Diri terdiri tubuh, jiwa dan nyawa. Tubuh adalah barang baru saja. Jiwa/roh adalah barang lama jua. Nyawa adalah pengikat tubuh dan jiwa adalah unsur kehidupan (Maksudnya : bilamana unsur yang membangun hidup itu rusak maka jiwa tak bisa beroperasi lagi, artinya tubuh akan ditinggalkan jiwa). Berbicara tentang diri, ujung-ujungnya akan berbicara perjalanan jiwa yaitu Reinkarnasi.
Reikarnasi = migrasi jiwa = masuknya jiwa ke dalam tubuh = kelahiran kembali. Bagi yang tidak terbiasa dengan kata ini cobalah untuk berpikir jernih sejenak, dengan tidak merasa “alergi” dulu dengan kata reinkarnasi ini, hanya karena kata ini identik dengan golongan tertentu. Didalam Al-Qur’an sebenarnya banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang reinkarnasi. (maksudnya : Ayat-ayat reinkarnasi = ayat-ayat Mutasyabihat = ayat yang perlu dipahami maknanya dengan berpikir dan merenungkannya = yang tersirat).
Seperti : An Nahl ayat 70 : “Allah menciptakan kamu. Kemudian, Allah mewafatkan kamu (mengakhiri hidupmu di bumi ini), dan di antara kamu ada yang dikembalikan pada umur yang paling lemah, agar dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya. Sesunggunya Allah Maha Mengetahui dan Maha Kuasa”.
An Nahl ayat 77 : “Dan kepunyaan Allah-lah segala yang gaib di langit maupun di bumi. Dan, tidaklah perintah kebangkitan itu selain sekejap mata atau lebih cepat. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
An Nahl ayat 78 : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun. Dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan fuad agar kamu dapat bersyukur.”
Yasin ayat 68 : “Dan barangsiapa yang Kami panjangkan hidupnya niscaya Kami kembalikan pada kejadiannya. Apakah mereka itu tidak memikirkannya?”
Dan masih banyak lagi ayat lainnya..
Seandainya belum bisa juga menerima pemahaman ini, tentu bisa saja dimaklumi karena selama ini mungkin belum pernah diberikan pemahaman yang tepat tentang ayat-ayat diatas.Namun ketahuilah bahwa reinkarnasi bukanlah sesuatu hal yang aneh.,bukan juga suatu bentuk kepercayaan yang harus di yakini atau tidak diyakini, karena kita bukan berada di luar kepercayaan ini namun di dalamnya. Hal ini hanyalah Hukum Alam biasa yang sudah menjadi ketetapan dari Tuhan, dan kita adalah komponen yang berada didalam Hukum Alam ini. Bahwa, sama-sama telah kita ketahui yang namanya jiwa itu tidak mengenal mati, oleh karenanya jiwa ini akan mengalami reinkarnasi-reinkarnasi. Permasaalahannya adalah mau sampai kapan ber-reinkarnasi?
Bahwa, segala sesuatu akan berakhir itu pasti, Namun semuanya itu dikembalikan lagi kepada diri yang menjalaninya, mau sampai kapan berakhirnya? Bukanlah Allah yang menentukan kapan berakhirnya namun kitalah penentunya, bukanlah wayang tergantung dari dalangnya namun dalang akan mengikuti bagaimana peran yang dibawakan si wayang.
Dunia adalah sekolahnya kehidupan, ibarat bersekolah maka kita perlu meningkatkan kwalitas hidup agar bisa melanjutkan ke kelas berikutnya, kelas/derajat akan mengikuti kwalitas diri, jadi jelas disini bahwa penentunya adalah kita. Tuhan ibarat kepala sekolah yang mengeluarkan ijasahnya, namun nilai-nilai didalamnya adalah kita yang memberikan sendiri, ijasah inilah yang menentukan nasib ketika kita akan “mencari pekerjaan” pada kehidupan yang baru.
Hadist Nabi : “Dunia sekarang adalah ladang bagi kehidupan berikutnya, siapa yang menanam sekarang, ia pula yang menuainya nanti”
Al Mulk ayat 2 : “Dia yang menciptakan kematian dan kehidupan. Dengan cara itu Dia mendidik dan melatihmu, dan untuk memberikan nilai bagi siapa yang lebih baik amalannya. Dan, Dia itu Maha Perkasa dan Maha Melindungi” (Maksudnya : prosess mati-hidup-mati-hidup-mati-hidup, di dunia ini untuk melatih manusia, agar manusia mau meningkatkan kwalitas dirinya)
Jadi mau sampai kapan? semua tergantung “bagaimana” kita
Jadi mau sampai kapan? semua tergantung “bagaimana” kita
0 Komentar