Mari kita sedikit mengaji dan mengkaji :

وَالْعَصْرِ 

WAL ASHRI

”Demi yang lembut”

Allah BERSUMPAH dengan AL-ASHR, pada awal surat pendek ini..
- bersumpah dengan zaman/masa,
- bersumpah dengan umur
- bersumpah dengan waktu.

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ

“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian”

Ayat ini memiliki 2 TAU’KID (PENGUAT) yaitu : INNA (yang artinya sesungguhnya) dan LA Taukid (dalam la-fi yang artinya benar-benar atau sungguh-sungguh).

AL-INSANA artinya manusia (itu)

di sini ada al ma’rifah (AL) yang memiliki fungsi sebagai al lijinsi (menyeluruhkan, mengglobalkan).

Jadi AL-INSANA artinya: semua/ seluruh manusia.

Maka terjemahan yang lebih sempurna yaitu:

Sesungguhnya seluruh manusia (tanpa terkecuali) itu benar-benar dalam kerugian.

Jika kita sambungkan dengan ayat 1 maka kita akan mendapatkan 3 TAUKID (PENGUAT), yaitu:

1.Taukid pertama adalah harfu qassam (wa/wawu), sumpah.

2.Taukid kedua adalah harfu inna, sesungguhnya.

3.Taukid ketiga adalah harfu la taukid, benar-benar/sungguh.

Dalam kalimat yang sangat pendek tsb Allah mengumpulkan 3 TAUKID, tentuu.. pasti ada sesuatu yang BESAR dibalik semua ini..

Sesungguh-nya manusia sudah pasti rugi, sejak lahir manusia sudah rugi, tapi hampir semua manusia, mereka tidak mengetahui apa yang membuat mereka rugi, kecuali orang-orang yang ber-jalan dalam ilmu Hakekat dan Makrifatullah, baru bisa memahami kerugian tsb.

Sesungguhnya manusia-manusia dalam ke-rugi-an tsb, dia harus mencari jalan sehingga dia mendapat kemulian dari Allah S.W.T.

Jalan KEMULIAN dari Allah itu adalah dia menjaga Allah dengan kalimat

“ ILLALLAZINA AAMANU ”

artinya : Kecuali orang-orang yang mau mengaman-kan Allah S.W.T.

orang-orang tersebut yang disebut orang Mukmin dan Mukminat.

Sesungguhnya manusia-manusia yang telah merugi itu, jika diper-tahan-kan dalam kehidupan di dunia ini, maka mereka akan meng-hancur-kan dunia ini dengan pemahaman mereka..

Mereka menyangka mereka sudah benar, tapi sesungguhnya mereka telah membawa manusia ke-dalam ke-sesat-an yang nyata.

Sesungguhnya Allah S.W.T. telah menyatakan dalam hadits Qudsi-NYA :

“Man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu”

Artinya : Barang siapa mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhan-nya

Hadits panjangnya mengatakan :

“Man arafa nafsahu fakad arafa sholatahu”

Artinya : Barang siapa mengenal dirinya maka dia akan mengenal sholat-nya.

Mengenal diri adalah mengenal SHOLAT

Karena SHOLAT terhubung dengan diri begitu ketat, begitu rapat sekali, sehingga dibutuhkan pengenalan dengan diri terlebih dahulu secara NYATA dan PASTI baru kita kenal rahasia SHOLAT kita .

Rahasia SHOLAT kita itu duduk-nya pada TAKBIRATUL IKHRAM

setelah mengenal SHOLAT dengan benar, Allah bersabda lagi :

“Man arafa sholatahu fakad arafa Muhammadu”

Artinya : *Barang siapa telah mengenal SHOLATnya dengan BAIK dan TEPAT maka dia akan mengenal MUHAMMAD-nya* .

MUHAMMAD itu ada dalam dirinya .

dalam Al-Quran surah Al-Hujurat ayat 7 Allah berfirman :

“Wa’lamu anna fikum Rasullullah”

Artinya : *Ketahui-lah sesungguhnya RASUL itu ada dalam diri kamu* .

Tetapi kebanyakan manusia tidak memahami dimana duduk RASUL-nya dalam diri mereka itu, kecuali hanya orang-orang yang memahami Ilmu Hakekat dan Makrifatullah sajalah yang memahami kedudukan RASUL-nya dalam dirinya.

Sesungguhnya RASUL dalam dirinya itu dapat-lah di-minta-kan pertolongan untuk memberikan jalan keluar atas segala permasaalahan yang ada di muka bumi ini.

Allah berfirman :

“Laqad jaa`akum min rasulum min anfusikum”

Artinya : *Sesungguhnya RASUL telah datang pada diri kamu* .

di ayat yang lain Allah berfirman :

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Wama arsalnaka illa kaffatan linnasi basiiran wanajiiran”

Artinya : Sesungguhnya RASUL itu di-utus untuk semua manusia

KAFFATAN LINNASI = untuk semua manusia.

Untuk apa?

Untuk memberi kabar Gembira dan kabar takut pada manusia itu.

Allah berfirman, : “walakinna akharaannasi la ya’lamuuna”

Artinya : Tapi kebanyakan manusia tidak mengenal MUHAMMAD-nya.

Jika manusia tidak mengenal RASUL-nya, maka dia akan menjadi orang-orang yang celaka di dunia dan akhirat kelak.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala perbuatan manusia.

Allah berfirman : “Jika kami mengetahui di-hati mereka ada kebaikan maka akan kami masukkan kebaikan dalam hati mereka itu”

Kebaikan itu adalah SIRULLAH, kebaikan itu adalah Rahasia dari Hakekat dan Makrifatullah, tapi jika Allah tidak menemukan kebaikan dalam diri mereka itu, maka Allah akan biarkan mereka dan mereka akan menjadi orang-orang yang sesat dan tidak mendapat petunjuk.

Sesungguhnya Hakekat dan Makrifatullah sangat penting dalam kehidupan seorang diri manusia, tapi kebanyakan manusia menyangka tanpa Ilmu Hakekat dan Makrifatullah mereka bisa mencapai kemuliaan dan mencapai jalan keselamatan.

Rasullullah SAW telah mengatakan :

–  Syareat itu perkataan-ku = Asyareatu aquali

–  Tarekat adalah perbuatan-ku = Wal tarekatu af-ali

–  Hakekat adalah keadaan-ku = Wal hakekatu ahwali

–  Makrifat adalah modal-ku = Walmakrifatu rassamali.

Jadi,...

Syareat adalah perkataan Muhammad,

Tarekat adalah perbuatan Muhammad,

Hakekakat adalah keadaan Muhammad

Makrifat adalah modal-nya Muhammad,

Ke-4 perkara ini disebut SYAREAT NABI MUHAMMAD SAW.

Jangan sampai kita baru menguasai Fiqih saja lalu kita mengklaim bahwa kita telah menguasai Syareat Muhammad SAW.

Syareat Muhammad S.A.W. mencakup 4 permasalahan yaitu :

Awal, Akhir, Zahir dan Batin atau Syareat, Tarekat, Hakekat dan Makrifat

itulah kaidah orang-orang mukmin, para wali-wali Allah, orang-orang yang taat dalam jalan kebenaran, mereka mengkaji permasalahan ini dengan hati yang sangat rendah

tapi kebanyakan orang-orang yang hatinya sangat tinggi dan sombong di muka bumi ini mereka telah menyalahkan dan mengatakan Guru-Guru yang Mursyid sebagai orang-orang yang sesat, hal ini perlu di-pahami dengan baik, ditarik kembali pemahaman mereka sehingga mereka dapat memahami kebenaran dari ilmu yang di bawa oleh Rasullullah S.A.W., sampai kepada Sahabat-sahabat, kemudian sampai kepada Tabi-tabi’in dan sampai-lah kepada Guru-Guru pada hari ini.

Maka sesungguhnya kita harus berjalan dimuka bumi ini sambil mencari seorang Guru.

Guru yang kita cari jangan sembarangan Guru, tapi Guru yang berpangkat Mursyid, karena hanya Guru Mursyidlah yang bisa membawa KEBENARAN pada seseorang.

–  Guru Syareat disebut Ustadz, Mudaris atau Murabbi

–  Guru Tarekat disebut Syekh

–  Guru Hakekat disebut Mursyid

–  Guru Makrifat disebut Wali


Kenapa Guru Makrifat disebut WALI?

Karena dia telah memper-temu-kan manusia dengan Allah SWT, dia menjadi punggung terbesar, dia menjadi wasilah terbesar, itulah wasilah terbesar yang telah diambil oleh Muhammad SAW, sehingga kita semua wajib ber-SHOLAWAT kepadanya.

Kebanyakan orang-orang mengatakan sholawat itu adalah :

“Innallaha wamalaa ikatahu yusalluuna alannabi”

“SHOLU ALANNABI” itu dianggap sebagai ucapan sholawat, padahal ayat tersebut adalah operasional yaitu perintah untuk melakukan, bukan untuk membaca-nya saja.

Mudah-mudahan dengan penyampaian seperti ini, kita dapat menarik kesimpulan awal :

- Sekarang kita sudah pelajari berapa ilmu,

- Sekarang kita sudah menemukan berapa Guru,

- Guru siapa yang kita ketemukan, apakah Guru Umum, Guru Silat, atau Guru Mursyid?

Kalau belum menemukan Guru Mursyid maka berjalan-lah terus, berjalan terus, Inshaa Allah kita akan menemukan Guru Mursyid.

Karena kalau kita berjalan menuju Mursyid, maka Mursyid akan berjalan lebih cepat menghampiri kita, janganlah sekali-kali seorang murid menyangka bahwa dia menemukan Mursyid karena kemampuan dia, tetapi harus menyangka kemampuan Mursyid ada dalam kemampuan Allah SWT.

Mudah-mudahan artikel ini mempunyai nilai yang ber-arti bagi para pembaca sekalian didalam memahami ilmu Hakekat dan Makrifatullah.

Karena jika kita memahami Hakekat dan Makrifatullah dengan benar maka, kematian akan menjadi mudah bagi kita.

Kematian tidak menakutkan lagi, liang kubur tidah menjadi perih, karena selama ini orang takut pada liang kubur, padahal seorang mukmin dia harus dapat menanggapi hal ini dengan baik, menanggapi panggilan Allah SWT dengan baik, dan pada saat dia mengalami kematian, dia mati dalam keadaan yang HUSNUL KHATIMAH

HUSNUL KHATIMAH itu artinya dia mengetahui ilmu tentang kematian atau ilmu Sakratul Maut..

Carilah ilmu sampai engkau taklukan maut, karena kalau engkau tidak taklukan maut, maka maut akan taklukan engkau.