“Jangan tanya apa agamaku. aku bukan yahudi, bukan zoroaster, bukan pula islam, karena aku tahu, begitu suatu nama kusebut, kau akan memberikan arti yang lain daripada makna yang hidup di hatiku, Persahabatan suci, menjadikanmu seorang dari mereka. Sekalipun engkau batu atau pualam, kau akan menjadi permata bila kau menjadi tingkat manusia perasa” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Dulu dia mengusirku, sebelum belas kasih pun urun ke hatinya dan memanggil. Cinta telah memandangku dengan ramah pula” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Cinta bagai perantara yang menaruh kasihan, datang memberi perlindungan pada kedua jiwa yang sesat ini” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Menangislah seperti kincir angin, rumput-rumput hijau mungkin memancar dari taman istana jiwamu. Jika engkau ingin menangis, kasihanilah orang yang bercucuran air mata, jika engkau mengharapkan kasih, perlihatkanlah kasihmu pada si lemah” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Ketika aku jatuh cinta, aku merasa malu terhadap semua. Itulah yang dapat aku katakan tentang cinta” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Dalam cinta segalanya berubah rupa. Orang Amerika berubah menjadi orang Turki” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Berbicara dalam bahasa yang sama adalah kekeluargaan dan persamaan bila kita bersama mereka bila kita percayai, kita seperti orang tawanan dalam rantai. Banyak orang India dan Turki berbiacra dalam bahasa yang sama, namun banyak pasangan orang Turki ternyata orang-orang asing. Bahasa yang sama-sama dipahami memang khusus, kebersamaan hati lebih baik dari pada kebersamaan bahasa” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)


“Sejak kudengar tentang dunia Cinta, kumanfaatkan hidupku, hatiku dan mataku di jalan ini. Aku pernah berpikir bahwa cinta dan yang dicintai itu berbeda. Kini aku mengerti bahwa keduanya sama” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Kami bersyukur atas cinta ini, ya Tuhan, cinta yang melaksanakan kemurahan tak terbatas. Terhadap kekurangan-kekurangan apapun dalam syukur kami yang mungkin membuat kami berdosa, cinta mencukupkan hingga pulih kembali” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Jika kita menggali lubang untuk menjerumuskan orang ke dalamnya, kita sendiri yang akan terjerumus ke dalamnya. Jangan menganyam sendiri kepompong ulat sutera dan jangan menggali lubang itu terlalu dalam. Janganlah mengira si lemah tak punya pelindung dan ucapkan kata-kata dari Quran, “kapankah pertolongan dari Allah akan datang” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Orang yang menghormati akan dihormati, orang yang membawa gula akan makan kue badam. Buat siapa perempuan yang baik-baik. Laki-laki baik-baik. Hormatilah temanmu atau lihat apa yang terjadi jika tidak kauhormati” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Barangsiapa melihat sesuatu pada sebab-sebab, maka dia akan menjadi pemuja bentuk. Namun orang yang mampu menatap pada “Sebab Pertama”, maka dia akan menemukan cahaya yang memancarkan makna” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Dunia manusia adalah batin yang memiliki kemegahan. Karena itu duhai sahabat, mungkinkah engkau menjadi bijak, sementara yang relatif terus saja kau jadikan pujaan?” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Jadilah kekasih bagi dirimu sendiri! Lampaui dua dunia. Dan tinggalah di kediaman sendiri! Pergi, jangan mabuk dengan anggur dan kecongkakan–kecongkakan itu! Lihatlah kilauan wajah itu dan sadarlah akan dirimu sendiri” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Perhatikanlah setiap binatang, dari serangga kecil sampai gajah, semua mereka keluarga Tuhan dan rezeki mereka tergantung kepada-Nya. Sungguh Tuhan Maha Pemberi rezeki! Semua kesedihan dalam hati kita lahir dari asap dan debu keberadaan kita dan segala nafsu yang sia-sia” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Orang yang bijaksana melihat ucapan bagaikan orang tua. Ia turun dari langkit, karena itu ia bukanlah sesuatu yang tak berharga. Ketika kau bicara dengan kata-kata kotor maka sekian banyak kata hanya bernilai satu. Namun bila kau bicara dengan baik maka satu kata akan memiliki nilai berlipat. Ucapan akan terkuak bagi engkau yang mampu membuka dinding pembatas (hijab). Sehingga kau tahu bahwa sesungguhnya ia adalah sifat – sifat Tuhan Yang Maha Pencipta”(syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Kembalilah kepada sejatimu, wahai hati! Karena jauh di dalam dirimu wahai hati, engkau akan menemukan jalan menuju Tuhan Yang Tercinta” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Mencintai perempuan dibuat menarik bagi laki-laki. Tuhan sudah mengaturnya, betapa mereka dapat menghindari apa yang sudah diatur oleh Tuhan? Karena Tuhan menciptakan perempuan supaya Adam mendapat kesenangan dengan dia. Bagaimana Adam dapat dipisahkan dari Hawa?” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Dunia hanyalah seperti cermin yang memantulkan kesempurnaan Cinta Tuhan. Wahai kawan! Mungkinkah ada sesuatu yang lebih besar dari keseluruhan?”(syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Perempuan adalah cahaya Tuhan, Dia bukan dicintai secara duniawi, dia berdaya kreatif, bukan hasil kreasi” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Cinta adalah lukisan orang yang getir menjadi manis, sebab dasar semua cinta adalah kebajikan moral” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Seperti Adam dan Hawa yang melahirkan sekian banyak jenis, Cinta lahir dalam sekian banyak bentuk. Lihat, dunia penuh dengan lukisan, namun ia tidak memiliki bentuk” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Tataplah wajah cinta supaya kau mampu meraih sifat kemanusiaan. Karena itu jangan hanya duduk menggigil. Sebab jika demikian,mereka kan membuatmu menggigil”

“Datang dengan tangan kosong ke rumah teman-teman, bagai pergi ke kilang tepung tanpa membawa gandum” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Kalau hati pulih menjadi sehat, dan bersihkan dari segala hawa nafsu, kemudian Tuhan Yang Maha Pengasih bersemayam di Singgasana. Di samping itu, Dia langsung membimbing hati, selama hati bersama Dia” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Pilihlah Cinta. Ya, Cinta! Tanpa manisnya Cinta, hidup ini adalah beban. Tentu engkau telah merasakannya”. (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Kecaman yang datang dari sahabat – sahabat dekat memang diperlukan sehingga, tanpa bantuan pemantul apapun, kau menjadi pengucur air dari laut. Ketahuilah bahwa pada mulanya kecaman adalah peniruan, tapi bila ia terus menerus terulang, akan langsung berubah menjadi wujud kebenaran. Supaya itu terwujud, janganlah berpisah dari kerang jika tetesan air hujan belum lagi menjadi mutiara”. (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Yang menjadi sasaran cinta bukanlah bentuk-apakah itu cinta untuk kepentingan dunia ini atau untuk akhirat”. (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Ada orang asing tergesa-gesa mencari tempat tinggal, seorang teman membawanya ke sebuah rumah rusak,, “Jika rumah ini beratap” katanya, “kau dapat tinggal di sebelah tempatku. Keluargamu juga akan kerasan di sini, jika di situ ada sebuah kamar lagi” .”Ya”, katanya, “enak sekali tinggal di sebelah teman-teman, tapi kawanku sayang, orang tak dapat tinggal di dalam ‘jika’. (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Iri hati membuat aku berkata,”Aku masih rendah untuk menghadapi si polan dan si polan, dan nasibnya yang baik menambah diriku yang serba kurang” Memang iri hati adalah suatu cacat, lebih dari apapun”. (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Jika hati tidak ada, bagaimana badan dapat bicara? Jika hati tidak mencari, bagaimana dapat mencari”. (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Tidak perlu membakar selimut baru hanya karena seekor kutu, juga aku tidak membuang muka dari kau hanya karena kesalahan yang tak berarti”. (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Siapapun yang melihat kesalahannya sendiri sebelum melihat kesalahan orang lain, mengapa mereka tidak mengoreksi diri sendiri? Manusia di dunia tidak melihat diri mereka sendiri dan yang demikian mereka akan saling menyalahkan”. (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Kemurahan hati datang dari mata -bukan dari tangan- dialah yang melihat benda-benda itu, hanya seorang yang melihat terpelihara”. (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Persis seperti hati yang menjadi bahagia di tempat yang hijau dengan tanaman yang sedang tumbuh, keakraban dan keramahan lahir bila jiwa kita jadi gembira”. (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Adakalanya lebih baik bersama dengan orang yang kurang terhormat daripada tinggal seorang diri. Kendati gagangnya sudah rusak, setidaknya ia masih melekat di pintu”. (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Dengan cinta, yang pahit menjadi manis, dengan cinta, tembaga menjadi emas, dengan cinta sampah menjadi jernih, dengan cinta yang mati menjadi hidup, dengan cinta yang raja menjadi budak. Dari ilmu cinta dapat tumbuh. Pernahkah kebodohan menempatkan rang di atas tahta begini?” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Sejauh yang dapat kaulakukan janganlah menjejakkan kaki pada perceraian. Allah berkata, “Dari segala yang dihalalkan, dan yang sangat Ku-benci adalah perceraian” (hadis Abu Dawud). (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Ya Allah, jadikanlah hati kami yang membatu ini seperti lilin, jadikanlah ratapan kami begitu sedap dan menjadi sasaran kasih-Mu”. (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)

“Jika dua orang sampai bersentuhan satu sama lain, tak dapat diragukan, mereka mempunyai persamaan. Bagaimana burung akan terbang kalau tidak dengan sempurna?” (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)


“Lewat jendela antara hati dengan hati pancaran sinar yang mencerminkan kebenaran dan kebohongan”. (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)


“Bila sakit karena cinta menambah keinginanmu, bunga-bunga mawar dan lili mengisi taman jiwamu”. (syair Maulana Jalaluddin Rumi - buku Matsnawi)


“Persaudaraan adalah seperti seonggok buah anggur, kalau kuperas akan menjadi satu sari buah. Yang mentah dan yang matang adanya berlawanan, tapi bila yang mentah juga menjadi amtang, menjadi sahabat yang baik”

“Kekasih adalah segalanya, pecinta hanya sebuah tabir. Kekasih hidup abadi, pecinta hanyalah benda mati. Jika cinta meninggalkan perlindungan yang kuat, pecinta akan ditinggalkan seperti burung yang tanpa sayap. Bagaimana aku akan terjaga dan sadar jika tak disertai cahaya Kekasih. Cinta menghendaki firman ini disampaikan. Jika kita menemukan cermi hati yang kusam karat ini tidak terhapus dari wajahnya”

“Penyakit pecinta tidak seperti yang lain, Cinta adalah Astrolab segala misteri Tuhan. Baik cinta dari langit atau dari bumi sama-sama menunjuk kepada Tuhan. (ket: astrolab adalah alat astronomi primitif)

“Jika hatimu menjadi kuburan rahasia, hasrat hatimu akan diperoleh lebih cepat. Nabi berkata, bahwa barang siapa dapat menjaga rahasia dalam lubuk hatinya dia akan segera mencapai hasrat yang ditujunya. Jika benih-benih ditanam di dalam tanah, segala rahasia batin akan menjadi taman yang subur”

“Cinta orang yang sudah mati tidak selamanya, sebab yang sudah mati tak akan kembali. Tapi cinta orang yang masih hidup lebih segar daripada kuncup yang baru bersemi, bai bagi mata batin atau mata lahir. Pilihlah cinta Yang Hidup Abadi yang tak akan pernah berakhir, yang memberikan kita anggur yang menambah kehidupan. Jangan berkata, “Kami punya jalan masuk kepada Raja itu” Berhubungan dengan dermawan tidaklah sulit”

“Jalan kehidupan rohani membuat badan remuk dan kemudian memulihkannya menjadi sehat. Dia menghancurkan harta berharga dab dengan harta itu dapat membangun lebih baik dari sebelumnya”

“Orang makin memperhatikan dunia materi, dia akan makin terlena terhadap dunia rohani. Apabila jiwa kita sudah terlena di depan Tuhan, yang lain, yang tak terlena mendekati pintu rahmat Ilahi”

“Dalam perjalanan itu tak ada lorong sempit yang lebih sulit dari ini, beruntunglah orang yang tak membawa kedengkian sebagai teman”

“Jika sepuluh lampu ada di satu tempat berbeda bentuk satu sama lain, namun kita tak dapat membedakan itu dari sinar yang mana bila memusatkan pada satu cahaya. Dalam dunia rohani tak ada perbedaan, tak ada pribadi-pribadi yang muncul. Yang terindah adalah keserasian Sahabat dengan sahabat-Nya. Berpeganglah kuat-kuat pada rohani. Tolonglah si keras kepala ini yang terpecah-belah sendiri, yang mungkin terdapat persatuan di bawahnya, seperti harta terpendam”

“Janganlah gunakan pedang kayu dalam perang. Pergilah, cari yang dari baja, kemudian majulah dengan gembira. Pedang hakikat adalah pelindung seorang wali Tuhan, saatmu bersama dia sungguh berguna seperti piala kehidupan itu sendiri. Semua orang arif berkata sama, orang yang mengenal Tuhan adalah rahmat Tuhan kepada hamba-hamba Nya”

“Tanamkanlah kecintaan para kekasih Tuhan dalam semangatmu, jangan serahkan hatimu kepada apa pun tapi cinta mereka yang berhati gembira. Janganlah mengunjungi tetangga yang berputus asa, harapan masih ada. Jangan pergi ke arah yang gelap, karena matahari masih ada”