• Alam Nasut : Alam kebendaan (materi), yang pertama-tama disadari seorang manusia. Dapat diraba dan dilihat langsung dengan panca indera atau dengan alat bantu.
  • Alam Jabarut : Alam yang diisi oleh jin, hantu, gendruwo, setan.  Orang-orang tertentu kadang-kadang mampu melihat alam ini untuk dirinya sendiri dan tidak untuk dipublikasikan kepada orang lain, apalagi untuk tujuan bisnis. Apabila hal ini diceritakan kepada orang lain maka tidak semua orang akan mempercayainya dan keadaan ini dapat menimbulkan kontroversi di masyarakat.
  • Alam Malakut : Alam yang diisi oleh malaikat dan pikiran baik. Tak mungkin dilihat oleh manusia, kecuali nabi.
  • Alam Lahut : Arsy, alam yang tak ada awal, tak ada akhir, tak terbatas dan tak berwujud. Kalau terpikir bentuknya oleh manusia, maka itu bukanlah yang dimaksud.


1. ALAM NASUT
Alam nasut ialah : Alam yang terlihat oleh mata ahir (Alam jasmani) yang isinya : Manusia, hewan asalnya dari unsur air, kejadiannya dari Nafsu Sawiah (bening), keluarnya dari mata,  wataknya bisa mlihat, Ilmunya tingkat syareat, akalnya hasab (mencari).
Dan orang yang ilmu pengetahuannya masih di Alam Nasut, biasanya orang tersebut,hatinya masih lalai atau masih tidur, ilmu pengtahuannya masih di dapat dari orang lain (orang awam) bukan bersumber dari dirinya sendiri, ibaratnya bak air, ada air kalau diisi saja tetapi kalu tidak diisi, ia akan kosong dan kering,dan orang tersebut mudah sekali dihasut, hidupnya hanya mengikuti umum saja tidak mempunyai pegangan sendiri.

2. ALAM JABARUT
Alam Jabarut ialah : Yaitu Alam yang tidak terlihat oleh mata lahir (Alam Rohani) isinya : Jin, Syetan, Merkayangan dan Bangsa Siluman, asalnya dari unsur api, kejadiannya dari Nafsu Amarah (panas), keluarnya dari telinga, wataknya bisa mendengar, ilmunya tingkat thorikot, akalnya a'to (yang melakukan)
Orang ilmu pengetahuannya sudah masuk Alam Jabarut, pada umumnya orang tersebut di katakan jadab, karena dia sudah melihat dua Alam (Alam nyata dan alam tidak nyata), sehingga kelakuannya orang tersebut itu agak aneh, tidak umum dengan orang ain. Dan biasanya orang tersebut hatinya hidup. Dia bisa melihat dan mendengar susuatu yang sifatnya ghoib walaopun masih tahapan (tipuan) artinya apa yang dia lihat atau di dengar tidak semua benar, kadang bisa menjatuhkan dan menyesatkan. Sehingga orang yang masuk Alam Jabarut harus hati-hati dan waspda, jangan sampai terpedaya, dan menjadi sibuk lupa dngan tujuan hidup, ia mempunyai ilmu pengetahuannya dari orang lain juga dari dirinya sendiri (petunjuk dari Allah)

3. ALAM MALAKUT
Alam malakut ialah Alam Qolbi (hati) isinya para malaikat, asalnya dari unsur angin, kejadiannya dari Nafsu Mutmainah (tenang), keluarnya dari hidung, wataknya bisa mencium, ilmunya tingkt hakekat, Akalnya Huda (menjedi wayang) artinya orang itu sudah betul-betul pasrah (tawakal) bagaimana yang mengatur saja, dan ia merasakan kehadiran Allah, dan orang yang ilmu pengetahuannya sudan mencapai Alam Malakut, maka ia akan bisa melihat suatu Alam yang mana makhluknya serba putih yang sedang berdiri, ruku, sujud,dan duduk. Dan orang yang mencapai tingkat ini hatinya di penuhi oleh Nur (Cahaya) sehingga di kehidupannya tenang dan tentram.

4. ALAM GHOIBI
Alam ghoibi ialah Alam Qolbin salim (hati yang selamet) isinya : Arwah-arwah para Nabi, para Sahabat, para Wali, dan orang-orang sholeh. Asalnya dari unsur bumi kejadiannya dari nafsu Luamah (lemas), keluarnya dari mulut, wataknya bisa berbicara, Ilmunya tingkat ma'rifat, akalnya falsafah (menjadi dalang) artinya orang tersebut mencapai pangkat Insan Kamil, manusia yang sempuna (sejati ing manusia) di hatinya hanya ada Allah.


Alam Jabarut, Alam Malakut dan Alam Mulk
Alam Jabarut, adalah alam yang “paling dekat” dengan aspek-aspek Ketuhanan, penghuni alam Jabarut adalah ‘sesuatu yang bukan Allah dalam aspek Ahadiyyah’, melainkan derivasi dari aspek Ahadiyyah yang tertinggi selain apa pun yang ada. Misal penghuni alam ini adalah Nafakh Ruh (Tiupan Ruh Allah) yang mampu menghidupkan jasad, Ruh Al-Quds.

Sedangkan, Alam Malakut adalah suatu alam yang tingkat kedekatan dengan aspek Allahnya lebih rendah dari Alam Jabarut, namun masih lebih tinggi dari Alam Mulk. Baik Alam Jabarut maupun Alam Malakut,  keduanya adalah realitas/wujud yang tidak dapat ditangkap oleh indera jasadiah kita. Indera jasad biasanya hanya bisa menangkap sesuatu yang terukur secara jasad, sedang Alam Jabarut dan Alam Malakut memiliki ukuran melampui ukuran jasad.

Misal penghuni Alam Malakut adalah malaikat, An-nafs (jiwa).

Nah, sekarang tentang Alam Mulk, adalah alam yang tingkat kedekatannya dengan aspek Allah adalah yang paling rendah. Dalam wujudnya terbagi menjadi 2, yang tertangkap oleh indera jasad dan yang gaib (dalam arti tidak tertangkap/terukur) bagi indera jasad. Jadi karena keterbatasan indera jasad kita, ada wujud yang sebetulnya bukan penghuni alam-alam yang lebih tinggi dari alam Mulk, tetapi juga tidak tertangkap kemampuan indera jasad.

Yang terukur oleh indera jasad contohnya tubuh/jasad manusia, jasad hewan, jasad tumbuhan. Penghuni alam Mulk yang tidak terukur oleh indera jasad contohnya adalah jin dengan segala kehidupannya. Jin dengan segala kehidupannya bisa dimengerti oleh indera-indera malakuti (indera-indera an-nafs/jiwa)

Guru kami selanjutnya menjelaskan bahwa manusia, adalah satu-satunya ciptaan Allah SWT yang memiliki potensi menyatukan ketiga penghuni tertinggi dari Alam Jabarut, Alam Malakut dan Alam Mulk dalam dirinya. Bahkan, untuk itu Allah menambahkan perangkat Qalb (hati), yang dapat melintas ke alam malakut sekaligus alam mulk. Jadi Qalb (hati), adalah bagian dari diri kita yang dapat kita gunakan dengan seizin Allah sebagai penciptanya, untuk memahami kejadian-kejadian alam malakut maupun menjembataninya dengan indera jasad kita.

Jadi kalau menurut beliau, ketiga penghuni alam tersebut dalam diri kita, Ruh/nafakh ruh, an-nafs/jiwa dan aspek jasad kita (plus qalb) hendaknya kita optimalkan sesuai hukum alamnya masing-masing, agar pengabdian/ubudiyyah kita kepa Allah Rabbul alamin bisa sesuai seperti yang Dia Kehendaki… Wallahu a’lam bi shawwab.


Alam Jabarut, Alam Malakut, dan Alam Mulk   
Alam Jabarut, adalah alam yang “paling dekat” dengan aspek-aspek Ketuhanan, penghuni alam Jabarut adalah ’sesuatu yang bukan Allah dalam aspek Ahadiyyah’, melainkan derivasi dari aspek Ahadiyyah yang tertinggi selain apa pun yang ada. Misal penghuni alam ini adalah Nafakh Ruh (Tiupan Ruh Allah) yang mampu manghidupkan jasad, Ruh Al-Quds.

Alam Malakut adalah suatu alam yang tingkat kedekatan dengan aspek Allahnya lebih rendah dari Alam Jabarut, namun masih lebih tinggi dari Alam Mulk. Baik Alam Jabarut maupun Alam Malakut, keduanya adalah realitas/wujud yang tidak dapat ditangkap oleh indera jasadiah kita. Indera jasad biasanya hanya bisa menangkap sesuatu yang terukur secara jasad, sedang Alam Jabarut dan Alam Malakut memiliki ukuran melampui ukuran jasad. Misal penghuni Alam Malakut adalah malaikat, An-nafs (jiwa).

Alam Mulk adalah alam yang tingkat kedekatannya dengan aspek Allah adalah yang paling rendah. Dalam wujudnya terbagi menjadi 2, yang tertangkap oleh indera jasad dan yang gaib (dalam arti tidak tertangkap/terukur) bagi indera jasad. Jadi karena keterbatasan indera jasad kita, ada wujud yang sebetulnya bukan penghuni alam-alam yang lebih tinggi dari alam Mulk, tetapi juga tidak tertangkap kemampuan indera jasad.

Yang terukur oleh indera jasad contohnya tubuh/jasad manusia, jasad hewan, jasad tumbuhan. Penghuni alam Mulk yang tidak terukur oleh indera jasad contohnya adalah jin dengan segala kehidupannya. Jin dengan segala kehidupannya bisa dimengerti oleh indera-indera malakuti (indera-indera an-nafs/jiwa)

Manusia adalah satu-satunya ciptaan Allah SWT yang memiliki potensi menyatukan ketiga penghuni tertinggi dari Alam Jabarut, Alam Malakut dan Alam Mulk dalam dirinya. Bahkan, untuk itu Allah menambahkan perangkat Qalb (hati), yang dapat melintas ke alam malakut sekaligus alam mulk. Jadi Qalb (hati), adalah bagian dari diri kita yang dapat kita gunakan dengan seizin Allah sebagai penciptanya, untuk memahami kejadian-kejadian alam malakut maupun menjembataninya dengan indera jasad kita.

Ketiga penghuni alam tersebut dalam diri kita, Ruh/nafakh ruh, an-nafs/jiwa dan aspek jasad kita (plus qalb) hendaknya kita optimalkan sesuai hukum alamnya masing-masing, agar pengabdian/ubudiyyah kita kepada Allah Rabbul alamin bisa sesuai seperti yang Dia

1. Roh jasadi yang berinteraksi dengan alam mulki
2. Roh rohani yang berinteraksi dengan alam malakut.
3. Roh sultoni yang berinteraksi dengan alam jabarut.
4. Roh al quds yang berinteraksi dengan alam lahut.

4 Lapisan Jiwa Mikro Yang Terhubung Dengan Alam Makro
1. Shodr : lapisan hati terluar : banyak berhubungan dengan syaitan dan nafsu dunia. Dekat dengan alam Mulk. Dalam bahasa Psikologi disebut Alam Pikiran Sadar. berawal dari JASAD
2. Qolbu : Lapisan hati yang lebih dalam : ibarat pintu/pembatas antara dia dan Allah : pembatas antara urusan dunia dan urusan akhirat. Sering disebut RAS (Retikular Aktivasi System) : sebuah kritikal area antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Dekat dengan istilah alam malakut. Pertemuan antara alam JASAD dan ALAM RUH.

3. Fuad : Lapisan hati yang paling dalam : Wilayah hati yang pertama kali mendapatkan cahaya via Ruh Ilahi : cahayanya bisa keluar menerangi jasad jika Qolbunya bersih : hati yang juga membentuk karakter dari luar : atas kebiasaan yang rutin : disebut juga sebagai alam pikiran bawah sadar. Dekat dengan istilah alam Jabarut. berawal dari Alam RUH.

4. Baitullah Jiwa. Bukan bagian dari manusia, tapi ada di dalam jiwa manusia. Berada pada wilayah hati paling dalam. Tempat bersemayamnya Ruh dari Allah. Pusat perputaran Thowaf Hati manusia. Tidak ditemukan istilah psikologi yang cukup pantas untuk alam ini. Dalam ilmu tasawuf mungkin cocok disebut sebagai alam Lahut.

Didalam mengkaji perjalanan pengembaraan diri, dari tidak sadar kepada kesadaran akan Allah SWT,..saya mendapat suatu gambaran perihal,..pen Tajali-an Maha Pencipta dari satu alam (tingkatan/Martabat ) ke alam (tingkatan/Martabat) lainnya melalui tahapan berikut :
1. Ahadah - Alam Lahut - Martabat Dzat
2. Wahdah - Alam Jabarut - Martabat Sifat
3. Wahdiah - Alam Wahdiah - Martabat Asma
4. Roh - Alam Malakut - Martabat Af’al
5. Misal - Alam Bapa
6. Ijsan - Alam Ibu
7. Insan - Alam Nyata/Syahadah.

Tahapan antara alam Naasut dan alam Malakut adalah Syariat.
Tahapan antara alam Malakut dan Jabarut adalah Tarekat.
Tahapan antara alam Jabarut dan alam Lahut adalah Hakekat.
(Maksudnya : Alam Naasut = Alam Manusia, Alam Malakut = Alam Roh, Alam Jabarut = Alam Gaib, Alam Lahut = Alam Gaibul Gaib).
Allah tidak pernah mewujudkan Diri-Nya dalam sesuatu apapun sebagaimana perwujudanNya dalam Diri Manusia.
“Akulah Pencipta tempat, dan Aku tidak memiliki tempat
. Aku Ciptakan Malaikat dari Cahaya Manusia, dan Aku Ciptakan Manusia dari cahayaKu. Aku Jadikan manusia sebagai kendaraanKu, dan Aku jadikan seluruh isi alam sebagai kendaraan bagi manusia” Betapa indahnya Aku sebagai Pencari! dan Betapa indahnya manusia sebagai yang dicari! Betapa indahnya manusia sebagai pengendara, dan betapa indahnya alam sebagai kendaraan baginya.
(Maksudnya : Allah swt, sebagai pencari sarana, memilih manusia(makhluk yang paling mulia) sebagai kendaraanNya. Betapa Agungnya Dia dan betapa terhormatnya manusia yang telah dipilihNya. Dan merupakan keagungan pula bagi Alam karena telah dijadikan oleh manusia sebagai kendaraan yang membawanya kepada tujuannya)

“Manusia adalah Rahasia-Ku dan Aku adalah Rahasianya”
(Maksudnya : Jika manusia menyadari kedudukannya di sisi-Ku, maka ia akan berucap pada setiap hembusan nafasnya, “Milik siapakah kekuasaan pada hari ini ?”)

(Maksudnya lagi : Jika manusia mengetahui secara hakiki betapa tinggi kedudukannya dan betapa dekat ia dengan Allah swt, maka ia akan merasa bahwa suatu saat nanti, Allah swt, akan memberikan kekuasaanNya kepadanya. Karena itulah ia akan senantiasa menanti, kapan saat penyerahan itu tiba, dengan kalimat : “Milik siapakah kekuasaan pada hari ini ?”)
Tidaklah manusia makan sesuatu, atau minum sesuatu, dan tidaklah ia berdiri atau duduk, berbicara atau diam, tidak pula ia melakukan suatu perbuatan, menuju sesuatu atau menjauhi sesuatu, kecuali Aku Ada di situ, Bersemayam dalam dirinya dan Menggerakkannya.

Tubuh manusia, Jiwanya, Hatinya, Ruhnya, Pendengarannya, Penglihatannya, Tangannya, Kakinya, dan Lidahnya, semua itu Aku Persembahkan kepadanya oleh Diri-Ku, untuk Diri-Ku. Dia tak lain adalah Aku, dan Aku Bukanlah selain dia.”

Laa Maujuda Illa Allah
Laa Maujuda Illallah (paling tidak artinya begini : Tidak ada yang wujud kecuali Allah)
Martabat Tujuh:
1. Ahadiyah
2. Wahdat
3. Wahidiyat
4. Alam Arwah
5. Alam Mitsal
6. Alam Ajsam
7. Alam Insan

Asal muasal kejadian segala sesuatu melewati ketujuh martabat di atas, asal kejadian tersebut juga melewati kandungan alam yang empat :
A. Lahut
B. Malakut
C. Jabarut
D. Nasut

Martabat dan alam yang dilewati adalah proses “TURUN” Bagaimana Proses “NAIK”?
Ibarat :
Seorang yang tidur, bagaimana awalnya tidur? darimana awalnya seorang tidur? tidur dimulai dari ujung kaki (hilang kesadaran di kaki)mengalir terus ke atas hingga sampailah ke kepala, jika sudah hilang kesadaran dikepala barulah dapat dikatakan SEMPURNA tidurnya.
Bagaimana seorang bagun dari tidurnya? darimana awal bangun tidur? mulai dari kepala mengalir (bangun) kesadaran hingga ke ujung kaki, (bila anda dalam hitungan detik ‘terbangun’ langsung berdiri, maka anda akan terjungkal, karena kaki anda masih tidur), jika sudah sampai di kaki, maka SEMPURNA lah anda dalam HIDUP dan berdoa’ “Segala puji bagi engkau Ya Allah, yang telah menghidupkan aku dari matiku”

La Maujuda Illa Allah
1. Merupakan hakekat Dzat mutlak yang kadim. Artinya; hakekat Dzat yang lebih dulu, yaitu Dzatullah, yang menjadi wahana alam Ahadiyat yang ada adalah pohon kehidupan yang berada dalam jagad yang sunyi senyap segalanya, dan belum ada sesuatu apapun.
2. hakekatnya cahaya, yang diakui sebagai tajalinya Dzat di dalam nukat gaib, sebagai sifatnya Atma, menyebabkan adanya alam Wahdat.
3. diakui sebagai rahsa Dzat, sebagai namaNya, menyebabkan adanya alam Wahadiyat
4. berasal dari nur muhammad, itulah hakekat Sukma yang diakui sebagai keadaan Dzat sebagai tabirnya Atma, menyebabkan adanya alam Arwah.
5. keadaan nur muhammad dan tempat berkumpulnya darah seluruhnya adalah hakekat angan-angan yang diakui sebagai bayangan Dzat, sebagai ikatannyaNya, menyebabkan adanya alam Mitsal.
6. hakekat Budi, diakui sebagai hiasannya Dzat, sebagai pintunya Atma, menyebabkan adanya alam Ajsam.
7. hakekat Jasad yang meliputi 5 warna yang bergerak , yang diakui sebagai Wahana Dzat, sebagai tempat Atma, menyebabkan adanya alam Insan Kamil.

Selanjutnya tentang Kenyataan dalam alam Hukmi ;
1. Alam Ruhiyah - alam nyawa
2. Alam Sirriyah - alam perwujudan budi (jasad) dan disinilah adanya 4 nafsu inti:
- Lawwamah cahayanya hitam disebut alam Nasut.
- Amarah cahayanya merah disebut alam Jabarut (antara lain khodam ada disini)
- Sufiah cahayanya kuning disebut alam Lahut.
- Muthmainah cahayanya putih disebut alam Malakut.
3. Alam Nurriyah - alam Cahaya.
4. Alam Uluhiyah - alam Ke-Tuhanan.

Kehilangan adalah merupakan Kesedihan
Beruntunglah bila kita tidak punya apa-apa, karena kita tidak pernah Kehilangan apapun
1. Ahadiyah karena Allah sendirian, tiada awal, maka tiada dapat dihitung berapa lama Kesendirian-Nya itu, dan tiada kata pula pertanyaan ‘berapa lama?” (karena ‘lama’ adalah di dalam waktu, karena ‘Kesendirian Allah di atas waktu atau tiada berwaktu, jika berwaktu maka ada start ber-awal dan ber-akhir, mustahil bagi Allah mempunyai awal dan akhir)
2. Wahdat adalah Allah mencipta cukup mengatakan KUN, maka Kun yang pertama adalah CAHAYA yaitu NUR maka dikenal dengan NUR MUHAMMAD adalah “Muhammad fil Awwalin”.

Dari No.1 ke No.2, ‘tidak di dalam waktu’ karena jika di dalam waktu berarti Allah terkemudian berencana mencipta, datang suatu niat yang baru dari Allah untuk mencipta, mustahil bagi Allah berubah2 dari tiada niat menjadi ada niat mencipta.

Dari No.1 ke No.2, adalah hanya dalam ILMU, artinya hanya ‘klasifikasi dalam otak’ bukan ‘dalam kenyataan’ karena tidak ada jeda waktu, sebagai ilustrasi: bahwa terciptanya angka 1 sampai dengan angka 9 itu tiada jeda waktu, tidak lah angka 1 tercipta kemudian angka 2 tercipta semenit kemudian dst. Ada secara bersamaan tapi berpisah dan berbeda

La Maujuda Illa Allah


Taraqi (Mendaki)
1 Semua orang mengandalkan kemampuannya sendiri-sendiri baik mulai dari mengandalkan muka, suara, ilmu pengetahuan atau fisiknya untuk mendapatkan uang atau materi, jelas sudah bahwa kita selama ini disibukkan dengan urusan-urusan fisik sehingga makin tebal saja untuk dapat melihat Tuhan, maka dapat dikatakan kebanyakan manusia terhijab pandangannya untuk melihat Tuhan oleh dinding yang paling Luar atau alam Ajsam ini.
2. Manusia adalah makhluk yang berjiwa dan diberikan akal dan hatinya sehingga lebih maju daripada manusia yang sekedar mengandalkan fisik saja, namun Tuhan memberikan akal dan hati inipun rupanya bertingkat2. Kerja akal yang paling bawah adalah ‘aql atau akal dalam al qur’an afalaa ta’qiluun. Kerja akal adalah memikirkan sesuatu yang bersifat kealaman, dan dgn akal ini akan ditemukan kebenaran dan kesalahan serta kebaikan dan keburukan dalam perspektif duniawi. Demikan juga kerja hati, ia memiliki beberapa tingkatan , yg terendah adalah qalb atau hati yang selalu berbolak-balik, kadang baik kadang buruk…dan orang yang biasa menggunakan ‘aql dan qalb ini cenderung akan serakah pada dunia. Inilah hijab yang lebih tipis dibanding dengan fisik. Lebih tinggi lagi bila manusia bisa mengaktifkan akal kedua yaitu fikr (Ta’ala afalaa tatafakkaruun) yang akhirnya dapat menjangkau hal-hal yang tak tampak di dunia ini. 
Islam diturunkan dengan membawa kabar gembira juga membawa peringatan kepada manusia tentang adanya siksa yang pedih di akhirat kelak. Kebanyakan manusia sulit untuk dapat mengenalTuhan secara sempurna, maka Rasulullaah Muhammad SAW Al Mustafa diutus memberikan jalan tengah agar mereka menyembah Tuhan sesuai kemampuannya, adanya sorga neraka adalah merupakan motivasi agar mereka menyembah Tuhan. Sayyidina Ali menyebut manusia seperti itu sebagai pedagang yaitu hanya menyembah Tuhan jika diancam dgn neraka dan dijanjikan sorga sebagai hadiah, dan dgn fikr-nya yang sudah terbuka lebih baik dari pada mereka yang masih terkungkung nafsu dan sudah memasuki pengenalan alam Mitsal.
3. Selanjutnya manusia diharapkan mengenal rohnya (nyawa), inilah nyawa yg membuat jasmani dan jiwa menjadi hidup, jasmani tidak akan dapat bergerak bila tida dapat perintah dari jiwa, dan jiwa tidak dapat memberi perintah pada gerakan jasmani jika tidak terdapat roh di dalamnya. Ketika sedag tidur, manusia tidak bergerak dan tidak merasakan sesuatu karena jiwanya keluar dari jasad, namun ia tetap dikatakan hidup karena rohnya masih ada dalam jasad. Dalam al Qur’an, Tuhan meniupkan roh manusia ini yang berasal dari roh-Nya. Roh berasal dari Tuhan secara langsung adapun jasmani hanyalah gambaran maya saja dan bisa enjadi penghalang bagi manusia yang tidak mampu menangkap rahasia diciptakannya jasmani tersebut. Mengenal Tuhanpun dapat dilakukan melalui jasmani dengan menganggapnya sebagai gambaran dari Wajah Tuhan, adapun Dzat sesungguhnya adalah dalam Rahsa, sedangkan jiwa adalah gambaran dari perbuatan, nama dan sifat Tuhan, sama seperti alam semesta ini juga sebagai tajaliNya.
4. Roh manusia satu dan roh manusia lainnya juga satu, karena dari sumber yang satu yang bersumber dari Nur Muhammad dalam alam Wahidiyat dan roh manusia ini hanyalah titipan kecil dari Roh Agung kepada roh kecil di dunia.
5. Roh Agung pada Martabat Wahdah ini bukan lagi sebagai makhluk, namun lebh dekat dengan sifat keTuhanan, Dia adalah satu namun bukan Tuhan namun bukan lagi makhluk dan tidak berkaitan dengan mahkluk.
6. Bila kita dapat menggulung semuanya menjadi satu termasuk sifat Hayyun atau Maha hidup dalam Martabat Wahdah maka akan timbul Dzatullah.
7. Tiada bernama, berawal-berakhir, tiada bertepi dan keberadaanNya tak dapat dijangkau dengan nama

Tanazul (Menurun)
1. Dzat Tuhan yang tidak bernama, karena tidak satupun yang mampu mewakili KeberadaanNya, tiada berawal dan berakhir serta Maha Esa, tidak ada yang dapat mengenalNya karena tidak ada yang lain selain diriNya, Dia berkeinginan menciptakan makhluk agar makhluk itu mengenalNya. Penampakan Tuhan ini berjalan menurun, dan penurunan petama yang Dia lakukan adalah sebagai Nur Muhammad atau sering disebut Allah dan ini hanya sebuah nama untuk menyebut diri Tuhan, padahal sejatinya Dia tak dapat dijangkau dengan nama.
2. Penurunan ini bukan berarti bahwa Tuhan ada 2, Dia hanya menampakkan Diri dalam kualitas menurun agar lebih mudah di kenal karena Dzat Tuhan terlalu suci untuk dikenal, jadi nama adalah jembatan agar Dia mudah untuk dikenal inilah Martabat Wahdah.
3. Tetap dengan penurunan Diri dengan nama Allah ini pun masih sulit dikenal secara mudah, maka Tuhan menurunkan Diri lagi menjadi bersifat kemakhlukan, yakni Nur Muhammad yang tidak lagi bernama Allah dan dalam tahap ini bersifat mendua atau berpasang-pasangan sebagai cikal bakal penciptaan alam semesta dan tahapan ini biasa disebut dengan Martabat Wahidiyat.
4. Dari Nur Muhammad yang bersifat kemakhlukan ini terurai menjadi bagian-bagian halus yang belum tampak. Itulah roh-roh atau alam arwah, roh merupakan sumber kehidupan bagi tiap-tiap benda. Kehidupan merupakan syarat mutlak bagi makhluk untuk dapat mengenal Tuhan.
5. Sumber kehidupan berupa roh tersebut tidak akan mampu mewakili keinginan Tuhan jika tidak disertai sarana atau wadah. Dalam alam Mitsal ini manusia sudah ada namun masih berbentuk jiwa. Ia belum memiliki raga, selanjutnya Tuhan menampakkan DzatNya sebagai wadah perbuatan, nama dan sifatNya, sehingga muncullah alam Ajsam.
6. Tuhan menampakkan diri secara menyeluruh, Raga adalah perwujudan Rupa DiriNya, perbuatan nama dan sifat alam semesta adalah WajahNya, semuanya terbungkus sifat kemakhlukan yang serba mendua.
7. Setelah mengetahui hakikat diri secara menurun, maka tahulah bahwa alam semesta hakikatNya adalah manifestasi Tuhan

Kehilangan adalah merupakan Kesedihan, beruntunglah bila kita tidak punya apa-apa, karena kita tidak pernah Kehilangan apapun.