Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu dan Dia adalah Al Alim yang memiliki semua ilmu. Allah sendiri yang membimbing dan memberikan pelajaran kepada umat manusia sejak pertama kali Adam di ciptakan, sehingga pengetahuan malaikatpun kalah oleh Adam, karena Bani Adam dimuliakan Allah, dijadikan khalifah dan juga sebagai Wali Allah di muka bumi.  Allah adalah Guru Sejati.

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri rizki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah diciptakan ~ (AL ISRA 17 : 70).

Allah mengajarkan kepada Adam semua nama …~ (AL BAQARAH 2 : 31)

Mereka menjawab : Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana ~ (AL BAQARAH 2 : 32)

Bertakwalah kalian kepada Allah dan Allah akan mengajari kalian ~ (AL BAQARAH 2 : 282)

Dan kami turunkan kepadamu Al Kitab untuk menjelaskan segala sesuatu, petunjuk dan rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri ~ (AN NAHL 16 : 89).

Cahaya di atas cahaya, Allah akan membimbing dengan Cahayanya kepada Cahayanya bagi siapa yang dikehendakinya ~ (AN NUUR 24 : 35)

Sesungguhnya di dalam (Al Qur’an) itu terdapat Rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman ~ (AL ANKABUT 29 : 51)

Maka bertanyalah kepada orang-orang yang berpengetahuan jika kamu tidak mengetahui ~ (AN NAHL 16 : 43)

Sekarang abad IPTEK. bertanyalah kepada mbah GOOGLE. Untuk menambah wawasan keilmuan pelajaran tasawuf para sufi, kita harus sering ziarah internet, bukan ziarah kubur,  sebagai bahan untuk bertanya kepada ahlinya.

Islam itu dinamis. Banyak Firman-Firman Allah di dalam Al Quran yang memerintahkan manusia untuk wajib belajar dari apa yang dilihatnya di alam semesta ini dan dari apa yang ada di dalam dirinya.  Diawali dengan perintah Allah untuk membaca dan mengajarkan manusia melalui kalam-NYA , kemudian manusia diperintahkan untuk berfikir, bertafakur, bertazakur (berzikir), dan mempergunakan otaknya. Adapun tujuan perintah belajar dari Allah itu sesungguhnya agar manusia mengenal Allah, agar manusia menyadari siapa Penciptanya. Alangkah dungunya manusia yang berguru kepada jin, syaitan, iblis dan lain-lain. Mereka yang berguru kepada jin, syaitan dan iblis, tidak sadar bahwa manusia tingkatannya lebih mulia dan memiliki kelebihan yang sempurna dari pada jin, syaitan dan iblis.

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.  Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajarkan manusia melalui kalam. Dia mengajarkan manusia apa-apa yang tidak diketahuinya ~ (AL ALLAQ 96 : 1-5)

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal ~ (ALI IMRAN 3 : 190)

Sesungguhnya pada langit dan bumi terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.  Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang melata yang bertebaraan (di muka bumi) terdapat tanda-tanda untuk kaum yang meyakini.  Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda bagi kaum yang berakal.  Itulah ayat-ayat Allah yang kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya, maka dengan perkataan mana lagikah mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan keterangan-keterangannya ~ (AL JAATSIYAH 45 : 3-6)

Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya ~ (YUNUS 10 : 100)

Dan Kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadikan pelajaran dan peringatan bagi hamba-hamba yang kembali mengingat Allah ~ (QAAF 50 : 7-8)

Tanda-tanda Kami di segenap ufuk dan di dalam diri mereka ~ (FUSSILAT 41 : 53)

Dan di dalam dirimu apakah engkau tidak memperhatikan ~ (ADZ-DZARIYAT 51 : 21)

Ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi mereka yang takwa ~ (ALI IMRAN 3 : 138)

Al Quran diturunkan tidak hanya untuk bangsa Arab saja, tapi untuk semua umat di dunia baik bagi yang  muslim maupun bagi umat yang non muslim. Siapapun yang mempelajari ayat-ayat Allah baik yang tertulis di dalam Al Quran maupun yang terhampar di alam semesta maka Allah akan memberikan rahmat kepadanya.  Misalnya : Emoto yang meneliti kristal air, Murakami ahli genetika,  kemudian orang Thailan non muslim yang mempelajari ilmu dasar rekayasa genetika beberapa jenis tanaman hias yang indah-indah, tumbuh-tumbuhan dan perikanan maka hasilnya adalah yang kita kenal sebagai jambu bangkok, pepaya bangkok, duren bangkok dan ikan nila bangkok.  Kita yang mengaku muslim sangat jauh tertinggal, karena kita tidak mau mempelajari ayat-ayat Allah. 

Keutamaan menuntut ilmu bagi setiap umat Islam hukumnya adalah wajib.  Tuntutlah ilmu sejak dalam buaian ibu sampai akhir hayat, sampai ke negeri Cina sekalipun.  Demikian menurut beberapa Hadist Rosulullah.  Jangan menutup diri.

Kenapa harus belajar ke negeri Cina, bukan ke Amerika? Apakah karena di Cina ada tata cara meditasi dan ada dongeng Sun Go Kong, dewa kera yang melawat ke barat mencari sebuah kitab suci? Apakah para ahli kitab di Cina telah mendapat petunjuk Allah bahwa di barat akan diturunkan kitab suci melalui seorang Rosul?  Sebagaimana Nabi Isa berkata :


aku adalah utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab sebelumku yaitu Taurat dan memberi kabar gembira, akan datang seorang Rosul setelahku yang bernama Ahmad ~ (AS-SAFF 61 : 6 ).

Apakah semua ini hanya faktor kebetulan ataukah rencana Allah? Apakah kita tidak berpikir bahwa Nabi Isa, Cina dan Nabi Muhammad saling berkaitan?  Di mata Tuhan planet bumi ini kecil, hanya sebesar debu, Arab dan Cina nempel.

Di abad internet ini, apa yang terjadi di Arab, bisa dilacak dari Cina.

Ilmu merupakan landasan untuk beribadah kepada Allah. Tanpa ilmu pengetahuan tak mungkin kita bisa beribadah dengan benar dan selamat.   Demikian juga  sebaliknya :  Bila ilmu pengetahuan tanpa disertai ibadah kepada Allah akan menyebabkan kehancuran. Antara ilmu pengetahuan dan ibadah kedua-duanya harus berjalan seimbang.  


Kita harus memiliki ilmu, iman dan ahlak sebagai bekal kehidupan.  Tuhan telah memberikan akal dan kebijaksanaan kepada manusia.  

Ilmu merupakan proses akal yang berhubungan dengan organ otak, sedangkan kebijaksanaan berkaitan dengan masalah hati dan perasaan atau qolbu.  Itulah bedanya manusia dengan binatang. 

Tuhan telah menjadikan manusia sebagai makhluk ciptaan Nya yang paling sempurna, diberi mata, telinga, hati dan ruh. Tuhan juga bisa menjatuhkan martabat manusia menjadi makhluk yang hina, lebih hina dari hewan.  Sehina-hinanya hewan tidak akan masuk neraka seperti manusia.

Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia dengan cara yang sempurna, kemudian kami jerumuskan dia ketempat yang serendah-rendahnya, kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan, mereka akan mendapat pahala yang tiada habis-habisnya ( AT-TIN 95 : 4-5-6 ).

Oleh karena itu agar bisa mencapai kesempurnaan sebagai insan kamil yang mendapat kebahagiaan dan kemuliaan disisi Allah hendaknya kita menggali dan mempelajari ilmu mengenal Allah, melalui tanda-tanda atau ayat-ayat-NYA baik yang tertulis di dalam Al Quran maupun ayat-ayat yang terhampar di alam semesta ciptaan-Nya serta yang ada di dalam diri setiap manusia dan atomnya.

Semulia-mulianya ilmu adalah ilmu mengenal Allah. Demikian menurut Al Ghazali. Seluruh ilmu pengetahuan pada akhirnya akan bermuara pada ma’rifatullah ( mengenal Allah ), bukan sebaliknya.  Metode pencapaiannya adalah dengan cara sunguh-sungguh menghayati Af ‘al Nya untuk menuju kepada sifat-sifat Nya, kemudian dari sifat-sifat Nya menuju kepada Dzat Nya.  Semua Firman-firman Allah yang berkaitan dengan perintah belajar, berpikir dan berpikir, pakai nalar, itu semua pada akhirnya adalah agar kita sadar dan kembali kepada-NYA.

Ilmu tentang Dzat sangat sulit untuk dipahami. Oleh karena ingin mengenal Allah maka para sufi, termasuk Al Ghazali lebih mengutamakan ilmu ilhamiah atau ilmu laduni dari pada ilmu akal. Karena hakikat Dzat adalah transenden, tak bisa terjangkau oleh akal pikiran dan panca indera. Menurut Simuh ilmu ilhamiah atau ilmu ghoib ini merupakan anak kandung dari ilmu tasawuf.  Para sufi menilai bahwa ilmu laduni ini satu tingkat di bawah wahyu.  Berfikirlah kalian tentang apa yang diciptakan Allah, jangan kalian berfikir tentang Dzat Allah (hadist).