagungan Allah sendiri, Lam Jalal ini adalah kegelapan awal. Ruang gelap absolut.
Lam (akhir) adalah Lam Jamal yaitu yang mewakili sifat keindahan Allah, inilah terang itu. yang memancar dari setitik benih terang.
Dua buah lam itu (awal dan akhir), lalu dipadukan, dimana Lam Jamal menjadi terang yang bercahaya, sedang Lam Jalal menjadi gelap yang membungkus dan mengurangi terang itu secara berlapis-lapis.
Ketika Lam jalal sebagai hijab itu diangkat, maka musnahlah segala sesuatu sebab tergilas oleh terang (Lam Jamal). Dua buah Lam ini Jamal dan Jalal, membentuk suatu Kesempurnaan, sebab ada 2 Kutub sifat yang berlawanan, ada terang dan gelap, kesempurnaan itu adalah sifat Al-Kamal. Dan kesemuanya itu terangkum dalam Kemaha wenangan dan PaksaanNYA Al-Qohar.
Ha' itu adalah kenyataan bagi Af'al Allah. yaitu amar perbuatan Allah. Yang engkau kenali sebagai ruh itulah Ha'-NYA. ruh itu "min amri robbi" (dari amar Tuhan).
Alif ==> Dzatullah
Lam (awal) ==> sifat gelap (pemarah, pencemburu, menyesatkan dsb)
Lam (akhir) ==> sifat terang (indah, mulia, kaya, dsb)
Ha' ==> Af'al Allah
ALIF, LAM, LAM, HA'...
Alif itu adalah kenyataan Dzatullah, Sang Hidup, yang tiada mengenal mati, asing tak terdefinisikan, hidup dan berdiri sendiri. Tiada gambaran atau penyerupaan apapun bagiNYA.
Lam (awal) dan Lam (akhir), itu adalah kenyataan SIFATULLAH, atau sifatnya Allah. Dua buah Lam ini adalah 2 kutub sifat yang berlawanan. yang pertama ada adalah Lam jalal (lam jalalah), yaitu sifat Keagungan Allah sendiri, Lam Jalal ini adalah kegelapan awal. Ruang gelap absolut.
Lam (akhir) adalah Lam Jamal yaitu yang mewakili sifat keindahan Allah, inilah terang itu. yang memancar dari setitik benih terang.
Dua buah lam itu (awal dan akhir), lalu dipadukan, dimana Lam Jamal menjadi terang yang bercahaya, sedang Lam Jalal menjadi gelap yang membungkus dan mengurangi terang itu secara berlapis-lapis.
Ketika Lam jalal sebagai hijab itu diangkat, maka musnahlah segala sesuatu sebab tergilas oleh terang (Lam Jamal). Dua buah Lam ini Jamal dan Jalal, membentuk suatu Kesempurnaan, sebab ada 2 Kutub sifat yang berlawanan, ada terang dan gelap, kesempurnaan itu adalah sifat Al-Kamal. Dan kesemuanya itu terangkum dalam Kemaha wenangan dan PaksaanNYA Al-Qohar.
Ha' itu adalah kenyataan bagi Af'al Allah. yaitu amar perbuatan Allah. Yang engkau kenali sebagai ruh itulah Ha'-NYA. ruh itu "min amri robbi" (dari amar Tuhan).
Alif ==> Dzatullah
Lam (awal) ==> sifat gelap (pemarah, pencemburu, menyesatkan dsb)
Lam (akhir) ==> sifat terang (indah, mulia, kaya, dsb)
Ha' ==> Af'al Allah
Lalu asma'NYA mana? Ketika keempat huruf itu digabung yaitu Alif, lam, lam, ha', maka membentuk asma Allah, itulah letak asma'NYA.
Dikarenakan sifat-sifat kegelapan itu bernada "negatif", maka DIA tak begitu menampilkan Lam awalNYA, lebih disembunyikan dari makhluk, yang ditampilkan acapkali hanyalah Lam akhirNYA (Jamal)/indahNYA. maka dari Alif, Lam, lam, Ha' (ALLAH) disembunyikan satu Lamnya menjadi Alif Lam Ha' (ILAH).
Dari Allah menjadi ILAH (Tuhan SESEMBAHAN), atau sederhananya DIRINYA menampilkan diri dalam aspek ILAHIYAHNYA. Atau Allah sebagai ILAHI, sebagai TUHAN sesembahanlah yang ditampilkan. Bahasa sederhana yang lain itu bahwa DIA mendahulukan rahmatNYA daripada murkaNYA.
Ketahuilah, bahwa jari-jari Tangan Anda (dari kelingking hingga ibu jari pada kedua tangan) tertulis Asma “Alloh (الله)”, maka angkatlah kedua tanganmu sebatas bahumu tinggikanlah Asma’ Alloh itu ketika Anda berdo’a dan janganlah Anda merusaknya dengan memegang (mengambil) sesuatu yg dilarang oleh Alloh SWT dan Rosul-Nya hingga perintah dipotong tangan didalam Kalam yang Maha Sempurna itu akan berlaku bagi siapa saja yang mencuri.
Sembilan puluh sembilan Asma’ul Husna berada digaris tangan Telapak Tangan Anda yg mana sebelah Kanan tertulis 18 (Angka Arab) dan Kiri 81 (Angka Arab), maka itu kenalilah Af’al, Asma’, Sifat dan Dzat-nya yg Maha Jalaal (Maha Agung), Jamal (Maha Indah) dan Kamal (Maha Sempurna). Disitulah terdapat 50 ‘Aqoid sebagai Syahadat Tauhidnya, maka itu “Barangsiapa yang Makrifat akan Dirinya maka ia akan Makrifat kepada Tuhannya”.
Ketahuilah bahwa ditubuh Anda tertulis “Muhammad (محمّد)”, dimana Kepala Anda itu laksana hurup Mim (bulat), Bahu yang Rata seperti Ha’ (kecil), disambung dengan Mim diperut dan kemudian Dal di Kaki (lihatlah ketika Anda sedang Tahiyat Akhir pada ke-4 hurup itu yang satu hurup Mim Tasydid tersimpan di Shodr), maka itu kenalilah 9 Sifat bagi Rosul dan ke-4 Rukun Imannya. Disitulah terdapat 13 ‘Aqoid. Sebagai Syahadat Rosulnya, maka itu janganlah Anda rusak Diri Anda degan berbagai hal-hal yang dapat menjauhkan Diri Anda kepada ALooh SWT dan Rosul-Nya karena “Sungguh Alloh telah memuliakan Anak Cucu Adam (Manusia)”, sehingga Binatang Mati tidak usah dimandikan tetapi bila Manusia itu Wafat maka mandikanlah. Laailaaha Illalloh ada 12 Huruf dan Muhammadur Rosuululloh ada 12 Huruf didalam huruf arabnya, maka didalam 24 Jam jagalah Iman Islam Anda dari segala yang bertentangan dengan Dua Kalimah Shakti itu.
Belum cukup hanya Iman kepada Alloh SWT dan Nabi Muhammad S.A.W saja tetapi butuh pembuktian yang nyata, yakni : Rukun Islam dalam hal ini Sholat, baik secara Ritual maupun Aplikasinya.
Ketika Sholat Berdiri dengan menundukan Kepala Anda seperti halnya Huruf Alif, Rukuklah seperti Huruf Ha’ (kecil), Sujudlah seperti Huruf Mim dan Duduk Tahiyat Tawaruklah seperti huruf Dal, inilah Lafadz Ahmad (Bahasa Arab) untuk menyelamatkan Akhirat Anda, Insya Alloh.
Ketika Berdiri 180 derajat, Rukuk 90 derajat, Sujud 2x 45 derajat sehingga menjadi 90 derajat, inilah 360 derajat Dunia Anda yang merupakan simbol 360 hari didalam satu Tahun untuk mengaplikasikan sholat anda secara nyata. Mudah-mudahan Anda akan selamat dan beruntung di Dunia maupun di Akhirat nanti, Aamiiin.
Asma’ul Husna memiliki banyak Rahasia dan Keutamaannya dikarenakan setiap Kalimat memiliki arti : Lafadz, Makna maupun Haqiqatnya yang berlapis-lapis. Rosulallah S.A.W bersama Para Sahabatnya juga Para Ulama, disamping mencari Rahasia Kedalaman disetiap Asma Allah Ta’ala sebagai Peningkatan Iman, juga Mereka mengamalkan Asma’ul Husna ini sebagai Tambahan Dzikir dan Pelengkap Do’a-do’a mereka sesuai dengan perintah Allah Ta’ala didalam Kitab-Nya yang jelas (Al Mubiin). Pada penjelasan Ushuuluddin kali ini, Saya sedikit jelaskan tentang Asma Allah Ta’ala (Ismu Dzat) dari sisi Asal dan Perubahan Lafadznya, yakni sebagai berikut :
ALLAH (الله)… ALLAH (الله)… ALLAH (الله)…
Lafadz Alloh adalah Ismu Dzat Wajibul Wujud (Nama Dzat yang wajib adanya), jika nama ini disebut maka nama-nama-Nya yang lain ikut terpanggil, tetapi jika nama yang lain disebut maka nama-nama-Nya yang lain tidak ikut terpanggil.
Lafadz ini disebut juga Ismul Karim (Nama yang sangat Mulia) atau Ismul A’zhom (Nama yang sangat Agung) sehingga dari semua Makhluq-Nya diharamkan memiliki nama dengan lafadz ini terkecuali diawali dengan Lafadz “Abdu (Hamba) atau yang serupa dengan Lafadz Abdu” sehingga memiliki arti dan makna yang ndak menyimpang dari Petunjuknya. Didalam sejarah ada beberapa Orang yang berbeda zaman menamai anaknya dengan nama ALLOH, maka dalam hitungan hari anaknya itu meninggal dunia, peristiwa ini jika anda tidak percaya dapat anda coba lakukan sendiri.
Ini cerita seorang pedakwah ketika Ia menterapi TKW yang saat itu malam hari kesurupan massal di Messnya ada 70 TKW lebih, rupanya setelah ditelusuri ada yang Aborsi di Mess tersebut yang mana Bayinya itu disimpan didalam Kendi kemudian dikuburkan dikebun didalam Mess tersebut dan menamai bayinya itu dengan sebutan “ROBBANAA” padahal artinya: “Tuhan Kami” karena Qorinnya selalu menyebut “Ana” sehingga dinamai “Robbanaa” dan mereka tidak tahu artinya (ucap mereka), hingga saya ganti nama bayi itu dan saya perintahkan agar mereka Para TKW berwudhu, Saya ajarkan Cara Sholat Ghaib, lalu setelah Sholat Gaib berjama’ah kemudian Dzikir berjama’ah sekitar 10 menit beserta Pemantapan Aqidahnya dengan beberapa Nashihat yang saat itu sangat diperlukan.
Ketahuilah Lafadz Alloh (Bahasa Arab) berasal dari lafadz ILAHUN (Tuhan) dengan mengalami lima kali perubahan hingga membentuk Lafadz ALLOH, yakni dengan perincian dan penjelasan sebagai berikut :
1) ILAAHUN ( اله ) pakai Tanwin pada Hurup Ha’ (Besar)
Artinya Tuhan dan Lafadz ini termasuk Isim Nakiroh, yakni : Nama yang memiliki Makna Umum atau banyak versinya, maka itu boleh ditanwin. Dimana yang disebut Tuhan disini yang mana, maka ndak tahu. Lafadz ini disebut juga Isim Jinis, yakni : setiap apapun yang disembah baik yang Haq maupun yang Batil maka itu disebut ILAAHUN, Jika ada yang menyembah matahari maka matahari itu disebut ILAAHUN (Tuhan), jika ada yang menyembah kuburan maka kuburan itu disebut ILAAHUN (Tuhan), dan lain-lain maka didalam kalimat Thoyyibah menggunakan Lafadz : “Laa ILAAHA Illalloh” yang artinya Tiada Tuhan (yang Umum dan Banyak baik yang Haq maupun yang Bathil) kecuali hanya Alloh (yang khusus dan Tunggal yang Haq Wajib disembah).
1) ILAAHUN ( اله ) pakai Tanwin pada Hurup Ha’ (Besar)
Artinya Tuhan dan Lafadz ini termasuk Isim Nakiroh, yakni : Nama yang memiliki Makna Umum atau banyak versinya, maka itu boleh ditanwin. Dimana yang disebut Tuhan disini yang mana, maka ndak tahu. Lafadz ini disebut juga Isim Jinis, yakni : setiap apapun yang disembah baik yang Haq maupun yang Batil maka itu disebut ILAAHUN, Jika ada yang menyembah matahari maka matahari itu disebut ILAAHUN (Tuhan), jika ada yang menyembah kuburan maka kuburan itu disebut ILAAHUN (Tuhan), dan lain-lain maka didalam kalimat Thoyyibah menggunakan Lafadz : “Laa ILAAHA Illalloh” yang artinya Tiada Tuhan (yang Umum dan Banyak baik yang Haq maupun yang Bathil) kecuali hanya Alloh (yang khusus dan Tunggal yang Haq Wajib disembah).
Cobalah Anda berdzikir menyebut-nyebut ILAAHUN… ILAAHUN… ILAAHUN… sebanyak-banyaknya, maka tidak akan berfaedah Makrifat kepada Alloh SWT.
2) AL-ILAAHU ( الإله ) pakai Alif Lam Ma’rifat diawal
Artinya Alloh, yakni : Al HAQ yang wajib disembah dan Lafadz ini termasuk sudah Ma’rifat, yakni : Nama yang memiliki Arti dan Makna Khusus, karena kemasukan Alif Lam Ma’rifat (ال), yakni : sesuatu yang tadinya Umum (Nakiroh) takala dimasukkan Alif Lam Ma’rifat maka memiliki Arti dan Makna yang menunjukan Khusus (Ma’rifat). Setiap ada Alif Lam Ma’rifat dilarang menggunakan Tanwin, karena Tanwin itu menunjukan Isim Nakiroh (bermakna umum). Contoh : QS. Al Baqoroh ayat 2, berbunyi : “ذلك الكتاب” Lafadz “Al Kitaabu” sudah kemasukan Alif Lam Ma’rifat sehingga yang dimaksud “Al Kitaabu” disini bukan kitab-kitab yang lain (yang bersifat umum), tetapi bermakna yang menunjukan Arti Khusus (Ma’rifat), yakni : Satu Kitab itu yang dimaksud yang namanya Al Qur`an, tetapi jika Lafadznya “Dzaalika Kitaabun” maka bermakna banyak versi, yakni : Satu kitab yang mana saja karena Nakiroh, bisa Al Qur`an, bisa juga Taurot, bisa juga Injil dan lain-lain karena tidak memakai Alif Lam Ma’rifat.
3) AL-LAAHU ( اللاه ) pakai Sukun pada Lam Awal dan Lam kedua pakai Alif
Artinya Alloh, yakni : Al HAQ yang wajib disembah dan Lafadz ini sama seperti lafadz yang no. 2 tadi, tetapi pada bentuk Lafadz ini Hamzah yang ke-2 dari Lafadz AL-ILAAHU di Hadzef (dibuang), setelah itu di Naql (dipindahkan) harokatnya kepada LAM, yakni : dengan disukunkan (dimatikan) pada LAM pertamanya (الْ) dan dipanjangkan LAM yang ke-2 dengan memunculkan ALIF (yang awalnya masih tersimpan) dan memberi harokat Fathah yang tidak tegak berdiri (اللاه), karena sebagai tanda panjang huruf Alif boleh disimpan dan harokat Fathahnya ditegakkan (اله), tetapi bila Alifnya dimunculkan maka fathahnya biasa saja, yakni : ndak tegak berdiri (اللاه) inilah yang dinamakan Mad Thobi’i pada Ilmu Tajwid.
4) AL-LAAHU ( اللاه ) pakai Tasydid pada Lam kedua
Artinya Alloh, yakni : Al HAQ yang wajib disembah dan Lafadz ini sama seperti lafadz yang no. 3, tetapi pada bentuk Lafadz ini diberi tasydid pada LAM ke-2 dan Posisi Alif ke-2 masih tetap dimunculkan, krn bila LAM sukun (mati) bertemu dengan LAM yang hidup atau bertemunya dua huruf yang sama (Lam dgn Lam), maka Wajib diidghomkan atau ditasydidkan (satu hurufnya disimpan) yang disebut dengan Idghom Mitslain (Mutamatsilain) Bila Gunnah lihat pada ilmu Tajwid.
5) ALLAH (الله ) pakai Tafkhim
Artinya Alloh, yakni Al HAQ yang wajib disembah dan wajib ada-Nya dan Lafadz ini sama seperti lafadz yang no. 4, tetapi pada bentuk Lafadz ini huruf Alif yang ke-2 tadi disimpan dengan masih tetapnya dibaca panjang, yakni : menggunakan Fathah berdiri tegak sebagai tanda tersimpannya huruf Alif dan ini termasuk Mad Thobi’I, tetapi ketika mengucapkan Lafadz ALLAH jika di Tarqiq (ditipiskan) seperti Panggilannya Orang Nasrani, maka akan bermakna Orang yang mengucapkan itu tidak mengagungkan-Nya malah sebaliknya, yakni : sebagai bentuk Panggilan Penghinaan. Didalam mengucapkan Lafadz ALLOH dengan di Tafkhim (ditebalkan) sebagai tujuan Li’azhomahu, yakni: untuk mengagungkan dan memuliakan Alloh Azza wa Jalla itulah fungsi Tafkhim pada lafadz ini.
Cobalah Anda berdzikir Tarqiq menyebut-nyebut ALLAH… ALLAH… ALLAH… sebanyak-banyaknya, maka tidak akan berfaedah Makrifat kepada Alloh SWT.
Ketahuilah, Lafadz Allah (Ismu Dzat) ini merupakan Nama yang paling Agung dari nama-nama-Nya yang lain dapat juga disebut kepalanya Asma`ul Husna. Lafadz ini memiliki banyak rahasia pada setiap hurufnya dan temukanlah Natijah setiap hurufnya lalu temukan juga Tsamroh setap cabang hurufnya. Berikut ini sekilas tentang Natijah dan Tsamroh yg terdapat pada 4 huruf Asma Alloh (bahasa arab), sbb :
1. ALLAH ( الله)
Masih sempurna ke-4 hurufnya, artinya : Nama Dzat yang wajib disembah dan wajib ada-Nya, Lafadz ini terdiri dari 4 huruf yang merupaka Isyaroh bahwa Allah Swt itu memiliki Af’al, Asma, Sifat dan Dzat dan didalam ajaran tauhid ada rahasia angka 4 yang harus kita pelajari dan Imani yakni tentang Mentauhidkan Af’alullah (pekerjaan/perbuatan Allah), Mentauhidkan Asma’ullah (99 nama-nama Allah), Mentauhidkan Sifatullah (41 Sifat-sifat Allah) dan Mentauhidkan Dzatullah (Esa Dzatullah) inilah yang disebut dengan Syahadat Tauhid 50 ‘Aqo’idul Islamiyyah.
1. ALLAH ( الله)
Masih sempurna ke-4 hurufnya, artinya : Nama Dzat yang wajib disembah dan wajib ada-Nya, Lafadz ini terdiri dari 4 huruf yang merupaka Isyaroh bahwa Allah Swt itu memiliki Af’al, Asma, Sifat dan Dzat dan didalam ajaran tauhid ada rahasia angka 4 yang harus kita pelajari dan Imani yakni tentang Mentauhidkan Af’alullah (pekerjaan/perbuatan Allah), Mentauhidkan Asma’ullah (99 nama-nama Allah), Mentauhidkan Sifatullah (41 Sifat-sifat Allah) dan Mentauhidkan Dzatullah (Esa Dzatullah) inilah yang disebut dengan Syahadat Tauhid 50 ‘Aqo’idul Islamiyyah.
Dimana Rosulallah Saw bersabda : “Barangsiapa yang Ma’rifat kepada dirinya, maka sungguh ia akan Ma’rifat kepada Tuhannya dan barangsiapa yang Makrifat kepada Tuhannya maka sungguh ia telah (menjadi) Bodoh”.
Maka didalam pemahaman Saya bahwa gelar “Al Faqir” (sangat berkekurangan dalam hal duniawi) adalah sebutan bagi orang yang telah Makrifat karena lihatlah didalam kehidupan mereka, mereka bukanlah orang yang faqir tetapi memfaqir-faqirkan diri dengan memperbanyak puasa, sedikit makan, berpakaian sederhana dll., begitupun dengan “Al Haqir” (sangat bodoh tentang ilmu) termasuk juga dengan sebutan “Abdulloh” (hamba yg telah diakui Alloh sebagai hamba-NYA yang benar-benar patuh) karena ketiga gelar ini Alloh SWT berikan kepada orang-orang (Abdulloh tadi) yang telah mengenal-NYA baik secara zhahir maupun secara bathinnya, baik secara teoritis maupun secara pembuktian (makna QS. Al Fajr : 29) karena mereka yang Al Faqir, Al Haqir dan Abdulloh memahami betul tentang Maha Kayanya Alloh SWT, Maha Ilmu dan Maha Besarnya Alloh SWT sehingga gelar itu sangatlah pantas mereka sandang.
Adalah Sayyid Imam Abdulloh bin Ahmad Al Muhajir, beliau tidak mau dipanggil Abdulloh karena panggilan Abduloh adalah panggilan yang sangat Mulia sedangkan ia menyatakan dirinya sebagai orang yang benar-benar hina sehingga ia lebih suka dipanggil dengan sebutan Ubaidillah (ditasyghir) yang memiliki arti hamba Alloh yang benar-benar hina. Namun bila golongan kita dianggap Tawadhu dengan memakai Al Faqir, Al Haqir dan Abdulloh padahal didalam pemahaman Tasawuf termasuk orang-orang yang MENYOMBONG DIRI karena tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
Takala kita lihat jari tangan mengapa panjangnya ndak sama karena membentuk lafadz Allah (الله), maka didalam hukum Islam jika mencuri pergelangan tangannya dahulu dipotong dan bila ingin cepat terkabulnya suatu hajat, maka berdoalah yg mantab dgn mengangkat kedua tangan anda hingga setinggi bahu. Dari sumber lafadz “Alloh” ini, maka berkembanglah rahasia yang lain dan mulailah terungkap tentang makna angka 4, misalnya saja : Af’al, Asma, Sifat dan Dzat, Asyhurul Hurum ada 4, yaitu ; Muharam, Rojab, Dzul Qo’dah dan Dzul Hijjah, Kitab Utama ada 4 yakni Taurot, Zabur, Injil dan Al Qur`an, Rusu’ul Malaikat ada 4, yaitu ; Jibril, Minka`il, Isrofil dan Izro`il, Kholafaur Rosyidin ada 4, yaitu ; Abu Bakar As Siddiq, Umar Al Faruq, Utsman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Tholib Rodhiallahu Anhum, Mujtahid Mutlaq ada 4 yakni Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hambal, Tasbih ada 4, yaitu ; Subhanallah, Alhamdulillah, Lailaahaillaah dan Allahu Akbar, Hari Utama ada 4, yaitu ; Hari Jum’at (Penghulunya hari), Hari Arofah (Hari banyak keistimewaan), Hari Nahr (Hari Penyembelihan Nafsu hewani) dan Hari Fitri (Hari kemenangan fitroh), Wanita Idaman Syurga ada 4, yaitu ; Maryam binti Imron (wanita suci), Khodijah binti Khuwailid (wanita pertama masuk Islam), Asiah binti Muzahim (Istri Fir’aun) dan Fathimah binti Muhammad (Tuan Putri wanita Syurga), Para Pendahulu Negeri yang Awal masuk Syurga ada 4, yaitu ; Rosulallah Saw pendahulu dari bangsa ‘Arab, Salman Al faritsi pendahulu dari bangsa Persia, Suhaib pendahulu dari bangsa Rum dan Bilal bin Rabbah pendahulu dari bangsa Habsyah, Orang yang dirindukan Syurga ada 4, yaitu ; Ali bin Abi Tholib, Salman Al Faritsi, Ammar bin Yasir dan Miqdad bin Al Aswad, Ilmu Syariat ada 4 bahasan utama, yaitu ; Ibadah, Mu’amalah, Munakahat dan Jinayat, Anggota Wudhu ada 4, yaitu ; Muka, Tangan, Kepala dan Kaki, Unsur Pokok Utama dalam badan ada 4 yakni : Empedu, Limpa, Darah dan Lendir, Musim ada 4, yaitu ; Musim Panas, Musim Dingin, Musim Semi dan Musim Gugur, Dasar Hitungan ada 4, yaitu ; satuan, Puluhan, Ratusan dan Ribuan, Tabi’at ada 4, yaitu ; Panas, Dingin, Basah dan Kering, Jangka Waktu ada 4 yakni Hari, Minggu, Bulan dan Tahun, Waktu ada 4, yaitu ; Detiko, Detik, Menit dan Jam dan lain-lain.
2. LILLAAHI ( لله)
Dibuang Alif, artinya : Karena Allah inilah tujuan segala Ibadah apapun seperti halnya puasa ada sebagian orang berpendapat tujuan dari Puasa adalah “La’alakum Tattaqun” untuk bertaqwa, pendapat ini kuranglah tepat karena tujuan segala ibadah apapun hanya satu yakni Li Mardhotillah, Liwajhillah, Lillahi Ta’ala yaitu Karena Allah. Hal inilah yg sealu diajarkan disetiap lafadz niat Ibadah apapun yang selalu diakhiri dengan kalimat “Lillahi Ta’ala” seperti : Nawaitu Showma Ghodin terakhirnya Lillahi Ta’ala, Usholi Fardoz Zhuhri terakhirnya Lillahi Ta’ala, Nawaitu Ghusla terakhirnya Lillahi Ta’ala dan lain-lain. jikalau Taqwa adalah sebagian dari hikmah ibadah dan salah satunya adalah puasa, ini Allah SWT berikan bilaa didalam mengerjakan Ibadahnya tadi dilakukan dengan penuh keIkhlasan dan Syari’atnya benar.
Lafadz ini juga yang memiliki Makna segala apapun tertuju kepada Allah Swt yakni: Semua Makhluq diciftakan oleh Allah, Semua Makhluq menghadap kehadirat Allah, Semua Makhluq bertanggung jawab kepada Allah, Semua Makhluq dalam kekuasaan Allah, Semua Makhluq dalam pengawasan Allah, Semua Makhluq akan kembali kepada Allah, Semua Ibadah ditujukan kepada Allah, Semua Amalan hasilnya diserahkan kepada Allah, Semua kejadian dari Allah dan lain-lain.
Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Minallaahi, Billaahi, ‘Indallaahi, Ilallaahi, Fillaahi, Inna Lillaahi wa Innaa Ilayhi Rooji’uun.
3. LAHU ( له )
Dibuang Alif dan Lam awal, Artinya : bagi-Nya atau kepunyaan-Nya. Pada lafadz ini memiliki makna “Lilmilki”, yakni : Kepunyaan atau Kepemilikan seperti yang Allah Swt firmankan :
3. LAHU ( له )
Dibuang Alif dan Lam awal, Artinya : bagi-Nya atau kepunyaan-Nya. Pada lafadz ini memiliki makna “Lilmilki”, yakni : Kepunyaan atau Kepemilikan seperti yang Allah Swt firmankan :
“adalah Kepunyaan Allah apa yang ada di (7 lapis) Langit dan di (7 lapis) Bumi”
Dari ayat ini jelas sekali bahwa semua ini adalah Makhluq-Nya dan setiap Makhluq-Nya adalah milik-Nya dan bagi-Nya bebas tanpa paksaan dari siapapun untuk mengambil dan menghilangkan Makhluq-Nya, untuk mengampuni atau menyiksa Makhluq-Nya, untuk menjadikan atau tidak, memberi atau tidak, karena semua ini adalah Makhluq-Nya.
4. LAA ( لا )
Dibuang Alif, Lam Awal dan Ha’, Artinya: LAA Nafiyyah maksudnya didalam qoidah Tasawuf dikenal dengan kalimat: “Jika aku berkata LAA (Tidak ada Tuhan), maka Tujuannya adalah ILLAA (hanya Allah) begitupun sebaliknya jika aku berkata ILLAA (hanya Allah) maka Tujuannya adalah LAA (Tidak ada Tuhan)”. LAA adalah NAFI sedangkan ILLAA adalah ITSBAT, dan NAFI mengandung ITSBAT sedangkan ITSBAT mengandung NAFI tidak bisa bercerai antara ITSBAT dan NAFI. Lafadz ILAAH adalah MUNFI (yang ditiadakan) sedangkan lafadz ALLAH adalah Mutsbat (yang ditetapkan). LAA ILAAHA (ditenggelamkan) ILLAAH (dimunculkan), LAA ILAAHA (ditiadakan) ILLAAH (ditetapkan) dst.
5. AL ( أل )
Dibuang Lam kedua dan Ha`, Artinya : AL (alif lam) Ma’rifat bukan Nakiroh yang selama ini kita sembah, yakni : Tuhan yang kita sembah bukan yang Nakiroh (Umum dan Banyak) tetapi yang sema’rifat-ma’rifatnya (sekhusus-khususnya), yaitu : ALLAH Azza wa Jalla, jikalau kita berdzikir dengan lafadz Nakiroh, seperti : ILAAHUN, ILAAHUN, ILAAHUN tentunya keyaqinan kita akan bercabang, karena yang dipanggil-panggil dan yang disebut-sebut adalah Tuhan yang Umum dan Banyak. Ketahuilah yang menemukan Alif Lam disini sbg Ma’rifat adalah Imam Sibaweih seorang fakar Ilmu Nahwu, yaitu ; muridnya dari Imam Kholil fakar Ilmu ‘Arudh, takala berdzikir para Ahli Thoriqot dengan lafadz ALLAH, ALLAH, ALLAH terinkisyaf bahwa Imam Sibaweih mendapatkan Rahmat Allah di Alam Barzah yang begitu melimpah ruah sehingga bertanya: Apa sebabnya Anda mendapatkan Rahmat Allah yang begitu melimpah di Alam Barzah ini?. Imam Sibaweih menjawab : Ini disebabkan telah aku tuliskan didalam Kitab-kitab karanganku bahwa lafadz ALLAH itu adalah Ma’rifat yakni Isyaroh dari huruf Alif dan Lam diawal kalimat ALLAH (bahasa).
6. HU ( ه )
Dibuang Alif, Lam awal dan Lam kedua, Lafadz ini merupakan asal dari Lafadz HUU atau HUWA yang Artinya Dzat. Ketahuilah arti kata “Dzat” yg sering kita sering dengar itu jaganlah diartinya bahwa Alloh SWT itu bertitik, bernoktah, berunsur, beratom dll. Karena itu semua Makhluk Ciftaannya tetapi maksud dari DZAT yang dimaksud adalah hanya sebuah kata yang berhampiran (mendekati) kepada yang benar agar mudah didalam memahami perihal konsep ketuhanan, dan janganlah Dzat disini diartikan yang sesungguhnya karena bisa salah menyangka dan salah memaknainya inilah Qoul yang benar. Ketahuilah, bahwa Lafadz HU atau HUU atau HUWA ini Allah SWT perintahkan agar selalu disebut-sebut atau dipanggil-panggil sebanyak-banyaknya tak berhingga, Sebagaimana firman Allah SWT QS. Al Ikhlas ayat 1, yg berbunyi : “Katakanlah (ya Muhammad) HUWA/ HU/ HUU (yakni Dzat yang Maha Sempurna yang dinamai) ALLAH yang Maha Esa (Tunggal)”.
4. LAA ( لا )
Dibuang Alif, Lam Awal dan Ha’, Artinya: LAA Nafiyyah maksudnya didalam qoidah Tasawuf dikenal dengan kalimat: “Jika aku berkata LAA (Tidak ada Tuhan), maka Tujuannya adalah ILLAA (hanya Allah) begitupun sebaliknya jika aku berkata ILLAA (hanya Allah) maka Tujuannya adalah LAA (Tidak ada Tuhan)”. LAA adalah NAFI sedangkan ILLAA adalah ITSBAT, dan NAFI mengandung ITSBAT sedangkan ITSBAT mengandung NAFI tidak bisa bercerai antara ITSBAT dan NAFI. Lafadz ILAAH adalah MUNFI (yang ditiadakan) sedangkan lafadz ALLAH adalah Mutsbat (yang ditetapkan). LAA ILAAHA (ditenggelamkan) ILLAAH (dimunculkan), LAA ILAAHA (ditiadakan) ILLAAH (ditetapkan) dst.
5. AL ( أل )
Dibuang Lam kedua dan Ha`, Artinya : AL (alif lam) Ma’rifat bukan Nakiroh yang selama ini kita sembah, yakni : Tuhan yang kita sembah bukan yang Nakiroh (Umum dan Banyak) tetapi yang sema’rifat-ma’rifatnya (sekhusus-khususnya), yaitu : ALLAH Azza wa Jalla, jikalau kita berdzikir dengan lafadz Nakiroh, seperti : ILAAHUN, ILAAHUN, ILAAHUN tentunya keyaqinan kita akan bercabang, karena yang dipanggil-panggil dan yang disebut-sebut adalah Tuhan yang Umum dan Banyak. Ketahuilah yang menemukan Alif Lam disini sbg Ma’rifat adalah Imam Sibaweih seorang fakar Ilmu Nahwu, yaitu ; muridnya dari Imam Kholil fakar Ilmu ‘Arudh, takala berdzikir para Ahli Thoriqot dengan lafadz ALLAH, ALLAH, ALLAH terinkisyaf bahwa Imam Sibaweih mendapatkan Rahmat Allah di Alam Barzah yang begitu melimpah ruah sehingga bertanya: Apa sebabnya Anda mendapatkan Rahmat Allah yang begitu melimpah di Alam Barzah ini?. Imam Sibaweih menjawab : Ini disebabkan telah aku tuliskan didalam Kitab-kitab karanganku bahwa lafadz ALLAH itu adalah Ma’rifat yakni Isyaroh dari huruf Alif dan Lam diawal kalimat ALLAH (bahasa).
6. HU ( ه )
Dibuang Alif, Lam awal dan Lam kedua, Lafadz ini merupakan asal dari Lafadz HUU atau HUWA yang Artinya Dzat. Ketahuilah arti kata “Dzat” yg sering kita sering dengar itu jaganlah diartinya bahwa Alloh SWT itu bertitik, bernoktah, berunsur, beratom dll. Karena itu semua Makhluk Ciftaannya tetapi maksud dari DZAT yang dimaksud adalah hanya sebuah kata yang berhampiran (mendekati) kepada yang benar agar mudah didalam memahami perihal konsep ketuhanan, dan janganlah Dzat disini diartikan yang sesungguhnya karena bisa salah menyangka dan salah memaknainya inilah Qoul yang benar. Ketahuilah, bahwa Lafadz HU atau HUU atau HUWA ini Allah SWT perintahkan agar selalu disebut-sebut atau dipanggil-panggil sebanyak-banyaknya tak berhingga, Sebagaimana firman Allah SWT QS. Al Ikhlas ayat 1, yg berbunyi : “Katakanlah (ya Muhammad) HUWA/ HU/ HUU (yakni Dzat yang Maha Sempurna yang dinamai) ALLAH yang Maha Esa (Tunggal)”.
Jika ada yang berdzikir HU HU HU atau HUU HUU HUU atau HUWA HUWA HUWA artinya adalah sama, yakni : Dzat Dzat Dzat, bagi Ulama Tasawuf lafadz ini merupakan amalan Bathiniyyah sehingga takala Nafasnya Naik (Tarik nafas) berdzikir HUU dan ketika Nafasnya Turun (membuang nafas) berdzikir ALLAH artinya Dzat Allah, karena setiap nafas yang Allah karuniakan harus ada laporannya yakni Dzikrullah ini dilakukan ketika nafas Naik Turun atau Keatas Kebawah atau Masuk Keluar atau Kembali dan Pulang kepada yang memberikan Nafas ini yakni Allah SWT. Inilah yang disebut dengan Insan Kamil.
Bagi setiap Insan Kamil selalu berdzikir didalam Qolbi Bathinnya lafadz HUU ALLAH, HUU ALLAH, HUU ALLAH atau ALLAH HUU, ALLAH HUU, ALLAH HUU. Ini dilakukan karena diakhirat nanti ada pertanyaan : Untuk apa saja Umurmu dihabiskan? Umur (usia) itu adalah saling bersambungnya antara Nafas yang masuk dengan Nafas yang keluar, antara Nafas yang Naik dengan Nafas yang Turun, antara yang Keatas dengan Nafas yang Kebawah, antara Nafas yang Kembali dengan Nafas Pulang kepada yang memberikan Nafas ini yakni Allah maka pentingnya Dzikrullah di Qolbi Bathiniyyah agar mudah menjawab pertanyaan ini sebab keseluruhan Nafas ini telah diisi dengan Dzikrullah (mengingat Allah).
7. AH ( أه )
Dibuang Lam awal dan lam kedua, didalam bahasa Arab lafadz ini merupakan singkatan dari lafadz INTAHAA (انتهى) yg Artinya Kesudahan (Akhiran). Maksudnya adalah didalam perjalanan mencari Allah SWT yang Zhohir maupun yang Bathin ada permulaan dan ada kesudahannya (akhirannya), maka jika sudah berdzikir kalimat AH AH AH di Qolbi Robbani (bukan di Qolbi Bathiniyyah) berarti perjalanannya sudah sampai Tujuan, sudah sampai diperbatasan, berlayar sudah sampai dipulau.
8. ALIF ( ا )
Dibuang Lam awal, Lam kedua dan Ha`, ini merupakan Huruf yang Tunggal (Wahdaniyyah) dan Berdiri Sendiri tanpa butuh bantuan siapapun (Qiyamuhu Binafsihi), jika diberi Harokat Fathah, Kasroh dan Dhomah maka akan berbunyi A, I, U bahkan E dan O pun didalam Ilmu Tasawuf dipahami bahwa itu semua adalah Dzikir menyebut nama “Allah”. Ketahuilah bahwa disetiap bunyi apapun di Alam Jagat Raya ini pada haqiqatnya berdzikir ALLAH, ALLAH, ALLAH, maka terbitnya bunyi itu dari 4 Anasir (unsur) yg sering kita dengar, yakni : dari Anasir Api, Anasir Angin, Anasir Tanah dan dari Anasir Air.
Ketahuilah setiap bunyi atau suara yang berasal dari 4 Anasir ini pada haqiqatnya berdzikir menyebut nama ALLAH, ALLAH, ALLAH apakah suara Kendaraan bermotor, Bom, Kereta, Pesawat Terbang, Jam Dinding, Detak Jantung anda dan lain-lain baik yang berdentum, berdesir, berderu, berdentang dan lain-lain. Coba heningkan hati dan pikiran anda sejenak lalu dengarkan suara-suara Alam Semesta yang setiap saat menegur kita untuk selalu mengingat Alloh, Alloh, Alloh, secara berkekalan.
Huruf Alif disebut juga huruf yang bisa membunuh dan ndak bisa terbunuh atau disebut juga Huruf yang bisa menghidupkan yang lain tetapi Ia ndak bisa dihidupkan oleh yang lain atau disebut juga Huruf yang Hidup (Al Hayyu) dan Bisa Berdiri Sendiri tanpa bantuan siapapun. Huruf Alif merupakan Asal (dasar) dari semua huruf-huruf hija`iyyah yang 29 huruf. Jika kita lihat huruf Alif seolah-olah kita melihat huruf yang 28 huruf yang tersimpan didalam huruf Alif dan sebaliknya jika kita melihat yang 28 huruf seakan-akan kita hanya melihat satu huruf, yakni : “Huruf Alif”. Menurut Kaidah Tasawuf berbunyi: “Syuhudul Wahdah Fil Kasroti, wa Syuhudul Kasroh Fil Wahdati”, artinya : jika memandang yang satu maka yang kelihatan banyak, jika melihat yang banyak maka tampaklah hanya satu yakni Allah Azza wa Jalla.
Sebagai contoh :
a. Jika Anda memandang Biji mangga maka sebenarnya yang kelihatan bukan satu tetapi banyak yakni didalam biji mangga itu ada akar, batang, daun, ranting buah dan lain-lain kalu Anda tidak percaya coba Anda tanam biji mangga itu maka akan terbukti didalam mangga ada akar, batanng, daun dan lain-lain, dan sebaliknya jika Anda memandang pohon mangga yang besar maka sebenarnya Anda sedang melihat yang satu yakni biji mangga.
b. Jika Anda Melihat Alam semesta, Alam Jagat Raya maka yang tampak sebenarnya yang Anda pandang itu seakan akan yang Maha Pencifta yakni Allah Azza wa Jalla begitupun sebaliknya
Inilah mengapa didalam huruf Alif itu ada dan tersimpan 28 huruf hija`iyyah. Ketahuilah semua Kitabullah yang 104 tersimpan maknanya pada 4 Kitab dan dari 4 Kitab ini terkumpul maknanya didalam Kitab Al Qur`anul Karim dan makna Al Qur`an yang 6666 Ayat (bila memakai basmalah) terhimpun di QS. Yasin dan makna QS. Yasin yang 83 Ayat terkumpul didalam QS. Al Fatihah dan makna QS. Al Fatihah yang 7 Ayat terhimpun didalam lafadz Bismillaahir Rohmaanir Rohiim, dan makna Basmalah yang 19 huruf itu terdapat pada huruf Ba dan makna huruf Ba itu adalah “Dengan-Ku ada maka apa-apa menjadi ada, dan dengan-Ku jadikan maka apa-apa menjadi terjadi.
Ketahuilah bahwa asal dari Lafadz Bismi (بسم) adalah Bi`ismi (بإسم) ada huruf Hamzahnya tetapi ditulis dan dibaca seakan-akan ndak ada Hamzahnya, ini merupakan Isyaroh bahwa Allah Swt itu ADA (wujud) tetapi seakan-akan TIDAK ADA, padahal kita semua ini menyembah kepada Dzat yang Wajibul Wujud (yang wajib adanya) yakni ALLAH Azza wa Jalla. Arti dari Wajibul wujud adalah bila Alloh SWT tak ada maka yang lain pun tak ada dan berbeda dengan diri kita contohnya : bila diri kita tak ada di dunia ini maka yang lain tetap ada, berarti diri kita ini tak wajib adanya.
Ketahuilah jika Anda ingin menulis huruf Ba maka ini merupakan gabungan beberapa Alif yang ditarik kebawah, kesamping dan keatas. Ketahui pula bila huruf Alif ditarik keatas dan kebawah, kesamping dan diputar maka akan tampak huruf hija`iyyah yang semuanya 28 huruf ditambah huruf Alif satu sehingga berjumlah 29 huruf dan dari 29 huruf hija`iyyah ini terbentuklah Kitab Suci Al Qur`an yang 6666 Ayat yang Mulia.
Inilah makna kaidah: “Syuhudul Wahdah Fil Kasroti, wa Syuhudul Kasroh Fil Wahdati”.
9. TIDAK BERHURUF ( … )
Dibuang huruf Alif, Lam awal, Lam kedua dan Ha`, Artinya : Laa Showtun wa Laa Harfun yakni tidak ada suara dan tidak ada rupa, inilah yang disebut dengan Kalam Allah SWT yang Qodim (terdahulu), Kalam Allah Swt yang sesungguhnya di Lauhil Mahfuzh. Kalam di Lauhil Mahfuzh ini Allah Swt turunkan kedunia melalui Malaikat Jibril sebagai Tugasnya menyampaikan Wahyu kepada para Rosul kemudian Kalam ini dikenal sebagai Wahyu Ilahi, Kalamullah, Firman Allah dan Kitabullah yang berjumlah 104 Kitab dan yang Allah SWT sempurnakan didalam Kitabullah Al Qur`an. Al Qur`an yang kita kenal dan kita pegang disebut Mushaf karena ada rupa dan tidak ada suara, atau ada juga yang disebut Hatif berupa Kaset yakni ada suara tidak ada rupa, atau ada juga disebut Al Quran Digital yakni ada suara dan ada rupa tulisannya.
9. TIDAK BERHURUF ( … )
Dibuang huruf Alif, Lam awal, Lam kedua dan Ha`, Artinya : Laa Showtun wa Laa Harfun yakni tidak ada suara dan tidak ada rupa, inilah yang disebut dengan Kalam Allah SWT yang Qodim (terdahulu), Kalam Allah Swt yang sesungguhnya di Lauhil Mahfuzh. Kalam di Lauhil Mahfuzh ini Allah Swt turunkan kedunia melalui Malaikat Jibril sebagai Tugasnya menyampaikan Wahyu kepada para Rosul kemudian Kalam ini dikenal sebagai Wahyu Ilahi, Kalamullah, Firman Allah dan Kitabullah yang berjumlah 104 Kitab dan yang Allah SWT sempurnakan didalam Kitabullah Al Qur`an. Al Qur`an yang kita kenal dan kita pegang disebut Mushaf karena ada rupa dan tidak ada suara, atau ada juga yang disebut Hatif berupa Kaset yakni ada suara tidak ada rupa, atau ada juga disebut Al Quran Digital yakni ada suara dan ada rupa tulisannya.
Oleh karena itu sudah seharusnyalah anda berwudhu dahulu sebelum Anda menyentuh Mushaf Al Qur`an dan tidak perlu berwudhu jika menyentuh Kaset Al Qur`an karena tidak berhuruf inilah Qoul yang benar dalam mengimani Kitabullah (pelajari makrifat huruf hija’iyyah).
Allah SWT berfirman: “Janganlah menyentuh-Nya (Al Qur`an) kecuali bagi mereka yang suci (Muslim yang sudah berwudhu)”.
Janganlah mengartikan Al Qur`an pada ayat ini adalah Kalamullah yang Qodim di Lauhil Mahfuzh karena itu penafsiran yang berlebihan. Kitabullah Al Qur`an Allah SWT turunkan sebagai petunjuk bagi Orang yang bertaqwa (Hudaa Lilmuttaqiin), petunjuk bagi Manusia (Hudal Linnaas) dan juga golongan Jin (Li Ya’buduun). Pada ayat diatas adalah jelas untuk Makhluk Alloh khususnya Manusia, yang tidak mungkin dapat ke Lauhil Mahfuzh untuk menyentuh Kalamullah yang Qodim itu, sedangkan Kalamullah yang Qodim itu ndak ada suara dan ndak ada rupa dan juga tempat yang bernama Lauhil Mahfuzh itu sudah termasuk Alam Lahut (ketuhanan) maka jirin Jin dan Manusia akan hancur lebur sebelum memasuki Alam itu (gunakan juga konsep Quantum fisika dan quantum makrifat sebagai dasar penafsirannya agar lebih ilmiah). Ketahuilah bahwa Kalam atau Mutakalimun adalah Sifat Allah SWT dan hanya Dzat Allah SWT saja yang LAA MAUJUDA ILLALLAAH, yakni ndak ada yang berwujud kecuali hanya Allah Swt yang wajib adanya.
Sayid Abdul Qodir Al Jailani berkata : “Kalimat ALLAH itu merupakan Ismul A’zhom (Nama yang Agung) dan sesungguhnya Allah SWT kabulkan jika kamu berkata YA ALLAH dan tidak ada di Qolbi kamu selain-Nya, dan kalimat ini disebut Ismul Khowash (nama yang Khusus) dan Ismul ‘Aja`ib (nama yang mengagumkan) jika kamu berkholwat mengucapkan ALLAH, ALLAH, ALLAH, sampai Qolbu anda fana (kosong dari yang Alam), maka anda akan menyaksikan Alam Malakut yang mengagumkan dan segala sesuatu apapun dengan Izin Allah SWT berkata “KUN.. !!. Terjadilah”.
Berkata Para Ulama : “Orang yang berdzikir 70.000 kali kalimat ALLAH ditempat yang sepi dari segala suara (kholwat), maka tidaklah ia meminta sesuatu kepada Allah melainkan Allah SWT berikan”.
Berkata Para Ulama : “Orang yang berdzikir tiap hari setelah Sholat Subuh kalimat HUWALLAH sebanyak 77 kali maka ia akan melihat keberkahannya dalam urusan Agama dan Dunia dan akan menyaksikan sesuatu pada dirinya yang begitu mengagumkan (istimewa).
Berkata Para Ulama : “Orang yang melazimkan mengucapkan kalimat ALLAH sebanyak 500 kali setelah sholat dua roka’at (Sholat Hajat atau Tahajud), maka akan berpengaruh besar akan terkabulnya apa yang ia hajatkan”, dan lain-lain.
Mohon dima’afkan atas segala Kekhilafan dan Dosa Saya selama ini, karena Manusia itu tidak ada yang sempurna, semoga kita semua selalu di-Berkahi dan di-Ijabah pada setiap Hajat dan Cita-cita kita yang baik, Aamiin.. Istajib Bi-Ijaabatil Kubro.
Wassalam
4 Komentar
Assalamu alaikum,
BalasHapusmohon izin untuk singgah dan mengambil hikmahnya
wassalam
terimakasih
Alhamdulillah, sekarang saya mulai diberi petunjuk sama Allah tentang ilmu alif
BalasHapusJazakallahu 🙏
BalasHapusSangat bermanfaat sekali tetimakasih
BalasHapus