Bila Surat Al Hijr 15 : 9, Asy Syura 42 : 52 dan Surat An Nuur 24 : 35 kita rangkum dan kita simpulkan maka : Adz-Dzikir adalah Allah… 

Wajar bila ada sesepuh yang mengatakan : Dengan berdzikir ALLAH, ALLAH, ALLAH, maka insya Allah, Tuhan akan memperlihatkan Cahayanya.


Aamiin..Aamiin....Ya Robbal alamin. 

Laa ilaaha illallaah adalah statement, pernyataan kita.
 

Essensinya adalah Allah.  Bila kita mengucapkan ikrar laa illaha ilallah tanpa memahami essensinya, sama juga bohong.  

Menurut Rosulullah : Urusan dunia engkau lebih tahu, tata cara beribadah ikutilah cara-ku, kita harus bisa mati sebelum mati. 

Sekarang yang harus kita renungkan dan yang harus kita kaji ulang adalah apakah yang dilakukan Muhammad di gua Hiro sebelum beliau menjadi Nabi, sebelum beliau dinobatkan menjadi Rosulullah? Pada saat itu belum ada Al Qur’an, belum ada perintah sholat seperti sekarang, belum ada Sunnah Rosulullah SAW sebagai pedoman hidup bagi umat Islam, namun beliau sangat berhasil mendekatkan diri dan berkomunikasi dengan Tuhan secara efektif.  Bagaimanakah caranya agar kita bisa dekat serta bisa berkomunikasi dengan Tuhan seperti beliau?


KUNCINYA ADALAH DZIKIR-MEDITASI…!!!

Perhatikan Firman Allah : Apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya, Aku tiupkan Ruh-Ku kepadanya ~ (AL HIJR 15 : 29)

RUH berasal dari CAHAYA ALLAH.  RUH berasal dari DZAT YANG MAHA SUCI. Oleh karena itu RUH tetap SUCI tidak akan pernah kena polusi duniawi… Oleh karena Ruh tetap suci maka Ruh bisa berkomunikasi dengan Tuhan, bukan jasmaninya. Berarti Cahaya dengan Cahaya saling berkomunikasi.  


Sesuai dengan Hadits Rosulullah : Mengenal Tuhan harus melalui Tuhan. 


Ruh masuk kedalam jasmani manusia sambil membawa amanah :


Sesungguhnya telah kami tawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, akan tetapi mereka semua enggan memikulnya, karena takut menghianatinya, namun  manusia bersedia memikulnya, karena manusia sungguh zalim dan bodoh ~ (AL AHZAB 33 : 72)

Semua JIWA-RUH sebelum dihembuskan kedalam jasmani Allah telah memberinya amanah, dibai’at dengan syahadat agar NAFSU-nya terkendali. Setelah di dunia amanah tersebut dilalaikan, karena ada nafsu.  Oleh karena itu manusia disebut insan yang artinya lalai.

Wa iz akhaza Robbuka min bani adama min zuhurihim zurriyyatahum wa asyhadahum ala anfusihim alastu birobbikum, qolu bala syahidna.


Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu mengeluarkan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap  mereka (dan berfirman) : Bukankah AKU TUHANMU? Semua jiwa (ANFUSIHIM) menjawab benar kami bersaksi  ~ Surat AL A’RAAF 7 : 172).

ANFUSIHIM bentuk jamak dari NAFS, dimana NAFS ini ada yang mengartikan NAFSU atau EGO, ada yang mentafsirkan JIWA dan ada juga yang mentafsirkan sebagai RUH.  Kata NAFS (ANFUSIHIM) dalam Surat AL A’RAAF 7 : 172 akan lebih pas bila ditafsirkan sebagai NAFSU. Karena Ruh tetap suci, maka secara logika yang diberi amanah, yang dibai’at dengan syahadat itu NAFSUNYA, agar NAFSUNYA TERKENDALI, bukan jasmaninya dan bukan pula Ruhnya 

Ketika masih di dalam kandungan, kita sudah hidup karena sudah diberi Ruh, tapi belum bernafas, nafsunya belum muncul. Setelah lahir kedunia baru kita bernafas yang keluar masuk melalui lubang hidung. NAFAS berasal dari kata NAFS, artinya NAFSU yang bisa dikendalikan dengan cara MENGATUR PERNAFASAN melalui DZIKIR QOLBU, sehingga KESADARAN RUHNYA bangkit mengendalikan NAFSU.

Kesadaran Ruh adalah kesadaran sejati. Agar kesadaran Ruh kita bangkit maka jasmani harus “dimatikan”, kerja otak harus dihentikan, otak harus berhenti berfikir.  Ego kita harus dimatikan sehingga kesadaran Ruhnya bangkit untuk berkomunikasi dengan Allah dengan cara DZIKIR MEDITASI Hening, tanpa suara, tanpa kata-kata, karena yang bisa berkomunikasi serta yang akan kembali kepada Tuhan adalah Ruh. Oleh karena itu hati harus bersih dari segala macam nafsu. Petunjuk dari Allah datangnya ke hati, bukan ke otak.

Jangan terpesona pada suara-suara yang lewat telinga, itu bisikan syaetan.  Bila mendengar bisikan atau suara lewat telinga kita mohon di dalam hati kepada Allah : Yaa Allah hamba mohon mujizatnya dua kalimah syahadat, sambil menahan nafas baca dalam hati dua kalimah syahadat,  melalui imaginasi tiupkan ke telinga kita yang menerima bisikan.  

Pada saat Rosulullah pertama kali menerima Firman Allah, beliau menggigil ketakutan karena mendengar suara yang menakutkan, bumi terasa berguncang. Ketika menerima Firman-firman Allah berikutnya, beliau sudah terbiasa, suara yang terdengar pun bervariasi, suatu ketika berdengung seperti suara lebah, kadang-kadang seperti suara lonceng, suara seruling, musik surgawi yang merdu. Setelah mendengar suara-suara tersebut Rosulullah merasa bahwa Firman itu sudah ada di dalam Qolbunya. Dengan demikian sesungguhnya Al Qur’an sudah terprogram dalam hati kita masing-masing.  Itulah Al Qur’an sejati yang ada di dalam diri.

Perhatikan beberapa Firman Allah :
Dialah Jibril yang telah menurunkan Al Qur’an ke dalam qolbumu atas izin Allah ~ (AL BAQARAH 2 : 97)
(Al Qur’an) ini adalah ayat-ayat yang nyata di dalam hati orang-orang yang diberi ilmu dan hanya orang-orang durjana yang mengingkari ayat-ayat Kami ~ (AL ANKABUT 29 : 49)
Dia (Allah) akan memberi petunjuk kepada Hatinya ~ (AT-TAGABUN 64 : 11)
Sesungguhnya Al Qur’an yang mulia berada pada kitab yang terpelihara dan tidak tersentuh kecuali oleh mereka yang di sucikan ~ (AL WAQI’AH 56 : 77-78)

Oleh karena itu Rosulullah bersabda :
Belajarlah sampai ke negeri CINA
Bacalah kitab yang kekal yang berada di dalam dirimu...
Apa yang dimaksud kitab yang kekal yang berada di dalam dirimu?
Itulah Al Qur’an yang mulia, Al Qur’an sejati yang ada di dalam diri
.
Kenapa Rosulullah saw menganjurkan belajar ke negeri Cina? Kenapa bukan ke negeri Arab?  Ada apa di negeri Cina? Di negeri Cina ada tata cara dzikir-meditasi. Konon kabarnya Rosulullah saw.. pernah berniaga ke wilayah Timur dan membawa SUTRA dari Timur. Secara logika penghasil sutra di wilayah Timur adalah Negara CINA.  Bukan suatu hal yang mustahil bila Allah menghendaki, Rosulullah SAW dipertemukan dengan TOKOH SPIRITUAL CINA yang mengajarkan meditasi kepada Rosulullah SAW,  kemudian beliau melakukannya di GUHA HIRO.  Konon kabarnya Rosulullah saw meditasi di Guha Hiro selama 40 malam berturut-turut, sampai turun WAHYU pertama.


Menurut Al Ghazali dan Ibnu Arabi : Barang siapa mengenal dirinya maka dia mengenal Tuhannya. Barang siapa mengenal Tuhannya maka dia merasa dirinya bodoh. Barang siapa mencari Tuhan keluar dari dirinya maka dia akan tersesat semakin jauh.  

Walaupun ini bukan Hadits Rosulullahna, mun sangat populer di kalangan para sufi. Faktanya memang Allah tidak ada di Mekah. Apakah Tuhan ada di Mekah ataukah di Cina? Tidak ada satu ayatpun yang mengatakan Allah ada di Mekah atau di Cina.! 

Perhatikan firman-firman ALLAH :
Katakanlah bahwa Aku dekat ~  (AL BAQARAH 2 : 186). 
Lebih dekat Aku dari pada urat leher ~  (AL QAF 50 : 16). 
Akan Kami perlihatkan kepada mereka, tanda-tanda Kami disegenap penjuru dan pada diri mereka ~ (FUSHSHILAT 41 : 53)
Dzat Allah meliputi segala sesuatu ~  (FUSHSHILAT 41 : 54)
Dia bersamamu dimanapun kamu berada~  (AL HADID 57 : 4)
Kami telah mengutus seorang utusan dalam diri-mu ~ (AT TAUBAH 9 : 128)
Di dalam dirimu apakah engkau tidak memperhatikan ~ (AZZARIYAT 51 : 21) Tuhan menempatkan diri antara manusia dengan Qolbunya ~ (AL ANFAL 8:24)

Sesuai Hadits Qudsi : Dalam dada ada kolbu, di dalam kolbu ada fuad, di dalam fuad ada syagofa, di dalamnya ada Sir, di dalam Sir ada AKU…

Oleh karena itu wajarlah bila AL GHAZALI serta para sufi tidak menganjurkan mencari Tuhan ke Mekah, tapi mencari Tuhan ke dalam diri, agar tidak tersesat.

Kenyataannya memang benar bahwa perjalanan mencari dan mengenal Allah bukan perjalanan ke Masjidil Harom, bukan pula ke Mekah, namun perjalanan dari alam lahiriyah ke alam bathiniyah, perjalanan yang transendental, perjalanan yang tidak masuk akal. 

Ingat bahwa Hadist mulai dipermasalahkan  setelah 100 tahun Rosulullah wafat, melalui perdebatan panjang antar kelompok kepentingan, mungkin wajar bila ada Hadits yang sengaja dihilangkan..! Who know gitu loh?

Menurut Charan Singh yang beragama Hindu :

Untuk bertemu dengan Tuhan, kita harus bisa mati selagi hidup. Kita harus meditasi, yaitu hening,  mengosongkan pikiran, menghampakan tubuh dan membawa aliran jiwa atau ruh ke suatu titik diantara dan dibelakang mata, yang disebut mata ke tiga, sambil dalam hati mengulang-ngulang nama Tuhan. 

Dengan meditasi kita menyatukan jiwa atau ruh dengan kekuatan Cahaya dan Suara di dalam. Hanya dengan memusatkan perhatian kita ke mata ketiga itu sajalah kita bisa mendengar suara di dalam. Suara di dalam itulah yang akan menarik kita naik ke dalam cahaya. Yang dimaksud mata ketiga adalah pusat pikiran dan jiwa atau ruh dalam keadaan sadar, terletak ditengah-tengah dahi diantara kedua alis mata, lebih tepatnya lagi, kira-kira satu setengah inci dari pusat itu ke arah dalam.

Selama kita masih belum menarik kesadaran kita ke pusat mata ketiga dan menghubungkannya dengan Ruh, dengan Sumber Suara, Sumber Firman di dalam, kita tidak dapat mati selagi hidup. Proses kematian pun seperti itu, ruh kita akan tertarik naik mulai dari telapak kaki ke pusat mata ketiga.  Perbedaan penting adalah pada mati selagi hidup hubungan ruh dengan tubuh tidak terputus. Setelah mencapai mata ketiga maka perjalanan ruh yang sesungguhnya akan dimulai.

Bila seluruh kesadaran telah meninggalkan tubuh bagian bawah dan kita telah melewati mata ke tiga, maka ruh kita akan keluar dari tubuh jasmani dan memasuki alam astral, Out Of Body Experience (OOBE). Tanpa mati selagi hidup, tanpa meditasi kita tidak bisa masuk ke dalam untuk berjumpa dengan Tuhan, Guru Sejati kita. Satu-satunya jalan untuk mencapai Guru Sejati adalah melalui meditasi. 

Tujuan meditasi adalah untuk memperoleh ketenangan serta perasaan cinta kasih di dalam hati.  Ketenangan baru diperoleh bila semua penutup telah disingkirkan dari jiwa, maka jiwa pun menjadi bersinar dan menjadi murni, sehingga layak untuk bersatu dengan Tuhan.  

Meditasi adalah do’a tanpa kata-kata. Do’a dengan kata-kata adalah sarana menuju meditasi.  Dengan meditasi kita berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan tanpa pamrih, berserah diri secara sempurna.   Meditasi adalah do’a yang sesungguhnya, do’a yang terbaik, yang amat sangat menyenangkan Tuhan, yang akan diterima Tuhan, karena Ruh kita ingin kembali bersatu dengan-Nya.

Pada puncak meditasi akan dicapai suatu kondisi “trance” mistik. Suatu tingkatan kenikmatan dimana kesadaran akan dunia materi hilang. Keheningan yang sangat dalam.  Kondisi seperti itulah yang disebut samadhi akhirnya mencapai Yoga artinya penyatuan, manunggal, dimana ruh kita memasuki alam ghoib. 

Istilah SAMADHI menurut AL GHAZALI adalah mencapai tahap fana dan kasyaf.  Fana artinya lebur dan larut.  Kata Al Hallaj bagaikan anggur tercampur air murni.  Sedangkan kasyaf artinya terbukanya hijab atau tabir.  Dalam hal ini pandangan mata bathin kita, mata hati kita, mata kebijaksanaan kita akan menjadi tajam.

Mulai hari ini Aku buka tabir yang menutupi matamu, maka pandangan matamu menjadi tajam ~ (Al Qaaf 50 : 22)  

Menurut Suma Ching Hai yang beragama Budha :

Walaupun pada awalnya berbeda-beda namun untuk mencapai puncak pencerahan Ruhani hanya ada satu jalan yaitu melalui kontemplasi pada Cahaya dan Shabda yaitu Getaran di dalam .  Sehingga kita bisa melakukan kontak dengan Ruh, dimana Ruh ini merupakan manifestasi dari Cahaya dan Getaran Suci.  Inilah yang disebut metode Kuan Yin.  Metode ini adalah metode pendengaran dan penglihatan ruhani, metode transendental (tak terjangkau akal) yang tidak dapat diuraikan melalui bahasa manusia. Semua ditransmisikan dalam keheningan.

Shabda, Firman atau Logos tersebut merupakan musik surgawi, merupakan bahasa dari Cinta Kasih Universal dan Kecerdasan Agung.  Semua ajaran berasal dari Suara Hening ini, semua bahasa berasal dari bahasa Universal ini.  Melodi surgawi ini dapat menyembuhkan semua luka, serta dapat memenuhi dan memuaskan semua dahaga duniawi.  Suara inipun dapat membersihkan kita dari semua dosa-dosa dan membawa kita ke Sumber Asalnya.

Jalaluddin Rumi Sufi besar dari Persia menulis sebagai berikut : Bila makrifat kepada Dzat ingin kau dapat, lepas aksara, galilah makna. Katupkan bibirmu, tutup matamu, sumbat telingamu. Tertawakan aku manakala engkau tidak melihat Rahasia Yang Maha Benar.

Dengan demikian secara tidak langsung Rumi mengajak kita untuk bertafakur, mengajak kita untuk bermeditasi, mengajak kita untuk menyelam lebih dalam sampai ke dasar samudera makrifat, untuk mendapatkan mutiaranya.  Mencari Dia Yang Sejati.  Dia Yang Berdiri Dengan Sendirinya tanpa penolong. Belum ada apa-apa disampingnya.  Belum ada nada, belum ada suara yang bisa kita dengar, belum ada aksara,  belum ada Kitab apapun, belum ada Zabur, Taurat, Injil maupun Al Qur’an dan Hadits.  Dia wajib adanya, tapi bisa juga mungkin adanya.  Dia berada dalam kekosongan, kehampaan, kesunyatan, keheningan.

Tutup semua kitab, buka mata hati. Hening, dalam keheningan rasakan keberadaan-Nya dengan Nurani yang bening, dalam hening dengarkan Shabda-Nya, dengarkan Firman-Nya dengan telinga bathin.

Rumi mengisyaratkan agar kita tidak terpaku pada aksara. Al Kitab ibarat perahu yang membawa kita ke tengah Samudera Ahadiyah, Samudera Ketuhanan, bila kita ingin mendapatkan mutiaranya maka mau tidak mau kita harus menyelam, menyelam ke dalam qolbu, mencari dan mengenal Rumah Tuhan yang sejati, mencari Dia Yang Sejati,

Barang siapa mengenal dirinya, maka dia mengenal Tuhan-nya. Barang siapa mengenal Tuhannya maka dia merasa dirinya bodoh. Barang siapa mencari Tuhan keluar dari dirinya sendiri, maka dia akan tersesat semakin jauh..! 

Rumi pun menulis sebagai berikut :
Salib dan Orang Kristen, dari ujung ke ujung ku periksa :
Dia tidak ada lagi di salib.
Aku pergi ke rumah berhala, ke pagoda tua; tiada tanda apapun di sana.
Aku pergi ke bukit Herat dan Kandahar; ku pandang :
Dia tidak ada di bukit maupun di lembahnya.
Dengan niat kuat ku beranikan diri ke puncak gunung Qaf;
Di tempat itu hanya ada tempat tinggal burung “Anqa”
Aku pun mengubah pencarianku ke Ka’bah;
Dia tidak berada di tempat kaum muda dan tua.
Aku bertanya kepada Ibnu Sina tentang-Nya;
Dia ternyata di luar jangkauannya.
Ku beranikan diri menuju ke “jarak dua busur”;
Dia pun tidak ada di ruang agung itu.
Aku menatap hatiku sendiri;  disana kulihat Dia…
Dia tidak berada di tempat lain.

Pada bagian lain Rumi menulis sebagai berikut :
Jauh di dalam qolbu ada Cahaya Surga
marak menerangi paras lautan tanpa suara yang tiada batas.
Oh, bahagianya mereka yang menemukannya dalam tawakal,
Rupa segala yang dipuja setiap insan...dst.
Sia-sialah kita mencari dengan nafsu tak terjinakan
untuk sampai pada visi Satu Jiwa Abadi
Cinta, hanya cinta yang dapat membunuh apa yang tampaknya telah mati,
ular nafsu yang telah membeku
Hanya cinta… lewat air mata doa dan nyala rindu
Terungkaplah pengetahuan yang tak pernah dapat di sekolah
Semua menuju ke satu tujuan dalam Tuhan…

Pada bagian akhir dari puisi ini Rumi menulis :
Ketika kebenaran bersinar, tiada kata dan cerita yang dapat terucap
Kini dengarkan Suara di dalam hatimu.
Selamat berpisah

Selamat berpisah adalah ucapan selamat atas berpisahnya ruh dari jasad.

Dengan demikian sesungguhnya Rumi pun mengisyaratkan kepada kita untuk bisa mati sebelum mati melalui meditasi Cahaya dan Shabda.  Meditasi untuk melihat Cahaya dan mendengarkan Shabda Tuhan di dalam Qolbu. 

Karena di dalam kolbu ada AKU sebagai sumber Shabda, sebagai sumber Firman, sebagai Sumber Al Qur’an tanpa tulis. 

Ingat baik-baik, petunjuk dari Alah itu ke hati bukan melalui telinga…

Petunjuk itu dari AKU kepada AKU…

Perhatikan Firman-firman Allah :

Jibril itu telah menurunkan Al Qur’an ke dalam qolbumu ~ (AL BAQARAH 2 : 97).

Dia (Allah) akan memberi petunjuk kepada hatinya ~ (AT-TAGABUN 64 : 11)

(Al Qur’an) ini adalah ayat-ayat yang nyata di dalam hati orang-orang yang diberi ilmu dan hanya orang-orang durjana yang mengingkari ayat-ayat Kami ~ (AL ANKABUT 29 : 49)

Sesungguhnya telah datang kepadamu dari Allah Cahaya dan Kitab yang terang (AL MAIDAH  5 : 15)

Mari kita simak juga Surat Yaassiin 36 : 82 : Bila Tuhan menghendaki, maka Dia bersabda : KUN … FAYAKUN. Berarti semua kejadian, seluruh keberadaan alam semesta ini diawali dengan Shabda, Firman, Kalam atau Logos : KUN … JADILAH.

Menurut Al Kitab : Pada mulanya adalah Shabda, Shabda adalah Tuhan, kemudian Shabda bersama Tuhan. Ibarat biji berasal dari pohon dan pohon berada dalam biji, karena di dalam biji ada benih, ada potensi, ada Shabda : KUN…Jadilah, maka jadi.

Pada awalnya Tuhan bersabda KUN. Kemudian muncul titik Cahaya Pertama yang disebut Nur Muhammad, sebagai sumber penciptaan seluruh keberadaan.

Nur Muhammad disebut juga sebagai Jauhar Awal–Jauhar Akhir.

Hadits Qudsi : Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, oleh sebab cinta, Aku ingin dikenal, maka Aku jadikan makhluk (Nur Muhammad) agar ia mengenal akan Aku.

Hadits Rosulullah SAW  :  Aku adalah bapak dari segala ruh. Aku berasal dari Cahaya Allah, semua yang ada di alam ini berasal dari cahaya ku. Yang mula-mula dijadikan Allah adalah Nur Nabimu ya Jabir dan Allah jadikan dari Nur itu segala sesuatu dan engkau wahai Jabir adalah termasuk sesuatu itu.

Wajar bila ada sesepuh yang mengatakan bahwa Ruh berasal dari Nur Muhammad, dimana Nur Muhammad itu disebut juga sebagai Ruh Idhofi atau Wujud Idhofi.  

Setelah Aku sempurnakan kejadiannya, Aku hembuskan Ruh-Ku kedalamnya ~ (Al Hijr 15 : 29). 

Ruh-Ku atau Ruh Idhofi ini merupakan essensi Dzat Ilahiyah yang berada di dalam setiap ciptaanNya, di dalam patung, di dalam batu, bahkan dalam debu sekalipun.

Essensi Dzat Allah berada di dalam inti setiap sel, berada di dalam inti setiap atom, berada di dalam inti setiap ciptaanNya, sebagai Sumber Energi Tersembunyi Yang Maha Dasyat, telah terbukti secara ilmiah, bila inti atom itu bergetar, Energi itu bisa menghancurkan kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang.

Bila kita bisa menggetarkan essensi Dzat Ilahiyah di dalam setiap atom yang berada di dalam diri kita,… itu luar biasa.  Secara minimal kita akan merasakan bergetar hatinya ~ (Al Anfal 8 : 2),.. merinding kulitnya ~ (Az-Zumar 39 : 23), kemudian akan  menyungkur dan menangis ~ (Maryam 19 : 58).

Kata Rosulullah, manusia itu dalam keadaan tidur, ketika mati baru dia terbangun.  Harus bisa mati sebelum mati, agar kesadaran Ruhnya bangkit. Energinya bangkit.

Wajar bila Al Ghazali mengatakan bahwa tauhid murni adalah penglihatan atas Tuhan dalam semua ciptaanNya, bila kita tidak menyadari keberadaan Tuhan di dalam setiap ciptaanNya maka islamnya adalah islam semu.

Kata Ibn Arabi, itulah yang disebut Wahdatul Wujud.  Lalu apakah Ibn Arabi, Al Ghazali, Jalaluddin Rumi, Al Hallaj serta para sufi lainnya yang menganut paham Wahdatul Wujud itu sesat.!? Apakah Rosulullahpun sesat bila beliau mengatakan : Aku Ahmad tanpa mim, berarti Aku Ahad. Aku Arab tanpa ain, berati Aku Rab!   Pikirin aja sendiri Bro.! Cape deh.

Dia bersamamu dimanapun kamu berada ~ (AL HADID 57 : 4)

Tanda-tanda Kami disegenap penjuru, dan didalam diri mereka sendiri ~ (FUSHSHILAT 41 : 53)

...di dalam dirimu, apakah engkau tidak memperhatikan ~ (ADZ-DZARIYAT 51 : 21). 

Kami telah mengutus seorang utusan dalam diri-mu ~ (AT-TAUBAH 9 : 128)

Tuhan menempatkan diri antara manusia dengan Qolbunya ~ (AL-ANFAL 8:24)

Perhatikan Surat An Nuur 24 : 35 : Allah adalah Cahaya langit dan bumi. Cahaya di atas Cahaya, Tuhan akan membimbing dengan Cahaya-Nya kepada yang Dia kehendaki.

Kemana? Tentu saja kepada Cahayanya. Tanpa cahaya kita akan seperti orang buta yang berjalan sambil meraba-raba, tanpa arah dan tujuan.  

Surat An Nuur 24 : 36 : Cahaya itu menerangi rumah-rumah, di dalamnya Allah berkenan untuk dijumpai dan dimuliakan Namanya serta bertasbih pagi dan petang. 

SUCIKANLAH RUMAHKU bagi mereka yang thowaf, itikaf, yang ruku dan sujud ~ (AL BAQARAH 2 : 125).

Janganlah kamu mempersekutukan Aku dengan apapun, SUCIKANLAH RUMAHKU bagi mereka yang thowaf, mendirikan dan ruku bersujud ~ (AL HAJJ 22 : 26)

HADITS QUDSI : Di dalam setiap rongga anak Adam Aku ciptakan suatu mahligai yang disebut dada, dalam dada ada kolbu, dalam Qolbu ada Fuad, dalam fuad ada syagofa, di dalam syagofa ada Sir, di dalam Sir ada AKU…

Fuad adalah hati yang bersih. Syagofa artinya yang lebih dalam...

Jadi beralasan bila para sufi mengatakan : QOLBU MUKMIN BAITULLAH 

Rumah-KU yang mana dan rumah siapa yang dimaksud? 

Kolbu mukmin baitullah. Itulah Baitullah yang sejati, Itulah RumahNya, yang harus disucikan, agar tidak menjadi sarang syaitan dan iblis.

Di dalamnya ruh bersujud, memuliakan NamaNya serta bertasbih pagi dan petang… Karena sesungguhnya semua ruh manusia sudah muslim, sudah berserah diri sejak di alam arwah, sejak hari pertama di dalam kandungan ibu, sejak hari pertama dilahirkan.

Tuhan berfirman : Bukankah aku Tuhanmu. Para Ruh-Jiwa menjawab : Benar kami bersaksi ~ (Al A’raf 7 : 172).  

RumahNya tidak dibuat dari batu bata, tapi dari kesucian, kedamaian, keselamatan, kasih sayang, kesabaran dan keikhlasan serta berserah diri kepada Allah melalui keimanan dan ketakwaan,… Itulah Fitrah… Itulah Islam sejati, bukan Islam Arabi. Itulah AGAMA FITRAH SEBAGAI ATURAN DAN JALAN YANG TERANG dari Allah yang diturunkan melalui para Rosul untuk seluruh umat manusia.

Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu BERBANGSA-BANGSA dan BERSUKU-SUKU agar kamu saling kenal-mengenal.  Sesungguhnya orang YANG PALING MULIA  diantara kamu di sisi Allah dialah ORANG YANG PALING TAQWA diantara kamu.  Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal ~ (AL HUJURAT 49 : 13).

UNTUK SETIAP UMAT diantara kamu, Kami berikan ATURAN (SYARIAT) dan JALAN YANG TERANG (JALAN SPIRITUAL). Bila Allah menghendaki, pasti kamu dijadikan satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang diberikan-Nya kepada kamu, maka berlomba lombalah berbuat kebajikan …~ ( AL MAIDAH 5 : 48).

Hadapkan wajahmu pada Agama Fitrah, Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah ~ (AR-RUM 30:30).

Allah mengajarkan tentang AGAMA FITRAH kepada semua umatnya di seluruh dunia sebagai ATURAN dan JALAN YANG TERANG bagi kehidupan umat manusia di dunia dan akhirat. AGAMA FITRAH adalah AGAMA yang mengajarkan tentang kesucian, kedamaian, keselamatan, kasih-sayang, kesabaran, keikhlasan serta berserah diri kepada Tuhan melalui keimanan dan ketaqwaan. Apapun YANG DIAJARKAN ALLAH pasti SEMPURNA, tidak mungkin manusia bisa merubahnya.

FITRAH itulah RUH ISLAMI sebagai ATURAN dan JALAN YANG TERANG apapun nama agamanya!  Itulah ISLAM SEJATI yang diajarkan Allah melalui para Rosul kepada semua umatnya di dunia sesuai bahasa kaumnya HINDU-BUDHA-NASRANI-ISLAM.

Bagi setiap umat ada Rosul, ~ (YUNUS 10 : 47).

Bagi tiap-tiap masa ada kitab ~ (AR RAD 13 : 38)

Kami tidak mengutus seorang Rosulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberikan penjelasan dengan terang kepada mereka ~ (IBRAHIM 14 : 4).

Di ibaratkan Allah memberi kita beras, supaya mudah dicerna dan enak rasanya, maka kita olah jadi nasi kebuli, jadi nasi goreng, jadi nasi rames, jadi nasi padang itu semua bagi yang sehat, untuk yang sakit kita buatkan bubur ayam. Setelah dioalah namanya jadi berbeda. HINDU-BUDHA-NASRANI-ISLAM. namun bahan dasarnya TETAP BERAS. Allah akan murka bila otak kita ngga di pake.

Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya ~ (Yunus 10 : 100)

Demikian juga agama Fitrah...setelah diolah ada yang menyebutnya PEPAYA, ada yang bilang KATES, ada yang bilang GEDANG. Setelah dikupas isinya sama, ketika dimakan rasanya sama dan hasil akhirnya juga sama. karena untuk mencapai puncak spiritual tata caranya juga sama, yaitu harus melalui DZIKIR-MEDITASI sehingga bisa mencapai tingkat IKHSAN dan menjadi INSAN KAMIL.

Orang JAWA menyebutnya ILMU SEJATI SANGKAN PARANING DUMADI.

Orang SUNDA menyebutnya AGAMA SUNDA WIWITAN.

Wajar bila kang Aqil S. dan tokoh-tokoh NU menutup buku mengenai masalah perbedaan agama, tidak perlu diperdebatkan lagi.

Walaupun beda bahasa, namun ESSENSI dan SUBSTANSINYA tetap sama, tidak pernah berubah. KARENA AGAMA DI MUKA BUMI CUMA SATU YAITU AGAMA FITRAH Hadapkan wajahmu pada Agama Fitrah, karena Fitrah Allah tidak pernah berubah.  KENAPA KITA HARUS BERTENGKAR..?

Sesungguhnya agama kamu ini satu ~ (AL ANBIYA 21 : 92)

Agama di sisi Allah adalah Islam-Fitrah ~ (ALI IMRON 3: 19)

Aku ridhoi Islam (Fitrah) sebagai agama bagimu ~ (AL MAIDAH 5 : 3)

Hadapkan wajahmu pada Agama Fitrah, Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah ~ (AR-RUM 30:30).

Sesungguhnya ini adalah agama kamu semua, agama yang satu dan AKU adalah Tuham-mu, maka bertaqwalah kepada-KU ~ (AL MU’MINUN 23 : 52)

Kemudian mereka menjadikan agama mereka terpecah-belah menjadi beberapa pecahan.  Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka ( masing-masing ). Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu ~ (AL MU’MINUN 23 : 53-54 )

Dan telah Aku ridhoi Islam (fitrah,damai) menjadi agamamu ~ (Al Maidah 5 : 3)

Sesungguhnya agama kamu itu satu saja, dan Aku adalah Tuhan-mu, oleh karena itu sembahlah Aku ~ (Al Anbiya 21 : 92)

Semua agama mengajarkan tentang Fitrah, mengajarkan tentang Islam.

Itulah Islam yang hakiki yang sudah terprogram dalam hati nurani kita masing-masing. Tanpa kita sadari itulah Islam Sejati yang dianut semua umat. Itulah Islam yang diridhoi Allah!  Bukan Islam ARABI, SUNI,  WAHABI ATAU SYI’AH.

Semua Rosul sudah muslim, sudah berserah diri kepada Allah.  Semua Rosul mengajarkan tentang Fitrah. Karena sesungguhnya agama di dunia itu satu, yaitu agama Fitrah. Hadapkan wajahmu pada agama Fitrah, karena Fitrah Allah tidak pernah berubah, yang berubah adalah zamannya, peradabannya, budayanya dan ilmu pengetahuan umatnya dari zaman purba sampai sekarang zaman IPTEK.

Bagaimana menurut Al Ghazali?

Beliau membahas Surat An Nuur 24 : 35 dalam Myskat Al Anwar :  Allah adalah Cahaya langit dan bumi, Cahaya di atas Cahaya, Allah akan membimbing dengan Cahayanya kepada yang Dia kehendaki.

Menurut Al Ghazali, Cahaya Yang Sejati adalah Allah, yang lainnya hanya sekedar mayaz, kiasan, sekedar “pinjaman” dari CahayaNya. Melalui Cahaya Sejati inilah orang-orang arif “mi’raj”, melakukan pendakian dari mayaz ke puncak hakikat, sehingga mereka melihat dengan musyahadah, penyaksian secara langsung.

Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi ~ (Al Insiqaaq 84 : 19)

Menurut Al Ghazali tiada jalan lain kecuali melalui jalan yang telah ditempuh para sufi, yaitu orang-orang yang telah mendapat Hidayah Allah serta telah mencapai pencerahan sempurna.  Jalan yang dimaksud adalah Tasawuf. Menurut Hadi, tasawuf adalah jalan untuk mencapai makna hakiki ajaran Islam. 

Menurut Simuh, tasawuf adalah ajaran atau kepercayaan tentang hakikat atau Tuhan yang bisa didapatkan melalui tanggapan kejiwaan yang terlepas dari tanggapan akal, pikiran dan panca indera.  Ciri khas tasawuf adalah fana dan kasyaf.  Tanpa fana dan kasyaf itu bukan tasawuf. 

Secara garis besarnya, tasawuf adalah pelajaran tentang tata cara mensucikan jasmani dan ruhani, mensucikan lahir dan bathin agar bisa menjadi manusia mulia (insan kamil) yang mendapatkan keridhoan Allah melalui proses fana dan kasyaf. Rahasia tasawuf berada dalam kandungan Al Qur’an dan Sunah.

Oleh karena itu, tasawuf disebut juga sebagai mistikisme Islam.  Kata mistik sendiri berasal dari kata myen dalam bahasa Yunani, ada kaitannya dengan kata misteri yang artinya “menutup mata” atau terlindung di dalam rahasia.  Tersirat di dalamnya ada suasana, kekudusan dan kekhusuan dalam upaya menangkap Rahasia Tuhan melalui disiplin spiritual yang ketat dan sunguh-sungguh. (Schimmel, 1981).

Menurut Al Ghazali untuk bisa makripat kepada Dzat ada tiga tahap :

1. Bersihkan Hati , yaitu : mohon ampunan dan kasih sayang Allah, sabar, ikhlas dan pasrah. Hati harus bersih, karena hati merupakan pintu masuk ke alam ghoib. Pintu hati akan terbuka bila sudah bersih.

2. Istirahatkan pikiran, yaitu melalui kontemplasi, melalui dzikirullah.

3. Mencapai fana dan kasyaf, melalui iluminasi. Mencapai fana, ego kita lebur, larut, menyatu dengan alam, terbebas dari ruang dan waktu, terbebas dari pengkotakkan duniawi, baqo dalam Tuhan, akhirnya mencapai kasyaf yaitu terbukanya tabir…

Yang disebut meditasi itu apa? Meditasi adalah dzikirullah. Meditasi adalah hening, mengosongkan pikiran sambil dalam hati mengulang-ngulang nama Tuhan.  Saat meditasi-dzikir ada Cahaya dalam bathin. Tuhan memperlihatkan Cahayanya.

Menurut Khrisnamurti :

Essensi meditasi adalah berakhirnya pikiran.  Otak berhenti berpikir sepenuhnya.  Bathin yang meditatif adalah hening, suasana bathin yang sangat religius. Pada saat itu muncul letupan gelora kasih sayang yang luar biasa, kasih sayang universal tanpa syarat, penyerahan total kepada Allah. 

Kondisi seperti itulah yang disebut samadhi, tidak ada lagi pemisahan dan pengkotakan duniawi.  Di dalam kasih sayang ini semua pemisahan dan pengkotakan duniawi berakhir, terbebas dari ruang dan waktu. Otak terbebas dari pikiran mesjid, gereja, kuil, pagoda, doa-doa maupun lagu-lagu pujian lainnya. Otak tidak lagi berfikir hitam-putih, coklat-kuning, mata belo mata sipit.  Karena kita telah sadar dan telah mengenal rumah Tuhan Yang Sejati, Kuil Tuhan Yang Sejati, Masjid Tuhan Yang Sejati, buatan Tuhan sendiri, tidak dibuat dari batu bata,  tapi dari kesucian, kedamaian, keselamatan, kasih-sayang, kesabaran dan keikhlasan serta berserah diri kepadaNya melalui keimanan, ketakwaan.

Itulah fitrah… Itulah Islam yang diridhoi Allah yang dianut semua umat.

Kita sadar bahwa Tuhan tidak berada di bumi, tidak berada di langit, akan tetapi Dia bersemayam dalam hati orang-orang yang beriman.  Kata para Sufi : Kolbu mukmin baitullah.  Di dalamnya Ruh bersujud sejak hari pertama Ruh dihembuskan ke dalam janin dalam kandungan ibu.  Kita sadar bahwa Allah tidak beragama, karena Dia-lah pemilik semua agama.  Allah tidak bersyahadat, karena Dia-lah yang memerintahkan umat manusia untuk bersyahadat kepada-Nya.

Perhatikan Firman Allah : Bukankah aku Tuhanmu.  Para Jiw-Ruh menjawab : Benar kami bersaksi ~ (Al A’raf 7 : 172).

Semua Jiwa-Ruh sudah berserah diri, artinya semua jiwa-ruh sudah muslim. Bila kita mau jujur, sesungguhnya semua umat manusia di dunia sudah muslim. Semua JIWA-Ruh sudah DIBERI AMANAH, DIBAI’AT DENGAN SYAHADAT agar NAFSNYA TERKENDALI, agar tidak membuat onar di muka bumi.

Allah telah menciptakan umat manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling bersilaturahmi dan berlomba-lomba berbuat kebaikan.  Siapapun yang memutuskan tali silaturahmi, dia akan mendapatkan kehinaan dimanapun dia berada ~ (Ali Imran 3 : 112).

Perhatikan Surat Al Maidah 5 : 48 : Allah telah menciptakan bermacam-macam umat serta ATURAN DAN JALAN YANG TERANG, TATA CARA BERIBADAH kepada Tuhan yang sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing umat.

Surat Al Baqarah 2 : 62 : Bagi mereka yang beriman kepada Allah, kepada hari kiamat dan berbuat kebaikan, baik penganut Yahudi, Nasrani maupun Shabin, mereka juga akan mendapat pahala dari Tuhannya.  Allah tidak membeda-bedakan umat manusia, karena kita semua adalah ciptaanNya.

Perhatikan Surat Al Hijr 15 : 29 : Apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya, Aku tiupkan Ruh-Ku kepadanya.  Berarti di dalam setiap umat manusia bahkan di semua ciptaanNya ada Ruh Tuhan, ada Essensi Dzat Illahiah di dalamnya.

Perhatikan juga Surat Fushshilat 41 : 53-54 dan Surat Adz Dzaariyaat 51 : 21 : Tanda-tanda Ku di segenap penjuru dan di dalam diri mereka, di dalam dirimu dan di dalam diri kita semua ada tanda-tanda Allah,  ada ESSENSI DZAT Ilahiah. 

Apakah engkau tidak memperhatikan, di air hujan, di air comberan, di air laut, di dalam lumpur, bahkan di dalam debu sekalipun ada Aku, ada tanda-tanda Ku, ada rahasia-Ku.  Apakah engkau tidak memperhatikan, apakah engkau tidak mengetahui, apakah engkau tidak berfikir. Padahal kita telah diberi akal.

Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya ~ (YUNUS 10 : 100)

Setiap Ruh yang masuk ke dalam tubuh manusia membawa amanah ~ (Al Ahzab 33 : 72). Tidak disebutkan amanah itu apa.  Mungkin amanah itu adalah tugas Ruh hidup di dunia sebagai apa.  Apakah sebagai khalifah ataukah sebagai penjahat ataukah amanah itu adalah agama ???  Bila memang agama, tidak dikatakan agamanya apa.   A artinya tidak dan Gama artinya kacau, jadi agama artinya tidak kacau. Tidak kacau artinya damai.  Islam artinya damai. 

Agar tidak membuat kekacauan di muka bumi, maka semua Ruh yang dilahirkan ke dunia, apakah dia negro, bule, kuning, coklat, mata belo, mata sipit, tanpa kecuali, mereka semua adalah Umat Allah, semuanya sudah dibei amanah, sudah di bai’at dengan syahadat bersyahadat.  Hanya setelah berada di dunia manusia melalaikan amanat Allah karena ada NAFSU, oleh karena itu manusia disebut INSAN yang artinya LALAI. Sehingga melupakan Allah yang menciptakannya.

Perhatikan Surat Al Anbiya 21 : 92 : Sesungguhnya agama kamu itu satu saja, dan Aku adalah Tuhan-mu, oleh karena itu sembahlah Aku.

Apakah agama yang satu itu? Itulah agama yang mengajarkan tentang fitrah. Agama yang mengajarkan tentang kesucian, kedamaian, keselamatan, kasih sayang, kesabaran, keikhlasan serta berserah diri kepada Allah melalui keimanan dan kettaqwaan.

Berserah diri adalah muslim. Itulah Islam. Kita semua sudah muslim sejak di alam arwah.  Jadi kita tidak perlu ribut-ribut bertengkar mengenai masalah agama, karena semua agama mengajarkan tentang fitrah dan fitrah itu sudah terprogram di dalam hati nurani semua umat manusia. 

Kata Al Qur’an : Fitrah itu tidak pernah berubah ~ (Ar-Rum 30 : 30).  Perhatikan Surat Al Maidah 5 : 3 : Dan telah Aku ridhoi Islam (fitrah, damai) menjadi agamamu.  Oleh karena itu, semua umat manusia sama di mata Allah. Allah tidak melihat wajah dan harta kita.  Allah hanya melihat hati kita.  Keimanan dan ketakwaanlah yang membedakan kita di mata Allah apapun agamanya.

Dalam keadaan bathin yang meditatif ada perasaan tenang dan tentram, damai dan bahagia. Terjadi ekstase, karena di dalam otak kita terjadi proses pengeluaran hormon Endomorpin dan Melatonin  yang mempunyai efek ekstase. 

Tidak ada lagi rasa dendam yang membara di dalam dada, tidak ada lagi rasa benci di dalam hati. Karena apapun yang kita benci di dalamnya ada rahasia Allah, di dalamnya ada Essensi Dzat Ilahiah, di dalamnya ada tanda-tanda Allah,

Pada tahap ini kita masuk ke dalam dimensi lain di luar jangkauan nalar, di luar jangkauan ruang dan waktu.  Situasi dan kondisi seperti itulah yang disebut samadi, menurut Al Ghazali adalah tahap fana, dimana kita merasa lebur dan larut, selanjutnya adalah kasyaf, terbukanya tabir.

Dari apa yang di ajarkan Nabi Muhammad serta generasi penerusnya para sufi Al Hallaj, Jalaluddin Rumi dan Al Ghazali maupun bagi yang bukan umat Islam Khrisnamurti, Charan Singh dan Ching Hay, tampak adanya persamaan dalam rangka upaya untuk mencapai pencerahan atau makripat kepada Dzat, yaitu melalui dzikir meditasi. 

Bagi umat Islam kesempurnaan keberagamaan bila telah mencapai iman, islam dan ikhsan. Iman dipelajari melalui ilmu ushuluddin, islam dipelajari melalui ilmu fikih dan ikhsan hanya bisa dicapai melalui tasawuf.

Jadi selain sholat lima waktu, bagi umat islam yang ingin mencapai kesempurnaan, untuk mencapai pencerahan, mau tidak mau kita harus melakukan latihan dzikir - meditasi untuk melihat Cahaya Ilahi serta mendengarkan Shabda Ilahi agar bisa mencapai fana dan kasyaf, agar bisa mencapai pencerahan dan makripat kepada Dzat, agar kita menjadi insan kamil, yaitu manusia yang paling mulia di sisi Allah.