Sekedar bertabayyun, Tentang ROH/RUH/ARWAH MANUSIA?.

Seratus fisik manusia adalah unsur alam. Seratus ruhani manusia adalah milik Tuhan. Yang dikuasai oleh manusia hanyalah jiwanya (nafsani), jiwa yang mampu menggerakan segenap dirinya utk berbuat baik ataupun buruk. Dan, hanya jiwa tuluslah yg akan mampu melakukan dharma (amal shalih yang ikhlas), menjadi media yang mengalirkan rahmat Tuhan bagi segenap makhlukNya, tanpa kecuali.

“wa nafakhtuhu fihi min ruuhi”, ruh manusia bukan “utusan” melainkan bagian dari ruhNya.

Apa RUH itu?
Al Quran Al-Isro:85 Artinya : Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “Ruh itu termasuk amri (perintah/utusan/urusan) Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan (tetang roh) melainkan sedikit“. Makanya 100% ruh itu milik Allah

Rada panjang kang ngabahasna, Karena jaman sekarang ini kebanyakan kalau membahas RUH/ROH/Urusan HIDUP dengan ayat QS.Al-Isro:85, seolah tabu untuk membahas/mempelajarinya. Padahal SEDIKITnya Ilmu tentang Ruh yang diberikan Allah adalah SEDIKITnya Ni’mat Allah yang diberikan. Pembahasan Ringkas dalam RINGKASAN ROH dalam TABAYYUN,  Download di http://www.box.com/s/6c8dc77cc6f281299951  
Kesimpulannya : 100% fisik manusia adalah unsur alam. 100% ruhani manusia adalah AMRI/Urusan/UTUSAN Tuhan.

Ya, atau DiRASAkan, RASA tidak akan berbohong!. Dari “dijalani/menjalani” itulah baru dapat diperbincangkan pengalamannya.

BUKAN hanya TABU, Lebih dahsyatnya lagi, Mempelarari Ruhani-melakukan Proses Ruhani-Membahas Ruh dianggap Aliran Sesat-Syirik-Kafir,  setelah berTABAYYUN.

Mempelajari Eksistensi RUH dalam Diri/atau pun RUH yang telah terpisah dengan Raganya adalah :

1. Iman Kepada Yang Ghaib, IMAN/PERCAYA yang benar bukan sebuah ANGAN-ANGAN DIBICARAKAN/Melakukan Ikut-Ikutan tetapi SESUATU yang TERASA/Menusuk QS. Al-Hujuraat :14.
2. Urusan RUH adalah yang HIDUP di Dunia dan yang HIDUP di Akhirat.
3. Tentang Ilmu Yaqin-Haqqul Yakin-‘Ainal Yaqin,
4. Dengan Mengenal Ruh Diri kita, sebagai jalan pengetahuan membedakan antara Mata Lahir dan Mata Batin/Hati/Qolbi yang pada akhirnya tercapailah apa yang ditunjukan “Ru’yatullah fiddunya Bi’ainil Qalbi”.
Dst...tidak ada batasnya pengetahuan tentang RUH...

Simpulnya RUH sesuatu yang ada dalam DIRI sebagai Utusan/PerintahNYA yang adaNya sementara dalam Dunia Kecil (RAGA) sebagai jalan pengetahuan untuk kembali kepadaNYA. Mulih Ka JATI Mulang Ka Asal.

Ar-Aruh berasal dari kata Riiihun = angin sepoy-sepoy, atau tiupan angin yang lembut/semiliwir angin, sangat berkaitan dengan ayat “wa nafakhtuhu fihi min ruuhi” = MENIUPkan /di-TIUP-kan /TIUP.

Apabila kita mempelajari ANGIN sangat BERBEDA dengan mempelajari dari unsur ALAM yang lainnya seperti AIR, API dan BUMI.

Kalau AIR, API, BUMI itu dapat dikenali dengan MUDAH (Dilihat, Diraba) nah kalau ANGIN?

Angin dapat mudah dikenali ketika BERTIUP menggerakan Benda sekelilingnya dan TER-RASA tiupannya, INI yang BESARnya dalam mengenali dari keberadaan ANGIN, sedangkan mengenali yang Kecilnya adalah ketika kita bernafas baik melalui Hidung/Mulut.

Keluar-Masuknya Angin/Udara melalui Hidung/Mulut ini pun jarang kita KENALI dan kita SADARI dan Syukuri keberadaannya, padahal Air-Api-Angin-Bumi (PAPAT) tidak dapat dipisahkan untuk kelangsungan Hidup di muka bumi ini.

Dalam kearifan sunda dikenal dengan konsep PAPAT KALIMA PANCER yang dalam perkembangannya, melahirkan CANDI/SANDI/Simbol Ajaran yang dinamakan Lingga-Hiyang dan Lingga-Yoni “salah satunya”.

Dengan perbedaan keberadaan ANGIN/Udara dengan unsur lainnya yang tidak dapat diLIHAT dan diRABA (DZAHIR) sama dengan Keberadaan RUH yang tidak dapat diLIHAT dan diRABA (DZAHIR) menjadikan “RUH” sesuatu yang ada dalam Diri Manusia jarang diungkap /dipelajari /dikenali oleh masing-masing Dirinya, bagaimana kita dapat BERSYUKUR kepada TUHAN sementara kita tidak mengenal Hidup/Ruh diri kita sendiri sama saja seperti ORANG GILA, dia hidup tetapi tidak punya arah tujuan seperti Bertiupnya Angin kearah barat-timur-selatan-utara… Na’udzubillahi min Dzaalik……..oleh karena itu dalam Al-Qur’an sendiri di Sindir-Silib kan Pengajarannya :

QS.As-Sajdah, 9 : Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya ruhNya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

Dengan Ruh-Nya, manusia dapat Mendengar, maka sejatinya RUH itulah yang Mendengar!

Dengan Ruh-Nya, manusia dapat Melihat, maka sejatinya RUH itulah yang Melihat!

Dengan Ruh-Nya, manusia memiliki Hati/NURANI, maka sejatinya RUH itulah yang NUR’AIN! (Mata Hati nya).

sehingga ketika Tubuh/Raga tidak ada Hidupnya/ruhNya maka telinga tidak mendengar!, mata tidak melihat, jantung/qolbi/hati pun tidak memiliki NUR’AINnya.

HAL tentang inilah yang jarang Disadari oleh banyak manusia sehingga SEDIKIT SEKALI YANG BERSYUKUR karena tidak mengenali Hidup/ruh-Nya sendiri.

Bagaimana DAMPAK akibat tidak Bersyukur/tidak Mengenali ruh-Nya?, tentu akan LUPA/Ghafiluun/Lalai bahkan ingkar untuk Mengenal-Nya (Ma’rifatullah), ingkar untuk bertemu dengan-Nya……….inilah yang disindir pula dalam Al-Qur’an :

QS. Ar-Ruum:7-8) Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan Dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) Akhirat adalah lalai. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.

Barang siapa yang buta di Dunia, maka ia akan Buta di Akhirat, dst…..

Keterangan yang menunjukan “Hudan” tentang RUH baik Al-Qur’an maupun Al-Hadist sangat banyak sekali sebagaimana yang telah kami rangkum dalam TABAYYUN-II Halaman 31-39, namun lagi-lagi hanya karena “sedikit” berbeda menafsirkan-memahami dari QS.Al-Isro:85 kata “Amrii” = Utusan/Urusan Tuhan-ku yang seolah-olah menjadi HARAM untuk mempelajari-mengenali tentang ruhNYA yang berdampak sangat luas terhadap PERBEDAAN dalam memahami Ajaran Islam.

Apabila telah mengenali runNya dalam tubuh kita, maka tentu saja salah satu manfaatnya dapat melakukan Shillatur-ruhi sebagaimana yang diungkapkan Imam Al-Ghazali dalam menerangkan tingkatan Shillatur-rahim. Shillatur-ruhi ini pula yang dicontohkan /disunnahkan oleh Roasulullah SAW dalam berbagai kesempatan.

Contoh Aplikasi dari pemahaman-mengenali-menyadari tentang RUH dalam bertawassul seperti dibawah ini :

- Ila hadhdhratiin-nabi…atas kehadiran Nabi....dst

- Ila hadhdhratii syaikh…atas kehadiran Syaikh...dst

- Ila ruuhii….atas ruuh Fulan bin Fulan…dst

Dari Aisyah r.a, Saya mendengar Nabi SAW bersabda : “Arwah (jama’ dari Ruh) itu bagai tentara yang berbaris. Mana yang bersesuaian berdampinglah dia, mana yang bertetangan berjaulah ia”. (HR. Bukhari)

Begitu LUAS apabila diKUPAS, Luas dalam pandangan dan manfaat bagi Manusia, Sedikit dalam pandangan Ilmu Tuhan (Qaliila).

Nafsun/Diri Manusia yang Se-Utuhnya yang terdiri dari JASMANI dan RUHANI. Kemudian yang dimaksud “Innan-nafsa Laamarotim bis-suui”, Dasarnya Nafsu ini adalah Batin/Dayanya dari Saripati Air-Api-Angin-Bumi yang menyatu menjadi JASMANI, apabila Daya Batin (Nafsu) dari saripati Air-Api-Angin-Bumi dapat dikendalikan oleh ruhNya yang dimaksud dalam tulisan di Atas, maka NAFSU yang tadinya suka memerintahkan keburukan menjadi terkendali dan dapat mengikuti Daya Kebaikan disebut dengan Nafsul-mutmainnah.


RUH MANUSIA BANYAK MEMPUNYAI NAMA DAN TINGKATAN :

- Kalau diri manusia masih merupakan satu titik, Roh Nabati namanya.
- Kalau ia segumpal darah, Roh Jamadi namanya.
- Kalau ia segumpal daging, Roh Wajdi namanya.
- Kalau ia bergerak, Roh Hayati namanya.
- Kalau ia dilahirkan, Roh Hayawani namanya.
- Kalau ia menyusu, Roh Nafsani namanya.
- Kalau ia berbicara, Roh Insani namanya.
- Kalau ia mempunyai akal, Roh Nurani namanya.
- Kalau ia sampai umur, Roh Ruhani namanya.
- Kalau ia setengah umur, Roh Rahmani namanya.
- Kalau ia berumur 40 tahun, Roh Jamali namanya.
- Kalau ia sudah tua, Roh Kulli namanya.
- Kalau ia mati (mengenal perkataan ma’nawi dari pada mati), Roh Ma’nawiah namanya.
- Kalau ia di dalam kubur, Roh Rabbani namanya.
- Kalau ia bangun dari kubur, Roh Illahiyah namanya.
- Mengenal salah satu dari itu, Roh Ruhul Arwah namanya.

Segala-galanya ini dengan perintah dari RUHUL QUTUB. Dan bernama ROH IDHAFI dan bernama ROH ‘ULWI dan bernama WUJUD IDHAFI dan WUJUD ‘AAMI.

Sakitu heula ti simkuring, etang-etang NGASAH Aji-Pangarti diri dina raraga “Silih-ASAH, Silih Asih, Silih Asuh”.

Jazakallohu Khairon Katsiro, pamugi ieu oge aya/janten manfaat khususna keur diri sim kuring, tabbayun kanggo nu ngaos. Aamiin