NABI adalah kata lain dari Guru, atau pengajar, atau yang mengajarkan.
Artinya, anda pasti pernah punya Guru dan anda pernah juga jadi murid untuk Belajar.
Setiap MANUSIA adalah GURU sekaligus MURID, atau dengan kata lain manusia adalah GURU yang sampai kapanpun selalu akan BELAJAR, sampai AJAL menjemputnya nanti.
Lalu SAW itu apa?
SAW artinya Shalawat dan salam, adalah simbol seruan, ajakan dan kesadaran pribadi untuk saling mendo'a kan, saling hormat menghormati, saling menghargai, saling memuliakan, dan saling berdamai berdamai dengan seluruh umat manusia tanpa membedakan golongan, ras, ideologi, suku, dan keyakinan manapun. Termasuk juga di dalamnya berdamai dengan DIRI sendiri. Hee..hee..hee.. Barakallah fiek.
Artinya, anda pasti pernah punya Guru dan anda pernah juga jadi murid untuk Belajar.
Setiap MANUSIA adalah GURU sekaligus MURID, atau dengan kata lain manusia adalah GURU yang sampai kapanpun selalu akan BELAJAR, sampai AJAL menjemputnya nanti.
Lalu SAW itu apa?
SAW artinya Shalawat dan salam, adalah simbol seruan, ajakan dan kesadaran pribadi untuk saling mendo'a kan, saling hormat menghormati, saling menghargai, saling memuliakan, dan saling berdamai berdamai dengan seluruh umat manusia tanpa membedakan golongan, ras, ideologi, suku, dan keyakinan manapun. Termasuk juga di dalamnya berdamai dengan DIRI sendiri. Hee..hee..hee.. Barakallah fiek.
RASUL = UTUSAN..
NABI + SAW = gelar untuk MUHAMMAD bin Abdulah
MUHAMMAD bin Abdullah, adalah Saya, Anda dan Kita.
Artinya MUHAMMAD itu hanyalah kata lain atau sebutan untuk makhluk yang bernama MANUSIA.
Anda adalah umat MUHAMMAD.
Artinya...anda adalah Umat MANUSIA seutuhnya, yang punya KEKURANGAN dan KELEBIHAN sebagaimana juga yg lain, seperti manusia pada umumnya. Nggak lebih.
Yang bernama ABDULLAH itu adalah Nabi kita yang bernama MUHAMMAD itu sendiri.
Abdullah = MUHAMMAD = Penghulu sekalian Alam
MUHAMMAD = Nama ke-Esa-an yang menghimpun nama Adam + nama Allah
ADAM = Nama Syariat = Nama Hakekat = Nama kebesaran bagi kesempurnaan Tajjali Nur MUHAMMAD.
Bahwa : (ADAM daminnya ‘HU’) = (MUHAMMAD daminnya ‘HU’) = (ALLAH daminnya ‘HU’)
Sedangkan, ‘HU’ makna Syariat = Dia seorang laki-laki
‘Hu’ makna Hakekat = Esa = Tiada terbilang-bilang
.
Isyarat ‘HU’ dalam Al-Quran :
“Huwal hayyun qayyum” = yang hayyun awal, dan tidak ada permulaannya.
“Huwal aliyyil adzim” = yang bersifat dengan sifat-sifat kesempurnaan lagi maha besar.
“Huwal rahmanur rahim” = yang bersifat rahman dan rahim.
“Huwal rabbul arsyil karim” = yang memiliki Arasy yang maha mulia
(ARASY = Nama kemuliaan diri Nabi kita yang sebenar benarnya = Nama majazi bagi sesuatu tempat = Suatu alam gaib yang dimuliakan)
Bahwa : Yang bernama ABDULLAH itu adalah Nabi kita yang bernama MUHAMMAD itu sendiri.
Abdullah = MUHAMMAD = Penghulu sekalian Alam
Semuanya nama-nama yang mulia, dilangit dan dibumi itu adalah nama-nama kemuliaan dan kesempurnaan dari Tajalli NUR MUHAMMAD itu sendiri, dan menjadi nama majazi pada tiap tiap wujud yang dimuliakan pada alam ini.
IsyaratNya dalam Al Qur’an : “Wahuallazi lahu fiisamaawati wafil ardhi illahu”
“Dan Dialah yang sebenar benarnya memiliki sifat sifat Ketuhanan yakni sifat kesempurnaan yang ada dilangit dan sifat kesempurnaan yang ada di bumi”
.
Bahwa : “Hakekat kebesaran Nur MUHAMMAD itu meng-himpun-kan 4 jenis alam, yaitu :
1. Alam HASUT = Alam yang terhampar di langit dan bumi dan segala isinya.
(Maksudnya : Hasut pada diri kita = Anggota jasad, Kulit, Daging, Otak, Sumsum, Urat, Tulang)
2. Alam MALAKUT = Alam gaib bagi malaikat-malaikat
(Maksudnya : Malakut pada diri kita = Hati, Akal, Nafas, Nafsu, Penglihatan, Pendengaran, Penciuman, Perasa dan sebagainya)
3. Alam JABARUT = Alam gaib bagi Arasy, Kursi, Lauhul Mahfudz, Surga, Neraka
(Maksudnya : Jabarut pada diri kita = Roh, Ilmu, Hikmah, Fadilat, Hasanah yaitu segala sifat yang mulia dan terpuji)
4. Alam LAHUT = Alam gaibul gaib kebesaran Nur Muhammad
(Maksudnya : Lahut pada diri kita = Batin tempat Rahasia, Iman, Islam, Tauhid dan Makrifat)
(Maksudnya : 4 Alam diatas = Wujud kesempurnaan tajalli Nur MUHAMMAD = terhimpun kepada kebenaran wujud diri Rasulullah yang bernama Insanul Kamil)
Hal ini menjadi berkah dan “Faidurrabbani” yakni kelebihan bagi tiap-tiap mukmin yang ahli tahkik, bahwa mereka itu adalah “ Wada syatul Ambiya ” yakni mewarisi kebenaran batin nabi-nabi dan rasul-rasul dan mukmin yang tahkik itulah yang dinamakan Aulia Allah, namun kebanyakan mukmin itu tidak mengetahui bahwa dirinya adalah Aulia yang sebenarnya.
Bahwa MUHAMMAD itu ada 2 rupa atau dua makna :
1. MUHAMMAD yang bermakna Qadim Azali = diri MUHAMMAD yang pertama, yang tidak kenal mati selama lamanya.
(Maksudnya : MUHAMMAD diri yang pertama = yang awal Nafas + yang akhir Salbiah + yang dzahir Ma’ani + yang batin Ma’nawiyah)
2. MUHAMMAD yang bermakna MUHAMMAD Bin Abdullah = Insanul Kamil yang mengenal mati.
(Maksudnya : MUHAMMAD diri yang kedua = yang bersifat manusia biasa, yang berlaku padanya “ Sunnatu Insaniah” yaitu “ Kullu nafsin zaikatul maut ”)
Namun jasad Nabi kita adalah Qadim Idhofi = tiada rusak, selama-lamanya di kandung bumi
“Innallaha azza wajalla harrama alal ardhi aiya kulla azsadal ambiya”
“Bahwasanya Allah Ta’ala yang maha tinggi telah mengharamkan akan bumi menghancurkan jasad para nabi nabi”
Ingat hal dibawah ini baik-baik :
Agar pemahaman ini tidak sama seperti pemahaman yang ada pada paham-paham yang lain diluar ini, maka perlu kita tetapkan dahulu paham kita sebagai berikut :
1. Bahwa Nabi kita MUHAMMAD , yang Muhammad itu adalah manusia biasa seperti kita, hanyalah dilebihkan Ia dengan derajat ke-Rasul-an.
2. Bahwa tiap-tiap manusia itu sendiri, baik pada hukum aqli maupun hukum naqli, mempunyai dua macam diri yakni
● Diri pertama = Diri Hakiki = Rohani, dan Diri kedua = Diri Majazi = Jasmani.
● Diri yang kedua atau diri jasmani itulah kemuliaan bagi Rasulullah maka dinamakan IMSANUL KAMIL.
3. Bahwa diri Hakiki yang bermakna Rohani itulah yang bernama MUHAMMAD. Dialah yang Qadim Azali, Qadim Izzati, Qadim Hakiki, itulah makna yang dirahasiakan yang menjadi ke-Esa-an segala sifat kesempurnaan yang 99.
Jalannya kebesaran wujud Roh Nabi kita itulah yang diisyaratkan oleh kalimah “Huallah”
Jadi makna MUHAMMAD itu Tahkiknya adalah “Ainul Hayyat” yakni wujud sifat yang hidup dan yang menghidupkan.
Maka dari itu juga yang diisyaratkan dengan kalimah “Laa illaha illallah” dan yang dibesarkan dengan kalimah “Allahu Akbar” dan yang dipuji dengan kalimah “Subbhanallah walhamdulillah” dsb lagi.
Itu juga yang dipuji dengan “ALHAQ QULHAQ” oleh seluruh malaikat-malaikat Mukarrabin.
.
4. Bahwa diri Majazi yang bermakna Jasmani itulah yang bernama Insanul Kamil.
MUHAMMAD majazi = MUHAMMAD yang kedua yang menempuh Al-Maut namun jasad Nabi itu adalah Qadim Idhofi.
Jasad Nabi kita itulah diisyaratkan oleh ayat Al-Quran “Barakallahu fii wujudil karim” = “Maha sempurnalah sifat Allah pada kedzahiran wujud yang sebaik baik rupa kejadian itu”.
Hadist Qudsi : “Dzahiru Rabbi wal batinu abdi” = Kedzahiran sifat kesempurnaan Allah itu adalah maujud pada hakekat kesempurnaan seorang hamba yang bernama MUHAMMAD Rasulullah itu. = maujud dengan rupa Insanul Kamil.
Maka rupa wujud Insanul Kamil itulah yang diisyaratkan oleh Al-Quran dengan “Amfusakum” = “Wujud Diri Kamu Sendiri”.
“Wafi amfusakum afalaa tubsirun” = “Dan yang diri kami berupa wujud insan itu apakah tidak kamu pikirkan” = yang menjadi diri hakiki atau diri pertama pada insan itu.
.
Pada hakekatnya “diri kedua” adalah kebenaran dan kesempurnaan Roh Nabi kita yang bernama MUHAMMAD itu semata-mata.
(Maksudnya : Diri kedua = Insan yang kedua = Rupa MUHAMMAD yang nyata = yang Nasut = Kebenaran Roh Nabi kita yang bernama MUHAMMAD yang diisyaratkan oleh Al-Quran)
“ALLAHU NURUSSMA WATIWAL ARDHI” = Kebenaran Nur Allah itu ialah Maujud di langit dan dibumi.
“NURUN ‘ALA NURIN” = Nur yang hidup dan yang menghidupkan atas tiap tiap wujud yang hidup pada alam ini,
… Itulah isyarat-isyarat ayat Al Qur’an ...
“WAKULLI HAMDULILLAH SAYURIKUM AAYAATIHI FAAKHIRU NAHA”
“Dan ucapkanlah puji bagi Allah karena sangat nampak bagi kamu pada wujud diri kami itu sendiri, akan tanda tanda kebesaran Allah Ta’ala, supaya kamu dapat mengenalnya”
.
Sabda Nabi Muhammad SAW :
“MAMTALABAL MAULA BIKHAIRI NAFSIHI FAKADDALLA DALALAM BAIDA”
”Barang siapa mengenal Allah Ta’ala diluar dari pada mengenal hakikat dirinya sendiri., maka sesungguhnya adalah ia sesat yang sangat sesat.
Karena hakekat diri yang sebenarnya, baik rohani dan jasmani tidak lain adalah wujud kesempurnaan Tajalli NUR MUHAMMAD itu semata-mata.
Maka apa-apa nama segala yang maujud pada alam ini, baik pada alam yang nyata dan alam yang gaib adalah semuanya nama majazi bagi kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD.
0 Komentar