Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالاَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ أَبِى حَازِمٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ زَارَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ « اسْتَأْذَنْتُ رَبِّى فِى أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِى وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِى أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِى فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ »

Dari Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb, mereka berdua berkata: Muhammad Bin ‘Ubaid menuturkan kepada kami: Dari Yaziid bin Kasyaan, ia berkata: Dari Abu Haazim, ia berkata: Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berziarah kepada makam ibunya, lalu beliau menangis, kemudian menangis pula lah orang-orang di sekitar beliau. Beliau lalu bersabda: “Aku meminta izin kepada Rabb-ku untuk memintakan ampunan bagi ibuku, namun aku tidak diizinkan melakukannya. Maka aku pun meminta izin untuk menziarahi kuburnya, aku pun diizinkan. Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkan engkau akan kematian” (HR. Muslim no.108, 2/671)

Keutamaan Ziarah kubur :

Haram hukumnya memintakan ampunan bagi orang yang mati dalam keadaan kafir (Nailul Authar [219], Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi [3/402]). Sebagaimana juga firman Allah Ta’ala:

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى

“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya)” (QS. At Taubah: 113)

Berziarah kubur ke makam orang kafir hukumnya boleh (Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi, 3/402). Berziarah kubur ke makam orang kafir ini sekedar untuk perenungan diri, mengingat mati dan mengingat akhirat. Bukan untuk mendoakan atau memintakan ampunan bagi shahibul qubur. (Ahkam Al Janaaiz Lil Albani, 187)

Jika berziarah kepada orang kafir yang sudah mati hukumnya boleh, maka berkunjung menemui orang kafir (yang masih hidup) hukumnya juga boleh (Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi, 3/402).

Hadits ini adalah dalil tegas bahwa ibunda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mati dalam keadaan kafir dan kekal di neraka (Syarh Musnad Abi Hanifah : 334)

Tujuan berziarah kubur adalah untuk menasehati diri dan mengingatkan diri sendiri akan kematian (Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi 3 : 402)

An Nawawi, Al ‘Abdari, Al Haazimi berkata: “Para ulama bersepakat bahwa ziarah kubur itu boleh bagi laki-laki” (Fathul Baari, 4/325). Bahkan Ibnu Hazm berpendapat wajib hukumnya minimal sekali seumur hidup. Sedangkan bagi wanita diperselisihkan hukumnya. Jumhur ulama berpendapat hukumnya boleh selama terhindar dari fitnah, sebagian ulama menyatakan hukumnya haram mengingat hadits ,

لَعَنَ اللَّه زَوَّارَات الْقُبُور

“Allah melaknat wanita yang sering berziarah kubur” (HR. At Tirmidzi no.1056, komentar At Tirmidzi: “Hadits ini hasan shahih”)

Dan sebagian ulama berpendapat hukumnya makruh (Fathul Baari, 4 : 325). Yang rajih insya Allah, hukumnya boleh bagi laki-laki maupun wanita karena tujuan berziarah kubur adalah untuk mengingat kematian dan mengingat akhirat, sedangkan ini dibutuhkan oleh laki-laki maupun perempuan (Ahkam Al Janaaiz Lil Albani, 180).

Ziarah kubur mengingatkan kita akan akhirat. Sebagaimana riwayat lain dari hadits ini :

زوروا القبور ؛ فإنها تذكركم الآخرة

“Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkanmu akan akhirat” (HR. Ibnu Maajah : 1569)

Ziarah kubur dapat melembutkan hati. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang lain :

كنت نهيتكم عن زيارة القبور ألا فزوروها فإنها ترق القلب ، وتدمع العين ، وتذكر الآخرة ، ولا تقولوا هجرا

“Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian akan akhirat namun jangan kalian mengatakan perkataan yang tidak layak (qaulul hujr), ketika berziarah” (HR. Al Haakim no.1393, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jaami’, 7584)

Ziarah kubur dapat membuat hati tidak terpaut kepada dunia dan zuhud terhadap gemerlap dunia. Dalam riwayat lain hadits ini disebutkan:

كنت نهيتكم عن زيارة القبور فزوروا القبور فإنها تزهد في الدنيا وتذكر الآخرة

“Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat membuat kalian zuhud terhadap dunia dan mengingatkan kalian akan akhirat” (HR. Al Haakim no.1387, didhaifkan Al Albani dalam Dha’if Al Jaami’, 4279)


Al Munawi berkata: “Tidak ada obat yang paling bermanfaat bagi hati yang kelam selain berziarah kubur. Dengan berziarah kubur, lalu mengingat kematian, akan menghalangi seseorang dari maksiat, melembutkan hatinya yang kelam, mengusir kesenangan terhadap dunia, membuat musibah yang kita alami terasa ringan. Ziarah kubur itu sangat dahsyat pengaruhnya untuk mencegah hitamnya hati dan mengubur sebab-sebab datangnya dosa. Tidak ada amalan yang sedahsyat ini pengaruhnya” (Faidhul Qaadir, 88/4)


Disyariatkannya ziarah kubur ini dapat mendatangkan manfaat bagi yang berziarah maupun bagi shahibul quburyang diziarahi (Ahkam Al Janaiz Lil Albani, 188). Bagi yang berziarah sudah kami sebutkan di atas. Adapun bagi shahibul qubur yang diziarahi (jika muslim), manfaatnya berupa disebutkan salam untuknya, serta doa dan permohonan ampunan baginya dari peziarah. Sebagaimana hadits:


كيف أقول لهم يا رسول الله؟ قال: قولي: السلام على أهل الديار من المؤمنين والمسلمين، ويرحم الله المستقدمين منا والمستأخرين وإنا إن شاء الله بكم للاحقون


“Aisyah bertanya: Apa yang harus aku ucapkan bagi mereka (shahibul qubur) wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Ucapkanlah: Assalamu ‘alaa ahlid diyaar, minal mu’miniina wal muslimiin, wa yarhamullahul mustaqdimiina wal musta’khiriina, wa inna insyaa Allaahu bikum lalaahiquun (Salam untuk kalian wahai kaum muslimin dan mu’minin penghuni kubur. Semoga Allah merahmati orang-orang yang telah mendahului (mati), dan juga orang-orang yang diakhirkan (belum mati). Sungguh, Insya Allah kami pun akan menyusul kalian” (HR. Muslim no.974)


Ziarah kubur yang syar’i dan sesuai sunnah adalah ziarah kubur yang diniatkan sebagaimana hadits di atas, yaitu menasehati diri dan mengingatkan diri sendiri akan kematian. Adapun yang banyak dilakukan orang, berziarah-kubur dalam rangka mencari barokah, berdoa kepada shahibul qubur adalah ziarah kubur yang tidak dituntunkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Selain itu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga melarang qaulul hujr ketika berziarah kubur sebagaimana hadits yang sudah disebutkan. Dalam riwayat lain disebutkan :


ولا تقولوا ما يسخط الرب


“Dan janganlah mengatakan perkataan yang membuat Allah murka” (HR. Ahmad 3/38,63,66, Al Haakim, 374-375)


Termasuk dalam perbuatan ini yaitu berdoa dan memohon kepada Shahibul Qubur, beristighatsah kepadanya, memujinya sebagai orang yang pasti suci, memastikan bahwa ia mendapat rahmat, memastikan bahwa ia masuk surga, (Ahkam Al Janaiz Lil Albani, 178-179)


Tidak benar persangkaan sebagian orang bahwa ahlussunnah atau salafiyyin melarang ummat untuk berziarah kubur. Bahkan ahlussunnah mengakui disyariatkannya ziarah kubur berdasarkan banyak dalil-dalil shahih dan menetapkan keutamaannya.

Yang terlarang adalah ziarah kubur yang tidak sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam y‎ang menjerumuskan kepada perkara bid’ah dan terkadang mencapai tingkat syirik.                                                                                                                                                                                       ‎



Dasar Tawassul Dianjurkan Dalam Islam

Rasulullah saw bersabda : Ketika Adam mengakui kesalahannya, dia berkata: ‘Wahai Tuhanku, jika aku memohonmu atas nama Muhammad, Engkau pasti akan mengampuniku’. Lalu Allah bertanya: ‘Wahai Adam, bagaimana kau tahu tentang Muhammad sedang Aku belum menciptakannya?’ Adam menjawab:’Tuhanku, sesungguhnya ketika Engkau menciptakanku, aku mengangkat kepalaku, dan aku melihat di kaki ‘Arsy tertulis “Laa ilaha illa Allah, Muhammadur Rasulullah”, dan aku tahu, bahwa Engkau tidak akan pernah menyambungkan nama-Mu kecuali dengan ciptaan yang sangat Engkau cintai’. Allah berfirman: ‘Kau benar wahai Adam, Muhammad adalah makhluk yang paling aku cintai, dan ketika kau memohon kepadaku atas namanya, maka Aku telah mengampunimu. Kalau bukan karena Muhammad, Aku tidak akan menciptakanmu”. Dalam riwayat Imam Thabrani ditambahkan:”….dia adalah Nabi terakhir dari keturunanmu”.

Bertawassul kepada Rasulullah saw sebagaimana do’a  Nabi Adam as tersebut di atas adalah sebuah bukti bahwa berdo’a dan meminta permohonan kepada Allah melalui perantara (wasilah)  bukanlah hal yang baru atau aneh, apalagi dianggap bid’ah.

Wasilah adalah segala hal yang dapat mendekatkan kepada sesuatu yang lain. Bentuk jama’ dari wasilah adalah wusul atau wasa’il. Sedangkan bentuk tunggalnya adalah tausil dan tawassul. Contohnya, “Si A bertawassul dengan sesuatu untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya”. Maka, dia mendekatkan diri kepada Tuhannya dengn sebuah wasilah. Maksudnya, dia mendekatkan diri kepada Allah melalui perantara amal baikya.

Allah swt berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya……(QS. Al-Maidh 5 : 35)

Dalam ayat lain, Allah Swt berfirman: “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang(harus) diatkuti.(QS Al-Isra’ [17]:57)

Dari dua ayat di atas dapat disimpulkan bahwa pertama, dibolehkannya bertawassul  kepada para Nabi dan orang-orang shaleh. Baik ketika mereka masih hidup maupun sepeninggal mereka. Kdeua, boleh juga bertawassul dengan amal baik masing-masing. Allah sendiri memerintahkan kepada kita untuk bertawassul sebagaimana pernah dilakukan oleh Rasulullah saw pada saat Fatimah binti Asad (ibu Ali bin Abi Thalib) wafat. Rasulullah  Saw bersabda :

اَللهُ الَّذِى يحُىْ وَيمُيِتُ وَهُوَ حَيٌّ لاَيَمُوْتُ اغْفِرْ لأِ مّىِ فَاطِمَةَ بِنْتِ أَسَدٍ وَلَقّنْهَا حُجَّتَهَا وَوَسِّعْ عَلَيْهَا مَدْ خَلَهَا ِبحَقّ ِنَبِيّكَ وَاْلأَنْبِيَاءِ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِى فَاءِنَّكَ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ وَكَبَّرَأَرْبَعًا وَاَدْخَلُوْ هَا هُوَ وَاْلعَبَّاسُ وَاَبُوْ بَكْرٍ الّصِدّيِقِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمْ

“Allah yang menghidupkan dan yang mematikan dan Dialah yang hidup tidak mati; Ampunilah! Untuk Ibu saya Fathimah binti Asad dan ajarkanlah kepadanya hujjah (jawaban ketika ditanya malaikat) kepadanya dan luaskan kuburnya dengan wasilah kebenaran Nabimu dan kebenaran para Anbiya’ sebelum saya, sesungguhnya Engkau Maha Pengasih dan Rasulullah takbir empat kali dan mereka memasukkan ke dalam kubur ia (Rasulullah), Sahabat Abbas Abu Bakar As-Shaddiq r.a.” (HR. Thabrani).

Dalam hadits di atas, Rasulullah bertawassul kepada Allah dengan dirinya sebagai orang yang paling mulia,  juga bertawassul dengan nama para Nabi sebelumnya yang berhak mendapat shalawat dan salam.

Dalam kitab Riyadlus-Shalihin bab Wadaais-shahib hadits no.3, Rasulullah SAW mengizinkan Umar bertawassul dengannya, dan menyertakan Rasulullah saw dalam segala do’anya di Mekkah ketika umrah.

عَنْ عُمَرَبْنِ اْلخَطَّابِ رَضِىَاللهُ عَنْهُ قَالَ اِسْتَأْذَنْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى اْلعُمْرَةِ فَأذِنَ لىِ وَقَالَ: لاَتَنْسَنَا يَااُخَيَّ مِنْ دُعَائِكَ فَقَالَ كَلِمَةً مَايَسُرُّنِى اَنَّ لىِ بِهَاالدُّنْيَا. وَفِى رِوَايَةِ قَالَ اَشْرِكْنَا يَااُخَىَّ فِى دُعَائِكَ. رواه ابوداود والترمذى

“Dari shahabat Umar Ibnul Khattab r.a. berkata: saya minta idzin kepada Nabi SAW untuk melakukan ibadah umrah, kemudian Nabi mengidzinkan saya dan Rasulullah SAW bersabda; wahai saudaraku! Jangan kau lupakan kami dalam do’amu; Umar berkata: suatu kalimat yang bagi saya lelah senang dari pada pendapat kekayaan dunia. Dalam riwayat lain; Rasulullah SAW bersabda: sertakanlah kami dalam do’amu”. (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Dalam hadits di atas Rasulullah meminta kepada sayyidina Umar untuk menyertakan Rasulullah dalam do’anya sayyidina Umar selama di Makkah, padahal kalau Rasulullah berdo’a sendiri tentu lebih diterima, tetapi beliau masih meminta do’a kepada sayyidinda Umar.

Rujukan lain untuk tawassul jenis ini seperti dalam kitab Sahhihul Bukhari jilid I, bahwa Sayyidina Umar Ibnul Khattab bertawassul dengan Rasulullah dan Sahabat Abbas ketika musim paceklik, sebagaimana disebutkan berikut ini:

عَنْ أَنَسٍ اَنَّ عُمَرَابْنَ اْلخَطَّابِ رَضِىَاللهُ عَنْهُ كاَنَ اِذَا قَحَطُوْا اِسْتَسْقىَ بِالعَبَّاسِبنِ عَبْدِاْلمُطَلِّبِ فَقَالَ: الَّلهُمَّ اِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ اِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِيْنَا وَاِنَّا نَتَوَسَّلُ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا, قَالَ: فَيُسْقَوْنَ.
 رواه البخارى

“Dari sahabat Anas; bahwasannya Umar Ibnul Khattab r.a. apabila dalam keadaan paceklik (kekeringan) ia memohon hujan dengan wasilah Sahabat Abbas Ibn Abdil Muthalib, maka berdo’a sayyidina Umar : Yaa Allah sesungguhnya kami bertawassul kepada Engkau dengan wasilah paman Nabi kami (Sahabat Abbas) maka berilah kami hujan, berkata Sayyidina Umar kemudian diturunkan hujan”. (HR Bukhari)

Bertawassul kepada orang-orang yang dekat kepada Allah seperti para nabi, rasul dan shalihin, bukan berarti meminta kepada mereka, tetapi memohon agar mereka ikut memohon kepada Allah agar permohonan do’a diterima Allah SWT. Sebab, seluruhnya juga adalah haq Allah, seperti disebutkan berikut ini:

لاَمَانِعَ لمِاَ أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لمِاَ مَنَعْتَ

“Tiada  yang bisa  mencegah kalau Allah mau memberi, dan tidak ada yang bisa memberi kalau Allah mencegahnya.”

قُلْ هُوَاللهُ اَحَدٌ, اَللهُ الصَّمَدُ

“Katakanlah Dia Allah yang Maha Esa dan Allah tempat meminta.”

Sesungguhnya bertawassul dengan berdo’a dan mempergunakan wasilah, baik dengan iman, amal shaleh dan dengan orang-orang yang dekat kepada Allah SWT jelas tidak disalahkan oleh agama bahkan dibenarkan. Bertawassul bukan berarti meminta kepada orang  yang dijadikan wasilah, melainkan  memohon agar yang dijadikan wasilah memberikan keberkahan untuk diterima do’a para pemohonnya.

Jadi, tidak ada unsur  syirik dalam bertawassul, karena pada saat bertawassul dengan orang-orang yang dekat kepada Allah Swt, seperti para Nabi, Para Rasul, para sholihin pada hakekatnya  tidak bertawassul degan dzat mereka, tetapi bertawassul dengan amal perbuatan mereka yang sholeh.

Karenanya, tidak mungkin kita bertawassul dengan orangorang yang ahli maksiat, pendosa yang menjauhkan diri dari Allah Swt, dan kita juga tidak bertawassul dengan pohon, baru, guung, kuburan kramat dsb.

Oleh karena itu wajar saja jika Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah, dalam risalahnya merasa perlu bertabayyun atau klarifikasi atas tuduhan beberapa orang yang ngatakan bahwa ia mengharamkan tawassul. Ia menuliskan “Sesungguhnya Sulaiman bin Suhaim telah berdusta terhadapku tentang banyak hal yang tidak pernah aku katakan, bahkan tidak pernah terlintas dibenakku. Di antaranya aku dianggap mengkafirkan orang-orang yang bertawassul melalui orang shaleh, aku juga dituduh mengkafirkan al-Bushiri karena mengatakan ‘wahai makhluk yang paling mulia’, aku juga difitnah membakar kitab dalailul khairat. semua itu hanya bisa aku jawab Maha Suci Engkau Ya Allah semua ini adalah dusta Besar.”  

Malahan dalam al-Fatwa al-Kubra, Syaikh Abdul Wahab menjawab ketika ditanya tentang tawassul, beliau dengan tegas menjawab “ Tidak mengapa bertawassul dengan orang-orang Shaleh ... asalkan mereka yang berdoa dengan jelas memohon seperti “aku memohon kepada-Mu dengan Nabi-Mu” atau “Dengan nama Rasul-Mu aku memohon agar...” atau “aku memohon kepada-Mu ya Allah, dengan hamba-hamba-Mu yang sholeh, semoga...” bahkan ketika mereka berdoa’a di atas kuburpun tidak ada masalah”

Wal hasil, tawassul dalam Islam dibolehkan, dan dianjurkan. Asalkan mereka yang bertawassul ini mengerti dan faham arti, serta cara-cara bertawassul. Dan sadar benar bahwa Yang Maha Kuasa hanyalah Allah swt.

Bertawassullah  dengan wasilah yang disenangi Allah, atau berdo’a dengan menyebut sesuatu yang disenangi Allah, tentu Allah akan menyenangi kita, dan meridloinya. Maka apa yang disenangi Allah, seyogyanya disebut dalam do’a. Dan tidak ada yang lebih disayangi di jagad raya ini kecuali Rasulullah saw. karena itu dalam setiap doa selalu ada sholawat dan salam kepadanya.


Tawassul Lengkap Untuk Leluhur Sumedang Larang 


1.  أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم 
(Ta’awwuz: A’udzubillahi minas syaito nirrojim)

2. بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ  

(Bismillahir rahmanir rahim)

3. Astaghfirullah hal 'adzim al ladzi laa ilaha illa huwal hayyul qayyum wa atubu ilaih  - 3x

4.  Asyhadu an-ilaaha illallaah Wa asyhadu anna Muhammadarrosulullaah - 3x

5. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّد 
(Allaahumma shalli wasallim ‘alaa sayyidinaa Muhammad wa’alaa aali sayyidinaa Muhammad). - 3x

6.  لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
(Labbaikallaahumma labbaika, labbaika laa syariika laka labbarika, innal hamda wan-ni'mata laka wal-mulka laa syariika laka). (7x)

7. ALLOOHUMA SHOLLI SHOLAATAN KAAMILATAN WASALLIM SALAMAN TAAMAN 'ALLA SYAYYIDDINA MUHAMMADINIIL LADZII TANHALLU BIHHIL ‘UQODUU. WATAN FARIJU BIHHIL QUROBUU WATUUKDHO BIHHIL HAWAA IJU WATUNAALU BIHHI ROGHO IBU WAKH-HUSNUUL KHOMWATIMI WAYUS TASQOL. GHOMAAMU BIWAJ HIHHIL KARIMI WA ALAA AALIHII WASHOH BIHHI FIKULLI LAMHATIN. WANA FASIN BI'ADADI KULLI MA’LUM MILLAK.. (3X)

Bismillahirrohmaanirrohim
Illa hadlrotin nabiyyil musthofaa saiyidinaa Muhammadin rosullilahi shollallohu 'alaihi wa salam wa azwaajihii, wa auliyadihii, wa dzurriyyaatihii, wa ahli baitihii, wa ikwanihii minal anbiyaai, wal mursalillina 'alaihimush sholaatu wa salaamu wa aali kulli minhum ajma'iina, wal malaikatil muqorrobibiina, Syaiulillahum => Al Fatehah (1X)

Wa Ila Hadroti  Nabi Adam wa ummi Hawa allahysallam, Nabi Syist allahysallam, Nabi Ibrohim allahysallam, Nabi Khidir allahysallam, Nabi Daud allahysallam,  Nabi Yunus allahysallam, Nabi Nuh allahysallam, Nabi Idris allahysallam, Nabi Luth allahysallam, Nabi Musa allahysallam, Nabi Ilyas wa Ilyasa allahysallam, Nabi Sulaiman allahysallam, NabiYusuf allahysallam, Nabi Isa allahysallam. Kum Ambiya Adzmain allahysallam. => Al Fatehah (1X)

Wa illa hadloroti khulafaa ir-rosyidiinal arba'ati, Sayyidina Abu Bakar Sidiq Radhiyallahu Anhu, Sayyidina Umar Bin Khottob Radhiyallahu Anhu, Sayyidina Ustman Bin Affan Radhiyallahu Anhu, Sayyidina Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu, Sayyidatina Ummil Khoer Siti Fatimah Radhiyallahu Anhu, wa jamii'ish shohaabati, wal qoroobati wat tabaabi'iina wal aimatil arba'atil mujtahidiina rodiayallohu 'anhum Syaiulillahum => Al Fatehah (1X)

Wa ilaa hadloroti jamii'i auliya illahi ta'ala mim masyaa rigil ardhi ilaa waghoribiha fii bariiha, wa bahrihaa khushuushin ilaa hadroti qutbhil ghoutsi wa muhyis sunnati wad wad dinni imaaminaa, wa qudwatina wa sayyidina sulthonil auliyaai' Sayyidi Syeh Abdul Qodir Al Jaelani Min Baghdadi Radhiyallahu Anhu, wa syech Abi Hasan Syadzilli, wa syech Abii Abdillah Muhammad ibni muhammad ibni yusuf sanusi qodaa sallohu sirrohum wa nafa'ana wa azawaajina wa aulaadana wa dzuriatna wal jamii'i ahlil islam bihin wa bibarokatihim wa bikaromatihim aamiin yaa robbal alamin, Syaiulillahum  => Al Fatehah (1X)

Wa ilaa hadlroroti jamii'l ulamaai'lillahi fi masyariqi wal maghribi khushuson ilaa hadlroti : Syeh Abdul Muhyi, Syeh Maulana Malik Ibrohim (Sunan Gresik), Syeh Syarif Hidayatulloh (Sunan Gunung Jati), Syeh Raden Syahid (Sunan Kalijaga), Syeh Raden Patah (Sunan Demak), Syeh Raden Rahmat (Sunan Ampel), Syeh Makdum Ibrohim (Sunan Bonang), Syeh Raden Paku (Sunan Giri), Syeh Syarifuddin (Sunan Drajat), Syeh Ja`far Shodiq (Sunan Qudus),  Syeh Maulana Ishaq, Sunan Tembayat, Sunan Prawoto, Sunan Ngudung, Sunan Geseng, Sunan Majagung, Sunan Benang.Wa nafa'ana wa azwaajina wa aulaadana wa dzuriyatina wa jamii'i ahlil islam bihim wa bibarokamatihim aamiin yaa robbal 'alamin, Syaiulilillahum => Al Fatehah (1x)

Tsuma Ilaa Hadloroti : Eyang Resi Haji Putih,  Eyang Prabu Guru Haji Putih, Eyang Prabu Tadji Malela, Eyang Prabu Gajah Agung,  Eyang  Sunan Guling, Eyang Sunan Tuakan, Eyang Prabu, Eyang Pangeran Santri, Eyang Pangeran Kornel dst

Tsuma Ilaa Hadloroti :  Siliwangi, Eyang Kean Santang..dst

Tsuma Ilaa Hadloroti : Eyang Nyimas Dewi Nawang Wulan, Eyang Nyimas Dewi Ratna Inten, Eyang Nyimas Dewi Subang Larang, Eyang Nyimas Dewi Rara Santang..dst

Wa nafa'ana wa azwaajina wa aulaadana wa dzuriyatina wa jammii'i ahlil islam bihim wa bibarokatihim wa bikarotihim aamiin yaa robbal alamin, Syailullahum => Al Fatehah (1x)

Tsumma Illa arwahi abaaina wa umahatina wa azwaajina wa aulaadina wa dzurriyyatina wa ajdaadina wa jaddatina wa ikhwanina wa akowa-tina wa a'maamina wa 'ammatina wa akhwalina wa kholtina wa jamii'i aqribaaina wa ahabbaaina wa jamii'i man lahum haqqu 'alaina wa jamii'i da'aalana bi khoirin khushuson ilaa ruhi :
1. ............. bin/binti..............
2. ..............bin/binti..............
3. ..............bin/binti..............
4. ..............bin/binti..............
5. ..............bin/binti..............
6. dst
(Dibagian ini kita bisa untuk buyut, nenek, kakek, orang tua kita, kakak adik, saudara, dan lain-lain yang telah tiada)
ghofarollohu dzunabahum wa sataro 'uyuubahum wa ja'alal jannata matswahum, Syaiulillahum => Al Fatehah (1x) 
Tsumma ilaa arwahi jamii'i ahlil qobur khusuushon mu'minim wal mum'minat, muslimin wal muslimat al ahya-i minhum wal amwat, fil masyariqi wal maggribi ghofarollohu dzunubahum wa askanahum fi farodiisil jinani bi rohmatika yaa arhamar rohimiin, Syailullahum. => Al Fatehah (1x)

Annallaha yagfirulahum wayarhamuhum Wayuli darojatuhum Fil jannah wan Ayyu`ida alaina min barokatihim wa asrorihim wa Anwarihim Wa ulumihim Wanafatihim Fiddini Waddunya Wal Akhiroh

~ La Ilaha Illalloh (99 x)
~ Al Fatihah (1x)
~ Al Ihklas (3x)
~ Annas (3x)
~ Al Falaq (3x)
~ Alif Lam Mim… Al Baqoroh ayat 1-7
~ Ayat Kursy (1x)
~ Istigfar (3x)
~ Afdholu dzikri Fa`lam Annahu La ilaha illalloh
~ La Ilaha Illalloh Hul Malikul Haqqul Mubin
~ La Ilaha Illalloh Hul Malikul Haqqul Quddus
~ La Ilaha Illalloh Hayyun Ma`bud
~ La Ilaha Illalloh Hayyun Baqi
~ La Ilaha Illalloh Hayyun Ma`jud
~ La Ilaha Illalloh Hayyun Maqsud
~ La Ilaha Illalloh, Sayyidina Muhammadarrosululloh Sallalloohu Alaihi Wasallam (3x)
~ Innalloha wamalaikatahu yusholluna ala nabiy ya ayuhalladzina amanu Shollu Alaihi wasallim Mutasliman, Shollolohu Ala Muhammad (3x)
~ Subhanalloh.. walhamdulillah.. wala ilaha illalloh.. walloh hu Akbar (3x)
~ Shubhanalloh.. wabihamdih.. subhanalloh hil adzhim (3x)
~ Lailaha illalloh wahdahu la syarikalah lahul mulku walahul hamdu yuhyi wayumitu wahuwa ala kulli syai`in qodir (3x)
~ Bismillah hilladzi layadurru ma`asmihi Syai`un fil ardhi wala Fissamai wahuwas sami`ul alim (3x)
~ Audzu bikalimatillahi hitaamati min syarri ma kholaq (3x)
~ Hasbiyalloh wani`mal wakil ni`mal maula wani`mannashir (3x)
~ Lailaha illa Anta subhanaka Inni kuntum minadzolimin (7x)
~ yaa alloh, yaa Rohman, Yaa Rohim, yaa Hayyu yaa Qoyyum, yaa Jala Jalaluhu, yaa Dzal Jalali wal ikrom (3x)
~ Fain tawallau Faqul hasbiyalloh Hula ilaha illa huwa alaihi tawakkaltu wahuwa robbul arsyil adzim (3x)
~ Astagfirulloh Robbal Baroya...Astagfirulloh Minal Khotoya (3x)
~ Wala haula wala Quwwata illa billahil aliyyil adzim walhamdulillahi Robbal Alamin
~ Bibarokati Surotul Fatihah (1X)